nusabali

PJJ Permanen Terhambat Kuota dan Jaringan Internet

  • www.nusabali.com-pjj-permanen-terhambat-kuota-dan-jaringan-internet

DENPASAR, NusaBali
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI, Nadiem Anwar Makarim sempat mengatakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) akan dibuat secara permanen setelah pandemi covid-19.

Namun wacana tersebut harus dibarengi dengan kajian berdasarkan kondisi di lapangan. Sebab yang terjadi saat ini ada dua hambatan utama yakni kuota internet dan jaringan internet.

Kasek SMAN 1 Denpasar, M Rida mengatakan, dari pengalaman belajar jarak jauh melalui daring selama 3 bulan ke belakang saat pandemi Covid-19, memang sangat bergantung pada jaringan internet. Meskipun letak sekolah berada di di wilayah perkotaan yang memiliki jaringan internet bagus, namun kadang-kadang gangguan jaringan tetap dirasakan selama pembelajaran daring.

“Pembelajaran jarak jauh lewat daring ini bergantung pada jaringan internet. Kalau soal kuota internet, kami juga bergantung pada HP siswa. Kami berharap semuanya sudah android. Sebab percuma juga ketika kita memberikan paket data kepada siswa tapi HP-nya tidak bisa dipakai mengakses internet,” ungkap Rida saat dihubungi NusaBali, Minggu (12/7).

Tahun ajaran baru kali ini semua sekolah di Provinsi Bali masih menerapkan pembelajaran daring. Pembelajaran tatap muka saat ini baru hanya bisa dilakukan di daerah zona hijau yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat, yakni di 104 kabupaten/kota di Indonesia. Karena itu, SMAN 1 Denpasar saat ini tengah menyiapkan absensi online untuk kelancaran proses pembelajaran daring tahun ajaran baru.

“Yang rumit sekarang itu adalah siswa baru. Jadi setelah mereka diterima secara virtual sebagai siswa SMAN 1 Denpasar, kami meminta mereka untuk mengisi form lewat daring, seperti nama, nomor HP, dan nomor WA yang akan digunakan sebagai pegangan dalam proses pembelajaran daring nanti,” ujar Kasek Rida.

“Nah saat proses belajar mengajar, kami juga siapkan absen online. Kalau siswa masuk kelas, kan gampang absensinya. Kalau daring ini cukup susah. Makanya saat ini sedang dibuatkan sistem oleh tim IT kami. Mungkin setiap pembelajaran siswa diwajibkan mengisi form kehadiran,” jelas Kasek Rida.

Diakui, saat diberlakukan belajar, bekerja, dan beribadah dari rumah, SMAN 1 Denpasar sempat kelabakan dalam menyesuaikan dengan pembelajaran jarak jauh. Berdasarkan pembelajaran daring yang dilakukan selama 3 bulan ke belakang, para guru di SMAN 1 Denpasar saat ini juga diberikan pelatihan secara daring selama sebulan dalam rangka mempersiapkan pembelajaran daring lebih matang.

“Para guru mau tidak mau harus bisa kreatif dan beradaptasi ke arah daring. Guru-guru kami sudah mendapat pelatihan khusus terkait pembelajaran jarak jauh. Tekniknya seperti apa, pengambilan materinya seperti apa, dan lain-lain atau guru juga bisa jadi model pembelajaran,” tandas Rida.

Sementara itu, soal jaringan di internet juga dialami oleh para siswa di SMAN Bali Mandara. Sebelum pandemi, seluruh siswa SMAN Bali Mandara memang langsung tinggal di asrama sekolah setempat. Namun sejak edaran belajar, bekerja, dan beribadah dari rumah, seluruh siswa tidak ada yang tinggal di asrama sekolah dan tinggal di rumah masing-masing. Para siswa SMAN Bali Mandara mengikuti pembelajaran daring dari rumah masing-masing sejak pertengahan Maret 2020, sama seperti siswa sekolah lain.

