nusabali

Pembelajaran di SLB Kombinasikan Sistem Daring-Luring

  • www.nusabali.com-pembelajaran-di-slb-kombinasikan-sistem-daring-luring

DENPASAR, NusaBali
Situasi pandemi covid-19 ‘memaksa’ dunia saat ini mengarah ke arah digital.

Termasuk dalam proses belajar mengajar. Kondisi ini tentu dapat dengan mudah disesuaikan di sekolah umum. Namun belum tentu dengan sekolah berkebutuhan khusus. Mengingat siswa memiliki keterbatasan, SLB Negeri 1 Denpasar menerapkan sistem kombinasi yakni secara daring dan luring.

Kasek SLB Negeri 1 Denpasar, Drs I Ketut Sumartawan M.Phil.SNE mengatakan, memasuki tahun ajaran baru sekolah yang menerima anak berkebutuhan seperti tunanetra, tuna daksa, tuna grahita, autis, dan keterbelangan mental ini mencoba menerapkan pembelajaran secara daring dan luring. Pembelajaran tentunya akan disesuaikan dengan kemampuan siswa, mengingat siswa berkebutuhan khusus tidak sama dengan siswa normal, baik dari segi fisik maupun mentalnya.

“Ada yang luring, ada yang daring, ada kombinasi. Bagi anak-anak yang sudah mampu mengerjakan tugas secara daring, tidak perlu didampingi lagi. Bagi yang luring, tugasnya diambil oleh orangtua ke sekolah. Nanti di rumah anak mengerjakan. Hasil belajar mereka nanti di monitoring. Sesekali guru bisa datang untuk mengecek,” ujar Kasek Sumartawan, Jumat (19/7).

Memasuki tahun ajaran baru, pihak sekolah mencoba juga ide baru agar anak merasa nyaman belajar di rumah. Yakni di masing-masing rumah siswa itu akan diatur, pada bagian pojok ruangan tertentu disediakan meja dan kursi untuk belajar. Siswa pun tidak diharuskan memakai seragam selama pembelajaran. “Jadi setiap ia mengerjakan tugas, dia harus duduk di situ. Tugasnya diambil oleh orangtua ke sekolah. Nanti di rumah anak mengerjakan. Hasil belajar mereka nanti di monitoring. Sesekali guru bisa datang untuk mengecek,” ungkapnya.

Diakui, selama pembelajaran jarak jauh pada semester sebelumnya, memang ditemui sejumlah kendala sehingga pembelajaran di rumah tidak bisa berjalan lancar. Seperti tidak semua anak bisa menggunakan HP dan ada juga yang tidak punya HP. Ada juga siswa yang memiliki kendala jaringan internet, atau orangtuanya yang tidak bisa mendampingi karena harus bekerja. “Ada anak yang bisa menggunakan HP, ada yang sama sekali tidak bisa. Orangtua juga begitu. ada yang mampu mendampingi anak, ada yang tidak bisa karena harus bekerja. Belum lagi masalah jaringan internet,” ungkapnya.

Di sisi lain, anak berkebutuhan khusus yang memiliki keterbelakangan mental masih sulit menerima perubahan. Biasanya anak autis dengan spektrum yang berat akan berontak ketika terjadi perubahan. Wujud protesnya bisa berupa berontak, ngambek, tantrum marah besar, menyakiti diri sendiri, menyakiti orang lain. “Anak autis yang spektrumnya berat sulit menerima perubahan tempat, waktu, atau pun guru yang mengajar. Sehingga perlu sabar dan banyak akal agar anak mau menerima perubahan itu,” katanya.

Dikatakan, pada semester sebelumnya SLB Negeri 1 Denpasar menerapkan pembelajaran lewat grup WA. Sistem belajarnya, guru setiap hari memberikan tugas kepada anak lewat WA. Tapi sebelum itu, guru juga harus komunikasi dengan orangtua tentang belajar online. “Kalau anak tunanetra yang kecerdasannya bagus, tidak masalah. Tapi yang autis, tuna grahita keterbelakangan mental memang perlu didampingi,” jelas Kasek Sumartawan.

“Tugas dikerjakan oleh siswa dan hasilnya dilaporkan kepada saya. Hasil belajar bisa berupa video, atau jawaban-nya bisa difoto, lalu dimasukkan ke wa grup. Di samping itu, laporan direkap setiap minggu dan disimpan di google drive sebagai data pertanggungjawaban,” terangnya. *ind

Komentar