nusabali

Lima Seniman Muda Berkolaborasi Bacakan Puisi 'Ia Yang Datang Tiap Malam'

  • www.nusabali.com-lima-seniman-muda-berkolaborasi-bacakan-puisi-ia-yang-datang-tiap-malam

DENPASAR, NusaBali
Teater Sastra Welang kembali menunjukkan geliat sastranya dengan merilis video pembacaan kolaborasi puisi berjudul ‘Ia Yang Datang Tiap Malam’ karya Moch Satrio Welang pada Sabtu (27/6) lalu.

Video yang dirilis di kanal YouTube Moch Satrio Welang ini menampilkan lima seniman muda, di antaranya empat penyair yakni Pranita Dewi, Ayu Winastri, Achmad Obe Marzuki, Moch Satrio Welang, dan seorang pegiat teater Legu Adi Wiguna.

Puisi Ia Yang Datang Tiap Malam karya Moch Satrio Welang ini ditulis mulai dari tahun 2016-2019. Sebagai sebuah karya puisi, sebelumnya puisi ini telah dialihkreasikan dalam bentuk musikalisasi puisi oleh pegiat teater dan musisi Heri Windi Anggara, yang telah diperkenalkan ke publik untuk pertama kalinya tahun lalu, melalui pagelaran Lomuisi Tetra Welang 2019. Di ajang inilah, Moch Satrio Welang melihat bagaimana sebuah puisi dibacakan oleh seseorang yang berbeda-beda.

“Di antara lomba musikalisasi puisi itu, di saat jeda makan siang dewan juri, ada satu jam jeda, saya pakai untuk lomba baca puisi ini. Jadi ketika membaca satu puisi yang dibacakan orang yang berbeda-beda, itu saya lihat ternyata memang ada seni membaca puisi sendiri yang memang berdiri sendiri. Orang yang menulis puisi, belum tentu bisa membaca puisi dengan baik. Yang membaca puisi dengan baik juga belum tentu menulis puisi dengan baik. Jadi kalau ada yang bisa keduanya itu kan luar biasa,” ujarnya saat dihubungi NusaBali, Selasa (7/7).

Legu Adi Wiguna, pegiat teater yang lebih dikenal sebagai sutradara, penata artistik ini didapuk menjadi nahkoda dalam penggarapan video art ini, mulai dari proses pengambilan gambar hingga proses penyuntingan. Adapun proses pengambilan gambar ini berlangsung selama satu hari dengan proses penyuntingan video yang memakan waktu selama hampir dua minggu.


“Kendala terbesar itu alat terbatas karena semua dikerjakan lewat HP saja, baik pengambilan gambar, dan penyuntingan (editing). Kita menantang diri, apakah karena alat, kreativitas menjadi terbelenggu? Apa karena pandemi? Ternyata tidak. Kita masih bisa melawan pandemi dengan melancarkan segala bentuk kreativitas, baik penulisan dan pembacaan puisi, aransemen lagu puisi dan juga penyuntingan gambar menjadi video art,” lanjut Satrio Welang.

Salah satu penyair dalam kolaborasi ini, Pranita Dewi menyampaikan bahwa inilah upaya para pegiat seni muda mengisi ruang-ruang kosong dan mengasah kreatifitas untuk selalu terjaga melalui puisi. “Jika kita percaya pada cita-cita tentang puisi yang baik dan dengan demikian berarti puisi murni yang didambakan sejak masa nirbahasa sampai tarikh posmodern ini, maka kita pun percaya, lagu dan makna, bentuk dan isi, nyanyi dan inti, rima dan getar hati, hadir secara seimbang dalam komposisi,” papar Pranita Dewi, penyair yang meluncurkan buku puisi tunggalnya bertajuk ‘Pelacur Para Dewa’ di tahun 2006 silam.

Sejatinya, puisi Ia Yang Datang Tiap Malam ini akan dimasukkan dalam album musikalisasi puisi ketiga Teater Sasta Welang, yang jadwal peluncurannya terpukul mundur akibat pandemi ke tahun 2021. Sebelumnya Teater Sastra Welang telah meluncurkan dua album musikalisasi puisi, yakni Taman Bunga (2013) dan Instalasi Bulan dan Matahari ( 2016). “Untuk album musikalisasi puisi yang ketiga ini, sudah ada 9 lagu, kurang dua lagi. Total rencana sebelas lagu,” tutup Satrio Welang.*cr74

Komentar