nusabali

Giliran 9.412 Mahasiswa Se-Bali Digelontor BST

Berbagi Pengalaman, Koster Bangga Punya Orangtua Miskinz

  • www.nusabali.com-giliran-9412-mahasiswa-se-bali-digelontor-bst

3.164 mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri dan 6.248 mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta terdampak Covid-19 dapat bantuan masing-masing Rp 1,5 juta

DENPASAR, NusaBali

Setelah siswa sekolah swasta semua jenjang di Bali, kini giliran 9.412 mahasiswa se-Bali yang digelontor Bantuan Sosial Tunai Perguruan Tinggi (BST PT) oleh Gubernur Bali, Dr Ir Wayan Koster MM. Saat penyerahan secara simbolis BST PT kepada perwakilan mahasiswa yang terdampak pandemi Covid-19, Selasa (9/6) pagi, Gubernur Koster sempat berbagai pengalaman tentang jalan hidupnya yang susah semasa mahasiswa. Gubernur Koster mengaku bangga punya orangtua miskin.

Acara penyerahan secara simbolis BST PT kepada perwakilan mahasiswa se-Bali, Selasa kemarin, dilaksanakan di Gedung Wiswa Sabha Utama Kantor Gubernur Bali, Niti Mandala Denpasar. Dalam acara tersebut, Gubernur Koster didampingi Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga Provinsi Bali, I Ketut Ngurah Boy Jaya Wibawa.

Total nilai BST PT yang dikucurkan mencapai Rp 13.879.000.000 atau Rp 13,879 miliar, untuk 9.412 orang mahasiswa. Dari jumlah tersebut, sebanyak Rp 4.507.000.000 atau Rp 4,507 miliar diperuntukkan bagi 3.164 mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (PTN), sementara Rp 9.372.000.000 atau Rp 9,372 miliar lagi diperuntukkan bagi 6.248 mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Setiap mahasiswa kecipratan bantuan BTS PT sebesar Rp 1.500.000 atau Rp 1,5 juta, un-tuk meringankan beban uang kuliah di tengah pandemi Covid-19.

Di hadapan perwakilan masahsiswa kemarin pagi, Gubernur Koster sempat berbagi pengalaman dengan bercerita tentang jalan hidupnya yang susah saat pertama kuliah di ITB Bandung tahun 1981. Diceritakan, saat itu Koster kuliah sambil bekerja sebagai guru private Matematika SMP/SMA dari rumah ke rumah.

Alumni 1981 SMAN 1 Singaraja, Buleleng ini harus kos dan hidup seadanya di perantauan, dengan membiayai sendiri kuliahnya. Namun, dengan semangat dan kegigihannya, Koster lulus dari ITB tahun 1987. Dalam perjalanan selanjutnya, Koster sabet gelar Doktor Ilmu Matematika. Sempat menjadi pegawai honor di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Koster kemudian terjun ke dunia politik di bawah bendera PDIP.

Bahkan, saat sudah menjadi PNS, Koster rela melepas pekerjaan ‘nyaman’ itu karena maju tarung ke Pileg 2004 dan terpilih menjadi anggota Fraksi PDIP DPR RI Dapil Bali 2004-2009. Akhirnya, selama tiga periode sejak 2004 Koster duduk di Komisi X DPR RI dari Fraksi PDIP Dapil Bali (2004-2009, 2009-2014, 2014-2018), sebelum akhirnya terpilih dan dilantik menjadi Gubernur Bali, 5 September 2018.

Menurut Koster, menjadi seorang anak dengan kondisi orangtua miskin, sangat tidak enak. "Tapi, karena orangtua miskin, saya merasa tertantang. Kemiskinan orangtua menjadi penyemangat perjuangan saya. Sungguh, saya bangga punya orangtua miskin. Ketimbang punya orangtua kaya, tidak akan membuat kita tahan banting untuk mandiri menjalani hidup ini,” beber Koster.

“Catat omongan saya ini. Adik-adik mahasiswa jangan lihat saya sekarang yang menjadi Gubernur. Saya dulu hidupnya susah," lanjut Gubernur asal Desa ‘Bali Age’ Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng yang juga menjabat Ketua DPD PDIP Bali ini.

Koster sampai tersendat tak mampu berkata-kata, hingga membuat suasana hening beberapa saat, ketika mengenang masa kuliahnya di perantauan. "Kalian yang hadir di sini, mungkin ada orangtua kalian tidak mampu. Bantuan ini (BST PT) bisa membantu sedikit, walaupun tidak bisa memenuhi seluruh biaya kuliah. Jangan pernah merasa minder memiliki orangtua kurang mampu. Sebaliknya kalian yang orangtuanya mampu dan kaya, harus mandiri. Jangan berfoya-foya dan manja," tegas suami dari seniwati multitalenta Ni Putu Putri Suastini ini.