Menurut Kasek SMAN Bali Mandara Drs I Nyoman Darta MPd, ada dua hambatan utama yang dialami oleh para siswa selama belajar secara daring, yakni kuota internet dan jaringan internet. “Kami mengadakan polling kepada siswa terkait pembelajaran daring yang telah dilakukan selama ini. Ada dua hambatan utama selama pembelajaran daring berlangsung yakni kuota internet dan jaringan internet. Ada anak-anak yang tidak bisa membeli kuota, ada juga anak-anak yang bisa beli kuota tapi tidak ada jaringan di daerahnya karena tempat tinggalnya jauh di pelosok,” terang Kasek Darta yang dihubungi NusaBali, Minggu kemarin.

Darta pun mengakui jika anak didiknya ada yang masih harus belajar luring atau luar jaringan karena siswa tersebut sama sekali tidak memiliki telepon genggam dan jaringan internet yang susah di daerahnya. Ada juga siswa yang tidak memiliki HP dan harus belajar dengan meminta bantuan meminjam HP di tetangga terdekatnya. “Selama pandemi ini, kami menggunakan google classroom untuk siswa kelas XI dan XII. Sedangkan siswa kelas X menggunakan WA grup. Siswa yang tidak punya HP biasanya meminjam ke HP tetangganya untuk mendownload materi di WA grup. Setelah didownload, murid kemudian mengerjakan materi dan ketika akan meng-upload tugas minta bantuan tetangga lagi,” bebernya.

“Ada juga yang beberapa siswa yang masih belajar secara luring (luar jaringan). Mereka ini sama sekali tidak punya HP dan jaringan internet di daerahnya, sehingga guru-guru kami yang mengajar ke rumahnya. Guru yang mengajar tergantung siswa itu tinggal di mana. Karena guru-guru kami juga berasal dari seluruh Bali, maka jika siswa yang belajar luring berasal dari Tabanan, maka guru yang berasal dari Tabanan yang akan mengajar ke rumahnya,” imbuh Kasek Darta.

Terkait kuota internet, SMAN Bali Mandara saat ini sudah merevisi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang mana dananya dialokasikan untuk membantu siswa membeli paket data. “Sekarang sudah ada peraturan menteri yang mengizinkan dana BOS dipakai untuk memberikan siswa kuota internet. Kalau sebelumnya memang belum,” tambahnya.

Sementara untuk kendala jaringan internet, SMAN Bali Mandara juga sudah menyampaikan surat edaran kepada para orangtua siswa agar memanfaatkan fasilitas program Bali Smart Island yakni fasilitas wi-fi gratis di balai Banjar yang sudah diprogramkan oleh Pemprov Bali. “Kami sudah sampaikan surat edaran kepada orangtua siswa kalau di balai banjar-balai banjar desa adat sekarang ada Bali Smart Island yakni program wi-fi gratis dari Pemprov Bali. Kami harapkan orang tua mau mengantarkan anaknya ke sana. Kalau memang jauh, ya terpaksa minta bantuan ke tetangga yang paling dekat dan punya jaringan internet,” kata Kasek Darta.

Di sisi lain menurut Kasek Darta, jika melihat kondisi saat ini, bukan tidak mungkin jika pembelajaran ke depan akan mengarah pada pembelajaran jarak jauh. Namun perlu dikaji agar pembelajaran jarak jauh dengan tidak mengurangi nilai-nilai yang didapatkan dari pembelajaran tatap muka. Semisal, penilaian afektif atau sikap siswa yang dirasa masih susah ketika dalam pembelajaran daring. Menurutnya jika pembelajaran secara tatap muka guru lebih lebih gampang menilai dan mengamati afektif siswa. “Proses pembelajaran kan ada 3 penilaian yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Kalau tatap muka bisa langsung dilihat ketiga-tiganya. Kalau secara daring, saya rasa nilai efektifnya yang masih susah belum maksimal bisa dilakukan. Oleh karena itu, masih perlu dipikirkan bagaimana caranya,” tandas Kasek Darta. *ind

Komentar