nusabali

ISI Denpasar Tutup Parade Cak dengan Subali Antaka

  • www.nusabali.com-isi-denpasar-tutup-parade-cak-dengan-subali-antaka

Garapan ‘Subali Antaka’ oleh mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menutup bulan cak ajang Gelar Seni Akhir Pekan (GSAP) Bali Mandara Nawanatya, Jumat (30/9), di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Bali di Denpasar.

DENPASAR, NusaBali

Selama sebulan ke belakang, parade cak diisi oleh pelajar SMA/SMK dari masing-masing kabupaten/kota di Bali. Sebagai penutup, dalam garapan kali ini, komunitas seni ISI Denpasar memadukan cak klasik dengan cak inovasi. Garapan tersebut tetap menonjolkan olah vokal cak yang klasik, namun diolah menjadi sebuah drama pertunjukan yang dilengkapi dengan bloking panggung.

Penanggungjawab artistik pementasan, I Wayan Sudana yang didampingi Ida Bagus Nyoman Mas, mengungkapkan, pada pementasan kali ini menggunakan gerakan pola lantai yang lebih dinamis, seolah mengajak penonton menebak-nebak latar adegan tersebut.

“Kalau cak tradisi selama ini identik dengan pola lantai yang hanya berbentuk lingkaran. Nah, garapan ini ada perubahan gerakan pola lantai yang dinamis. Jadi penonton itu bisa membayangkan, babak ini sepertinya di hutan, babak ini sepertinya di goa,” ujar Sudana.

Sudana mengaku melakukan persiapan garapan hanya selama dua pekan. Garapan kali ini menerjunkan seniman karawitan. Meski minimnya waktu yang ada lantaran kesibukan masing-masing, syukurnya bisa tampil dengan maksimal di atas panggung. Kendati demikian, tetap banyak yang mesti dibenahi.  

“Syukurnya orang-orang karawitan, sedikitnya sudah pegang mat kecak. Memang kami sudah tampil maksimal, tapi pendalamannya masih kurang. Karena untuk mendapatkan kedalaman itu, paling tidak latihannya harus tiga bulan,” tandas Sudana.

Garapan ‘Subali Antaka’ mengisahkan tentang dua raksasa sakti yang bernama Lembu Sora dan Mahesa Sora. Karena kesombongan dan kesaktiannya, mereka ingin menguasai dunia, termasuk Indraloka. Rencana itu pun diketahui Bhatara Indra yang kemudian meminta bantuan kepada Subali dan Sugriwa, dengan imbalan Dewi Tara.

Sebelum berperang, Subali dan Sugriwa meminta petunjuk kepada ibunya, Dewi Jambika, yang telah dikutuk menjadi batu oleh Begawan Gotama. Saat itu mereka mendapat petunjuk agar melawan dengan batu dan pohon. Keduanya pun terlibat peperangan sengit dengan Lembu Sora dan Mahesa Sora di Goa Kiskenda yang menjadi tempat tinggal raksasa sombong itu.

Hingga suatu ketika Subali dan Sugriwa terlibat salah paham, hingga keduanya berperang. Sugriwa yang kewalahan sempat meminta bantuan kepada Sri Rama membunuh Subali, sehingga Sri Rama melepaskan anah panahnya. Sri Rama lantas memberikan wejangan kepada Subali yang tersungkur, bahwa dirinya hanya salah paham dengan saudaranya. Subali pun tersadar dan menyesali kesalahannya. Namun nasi telah menjadi bubur, Subali menghembuskan nafas terakhir dalam pelukan putranya, Anggada. * in

Komentar