nusabali

Hari Ini Dimakamkan di TMP Kalibata Jakarta, di Bali akan Diabenkan Tahun Depan

Eks Dirut TVRI, Mayjen (Purn) I Gde Nyoman Arsana, Hembuskan Napas Terakhir

  • www.nusabali.com-hari-ini-dimakamkan-di-tmp-kalibata-jakarta-di-bali-akan-diabenkan-tahun-depan

Selain pernah jabat Dirut TVRI, Nyoman Arsana menjadi Sekretaris dari Agum Gumelar ketika menjadi Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres).

JAKARTA, NusaBali
Sekretaris Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) periode 2016-2019, Mayjen (Purn) Dr I Gde Nyoman Arsana SE MM PSC menghembuskan napas terakhirnya pada, Senin, 13 Juli 2020 di RS Patria IKKT Jakarta. Jenazah mantan Direktur Utama (Dirut) TVRI (2006) ini kemudian dibawa ke rumah duka di Komplek Hankam, Slipi, Jakarta Barat. Jenazah akan dimakamkan secara militer pada, Selasa (14/7) hari ini.

"Beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata. Inspektur upacara bapak Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar. Saya sudah menelepon beliau (Agum Gumelar) langsung dan beliau juga merasa sangat kehilangan," ujar istri almarhum Gde Nyoman Arsana, Hj Darwinnaty Alamsyah saat ditemui NusaBali di rumah duka Komplek Hankam, Slipi, Jakarta Barat, Senin (13/7).

Nyoman Arsana sendiri merupakan Sekretaris dari Agum Gumelar ketika dia menjadi Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres). Darwinnaty menceritakan, sebelum meninggal dia dan suaminya sempat bercerita masa lalu mereka. Antara lain, saat Arsana memberikan bunga ketika mereka bertemu di Pangkalan Berandan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Mereka bertemu 9 September 1969 secara tidak sengaja. Arsana yang sedang bermain bola di Pangkalan Berandan dikenalkan oleh salah satu pejabat di sana kepada Darwinnaty yang merupakan seorang Jaksa muda. Arsana pun tertarik dengan Darwinnaty dan memberikan bunga. Selanjutnya Arsana memperkenalkan Darwinnaty kepada komandannya sebagai istrinya. Mereka menikah pada 24 Maret 1972. Dengan mengenang masa lalu, Darwinannty pun merasa dia dan sang suami semakin mesra.

"Saya semalam bilang ke beliau, kita semakin tua semakin mesra. Bahkan bapak ingin merayakan 50 tahun pernikahan kami dua tahun lagi. Dia juga ingin melihat cucunya menjadi dokter," ucap Darwinnaty.

Sayang impian itu belum terwujud, karena Arsana telah meninggalkan dunia fana. Kondisi Arsana saat itu sedang panas. Darwinnaty pun memijat-mijat tubuh Arsana. Dia juga membuat air jahe hangat. Kemudian dia meminta Arsana untuk istirahat.

Namun Arsana terbangun pukul 22.00 WIB dan 04.00 WIB untuk ke kamar mandi. Dari sana Arsana meminta sang istri memegang kepalanya. "Bapak bilang, dia senang saya pegang. Beliau katakan pula sangat mencintai saya. Setelah itu beliau sesak napas," kata Darwinnaty. Keluarga lalu membawa Arsana ke RS IKKT yang tak jauh dari kediamannya pada pukul 05.00 WIB. Sempat menjalani perawatan beberapa jam, akhirnya Arsana dinyatakan meninggal pukul 07.30 WIB. Keluarga kemudian membawa jenazah Arsana ke rumah duka di Komplek Hankam, Slipi, Jakarta Barat.

Darwinnaty menyatakan, memang tiga minggu ini dia punya firasat, yakni sering membuka-buka foto lama, termasuk foto saat mereka menikah. Foto itu pun dia cetak untuk dipajang di ruang tamu. Kala itu, Darwinnaty menyatakan, jika dia lebih dahulu meninggalkan Arsana. Arsana bisa melihat foto tersebut. Begitu pula sebaliknya. "Ternyata bapak yang mendahului saya," ucap Dawinnaty dengan mata berkaca-kaca.

Ucapan belasungkawa berdatangan ke rumah duka, termasuk dari Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat, Wisnu Bawa Tenaya, dan mantan Ketua PHDI Pusat, Sang Nyoman Suwisma. Bagi Darwinnaty, Arsana merupakan sosok yang baik, setia dan romantis.

Darwinnaty pun masih menyimpan foto Arsana yang diberikan kepadanya. Foto tersebut saat Arsana berusia 18 tahun dan ada tulisan langsung Arsana. Dia pun merasa kehilangan Arsana. Apalagi mereka telah menikah 48 tahun lamanya. Hal sama dirasakan oleh adik Arsana, Nyoman Suastika. Suastika merupakan anak ke enam dari 10 bersaudara. Dia tinggal di Bandung, Jawa Barat. Suastika mengatakan terakhir komunikasi lewat telepon dengan kakaknya pada, Minggu (12/7).

"Dia menanyakan kabar saya dan anak-anak. Bagi saya, dia orang yang sangat perhatian dan peduli dengan keluarga," kata Suastika. Selain Suastika, adik Arsana yang tampak datang ke rumah duka kemarin adalah Wayan Aryati.

"Wayan Aryati adalah anak ke empat di keluarga kami. Dia tinggal di Jakarta. Sementara keluarga yang lain dari Bali tidak datang karena mereka sudah berusia lanjut. Saya saja berusia 65 tahun," papar Suastika. Namun keluarga di Bali telah mereka kabari. Mereka juga berencana melakukan ngaben tahun depan, karena di keluarga mereka ngaben dilakukan setiap lima tahun sekali dan itu jatuh pada Agustus 2021 nanti. Caranya ngaben dengan membawa tanah dari makam Arsana di TMP Kalibata sebagai simbolisnya.

Dalam kesempatan itu, adik almarhum, Wayan Aryati mengatakan merasa kehilangan atas kepergian Arsana. "Kakak saya adalah orang yang memiliki jiwa sosial tinggi," ucap Wayan Aryati. Begitupula dengan anak pertama Arsana, Ni Luh Made Ayu Canthy Devi Tresnawaty (Santi). Santi mengatakan, saat terakhir bertemu ayahnya pada, Minggu (12/7) malam, sang ayah meminta dipeluk. Namun dia belum memenuhi permintaan itu, karena sang ayah masih hangat badannya. Dia hanya memijat-mijat sang ayah saja.

Ketika jenazah berada di rumah duka, Santi pun selalu di samping jenazah tersebut ditemani anak dan suaminya, Agus Harimawan. Menurut Agus, sosok mertuanya adalah orang yang selalu menjadi nomor satu. "Saya bangga kepada beliau, karena beliau tidak pernah menjadi nomor dua. Melainkan selalu menjadi nomor satu di pendidikan. Saat lulus sekolah, beliau diterima di tiga tempat sekaligus, FK Unud, Akpol dan Akmil. Beliau memilih Akmil dan peraih Adi Makayasa. Beliau orang yang lurus dan jujur. Saking lurusnya tidak punya rumah dan masih tinggal di rumah dinas ini," kata Agus. *k22

Komentar