Menurut Koster, bantuan BST PT sebesar Rp 1,5 juta per orang ini diberikan kepada mahasiswa yang orangtuanya kena imbas Covid, seperti dirumahkan, kena PHK, atau usahanya tak bisa berjalan. Selain itu, bantuan ini juga ditujukan bagi mahasiswa yang membiayai sendiri kuliahnya, dengan bekerja paruh waktu dan kini terpaksa harus berhenti kerja karena wabah Corona. Mungkin juga ada yang orangtuanya punya warung, tapi ditutup karena Covid-19.

Koster menyebutkan, BST PT yang dialokasikan dari dana APBD Bali ini merupakan inisiatif kebijakan Gubernur. "Tujuannya adalah untuk melengkapi skema bantuan pemerintah pusat, serta memberikan bantuan nyata bagi para mahasiswa terdampak Covid-19," kata tokoh yang menempuh pendidikan menengah tingkat pertama di SMP Bhaktiyasa Singaraja ini.

Dijelaskan, dalam upaya penanganan dampak pandemi Covid-19, pusat menerapkan skema penyaluran bantuan berbasis data terpadu kesejahteraan sosial. Bantuan tersebut disalurkan sejumlah kementerian, seperti Kementerian Sosial (Kemensos) dan Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker). Kemensos menyalurkan bantuan dalam bentuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Bantuan Sosial Tunai (BST). Sedangkan Kemenaker punya program kartu pra kerja.

Untuk mengoptimalkan upaya penanganan dampak Covid-19, Pemprov Bali di bawah Gubernur Koster mengambil kebijakan untuk melengkapi program pusat dengan menyentuh sektor yang belum terakomodir skema pusat, salah satunya di  bidang pendidikan. “Kita sadar bahwa yang terdampak bukan hanya masyarakat di desa dan para pekerja, dunia pendidikan juga kena imbas,” jelas Koster.

Kepada mahasiswa penerima BST PT Rp 1,5 juta per orang, Koster berpesan agar mereka tetap semangat dalam menempuh pendidikan, hingga suatu hari nanti bisa menjadi kebanggaan keluarga. Di tengah situasi prihatin ini, para mahasiswa juga diingatkan agar memanfaatkan uang secara bijak.

Menurut Koster, dampak pandemi Covid-19 yang dirasakan oleh sebagian besar kelompok masyarakat ini hendaknya semakin memantik semangat para mahasiswa untuk terus begerak dalam tatanan kehidupan era baru, melatih diri memecahkan persoalan dan melepaskan diri dari ketergantungan. “Ingat, masa depan ada di tangan adik-adik. Jangan tergantung pada warisan orangtua, jangan manja, jangan menghambur-hamburkan duit orangtua,” ujarnya seraya meminta mahasiswa agar menekuni kegiatan positif dan menjauhi narkoba.

Lima hari sebelumnya, Kamis (4/6), Gubernur Koster juga menyerahkan bantuan BST-SPP senilai total Rp 11,08 miliar bagi 19.859 siswa sekolah swasta semua jenjang se-Bali. Siswa berjumlah 19.859 orang tersebut berasal dari berbagai jenjang, yakni SD, SMP, AMA/SMK, dan SLB.

Besaran batuan tiap siswa berbeda berdasarkan jenjangnya. Untuk siswa SD, bantuan BST-SPP sebesar Rp 450.000 per orang untuk 3 bulan. Jadi, per bulan tiap siswa SD kebagian bantuan Rp 150.000. Untuk siswa jenjang SMP, besarannya Rp 600.000 per siswa untuk 3 bulan atau Rp 200.000 per bulan. Sedangkan siswa jenjang SMA/SMK, digelontor sebesar Rp 750.000 per siswa untuk 3 bulan atau Rp 250.000 per bulan. Sementara siswa SLB, besaran bantuan yang digelontor disesuaikan dengan jenjangnya (SD, SMP, SMA).

Secara rinci, bantuan BST-SPP untuk siswa jenjang SD se-Bali terealisasi sebanyak 2.650 orang dengan anggaran sebesar Rp 1.129.760.000. Sementara bantuan BST-SPP untuk siswa jenjang SMP se-Bali terealisasi sebanyak 4.972 orang dengan anggaran sebesar Rp 2.271.658.000. Sedangkan untuk siswa jenjang SMA se-Bali terealisasi sebanyak 2.816 orang, dengan anggaran sebesar Rp 1.647.220.000. Untuk siswa jenjang SMK se-Bali, terealisasi sebanyak 9.318 orang dengan anggaran sebesar Rp 6.002.640.000. Sebaliknya, untuk siswa SLB se-Bali, terealisasi sebanyak 103 orang dengan anggaran Rp 28.740.000.  *nat

Komentar