nusabali

Wisatawan Domestik, Tumpuan Asa Pulihkan Pariwisata Bali

  • www.nusabali.com-wisatawan-domestik-tumpuan-asa-pulihkan-pariwisata-bali

Pariwisata Indonesia tumbuh pesat dalam dasawarsa terakhir. BPS mencatat jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Indonesia mencapai 10 juta pada tahun 2015.

Penulis : Putu Simpen Arini, SST,M.Si
Kepala Seksi Statistik Sosial BPS Kabupaten Bangli

Hanya dalam jangka waktu tiga tahun setelahnya, kunjungan wisman mampu menembus angka 15 juta kunjungan. Sumbangan devisa yang dihasilkan mampu menahan laju defisit neraca pembayaran di tengah kinerja neraca perdagangan yang babak belur sepanjang 2019. Kinerja sektor pariwisata yang cukup baik ini kini dihantam penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19). Penyakit ini menginfeksi jutaan orang di seluruh dunia. Dampak virus ini terhadap ekonomi Bali yang bergantung pada sektor Pariwisata diperkirakan akan besar dan dapat menyebabkan resesi. Untuk memulihkan kinerja sektor pariwisata, pemerintah akan meningkatkan porsi penerimaan wisatawan domestik yang semula hanya 55% menjadi 70%. Tentu hal ini layak dicoba mengingat keberadaan wisatawan domestik mampu membuat UMKM bergeliat lagi.

Dikutip dari bisnis.tempo.co.id, pemerintah  meluncurkan empat program untuk wisatawan domestik, yaitu In City Activation, Staycation, Roadtrip dan Epicsale. Pada tahap awal  pemerintah mendorong pergerakan wisatawan di kotanya masing-masing (in City Activation) dan staycation. Setelah itu masuk ke perjalanan antarkota, antarkabupaten atau antardaerah, dan terbuka untuk semua provinsi (roadtrip dan epicscale). Upaya pemerintah memulihkan kinerja sektor pariwisata melalui wisatawan domestik patut kita dukung mengingat potensi wisatawan domestik tidak bisa dianggap sebelah mata. Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, Indonesia memiliki potensi pasar yang sangat bagus. Potensi Indonesia ini bahkan sudah dilirik oleh negara lain. Terlebih saat ini ada perubahan pola konsumsi penduduk Indonesia  dimana kegiatan traveling sudah menjadi bagian dari gaya hidup / lifestyle. Konsumsi rumah tangga penduduk Indonesia yang sebelumnya sebagian besar didominasi makanan dan pakaian kini mulai beralih ke liburan. Hal ini terlihat dari nilai pengeluaran konsumsi rumah tangga pada kelompok Restoran dan Hotel yang tumbuh sebesar 12.85 persen pada tahun 2018. 

Peningkatan aktivitas berlibur mendorong jumlah kunjungan penduduk Indonesia ke luar negeri (outbound travel) terus meningkat setiap tahunnya. Dalam laporan Mastercard Future of Outbound Travel in Asia Pacific (2016-2021), Indonesia menduduki urutan ketiga sebagai negara dengan pertumbuhan outbound travel terbesar di Asia setelah Myanmar dan Vietnam. Jumlah penduduk Indonesia yang berkunjung keluar negeri tumbuh 8,6 persen setiap tahunnya. Bahkan pertumbuhan outbound travel penduduk Indonesia mengalahkan China yang memiliki pertumbuhan outbound travel sebesar 8,5 persen. Pada tahun 2018, jumlah kunjungan penduduk Indonesia keluar negeri sudah mencapai 9,77 juta. 

Selain dari sisi jumlahnya, pengeluaran turis Indonesia di luar negeri juga menunjukkan peningkatan. Laporan Visa bertajuk “Mapping the Future of Global Travel and Tourism in Asia Pacific” memprediksi Indonesia akan mengalami pertumbuhan pengeluaran saat bepergian tertinggi se-Asia Pasifik dengan peningkatan sebesar 211%. Pada tahun 2015, pengeluaran penduduk Indonesia yang berkunjung keluar negeri hanya sebesar US$ 5,1 miliar. Nilai ini diprediksi akan mencapai US$ 16 miliar pada tahun 2025. Kenyataannya pada tahun 2018 saja, jumlah devisa yang dibelanjakan oleh penduduk Indonesia saat berkunjung ke luar negeri sudah mencapai US$ 8,77 miliar. 

Jika konsumsi berlibur wisatawan domestik ini dialihkan ke dalam negeri, tentu akan membantu memulihkan sektor pariwisata dan UMKM yang ada. Berdasarkan data Neraca Satelit Pariwisata Nasional Tahun 2012, struktur pengeluaran wisatawan domestik di dominasi oleh pengeluaran untuk angkutan domestik, pengeluaran untuk restoran dan sejenisnya, pengeluaran untuk industri non makanan, baru diikuti pengeluaran untuk hotel dan akomodasi. Melihat struktur pengeluaran tersebut, salah satu tantangan yang dihadapi dalam memulihkan wisatawan domestik saat ini adalah harga tiket pesawat untuk angkutan domestik. Dikutip dari finance.detik.com, pemerintah mengizinkan maskapai menaikkan harga tiket pesawat hingga menyentuh tarif batas atas (TBA) di tengah pandemi Corona (COVID-19) ini. Berkaca pada pengalaman sebelumnya, adanya kenaikan harga tiket pesawat menyebabkan lebih tingginya harga tiket domestik dibanding internasional. Hal ini mendorong wisawatan Indonesia beralih liburan ke luar negeri. Untuk mengatasi hal ini, agaknya kita juga bisa meniru langkah yang dilakukan negara Jepang. Jepang mensubsidi sebagian dari biaya perjalanan warganya untuk menggenjot wisatawan domestik mereka. Di Indonesia sendiri, pemerintah pusat berencana memberikan potongan harga sebesar 30 persen untuk 25 persen kursi/seat pada setiap pesawat yang menuju destinasi pariwisata termasuk Bali. Jika ini bisa diwujudkan, harga tiket domestik tujuan wisata lebih murah dibandingkan ke luar negeri dan mendorong penduduk Indonesia lebih memilih berwisata di dalam negeri dibandingkan keluar negeri di masa new normal ini. Melihat struktur pengeluaran wisatawan domestik yang paling banyak pada biaya angkutan domestik, kebijakan dalam bidang tarif angkutan domestik tentu harus menjadi perhatian utama selain protokol kesehatan yang sesuai standar.


*. Tulisan dalam kategori OPINI adalah tulisan warga Net. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Komentar