nusabali

Ikan di Pasar Kedonganan Dipasok dari Banyuwangi dan Karangasem

Nelayan Tidak Melaut karena Gelombang Tinggi

  • www.nusabali.com-ikan-di-pasar-kedonganan-dipasok-dari-banyuwangi-dan-karangasem

MANGUPURA, NusaBali
Cuaca ekstrem hujan deras disertai angin kencang dan gelombang tinggi yang terjadi selama tiga hari belakangan ini mengakibatkan nelayan di Kedonganan, Kecamatan Kuta, Badung, tidak melaut.

Akibatnya, pasokan ikan di Pasar Kedonganan mulai menurun. Guna mengantisipasi kelangkaan ikan, sejumlah pedagang mendatangkan ikan dari Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur, dan Karangasem.

Salah seorang pedagang ikan di Pasar Ikan Kedonganan, Samsul, menerangkan dalam dua hari terakhir, para nelayan yang memasok ikan segar ke Pasar Ikan Kedonganan sudah tidak melaut lantaran cuaca ekstrem. Hal ini menyebabkan ketersediaan ikan di pasar tersebut mulai berkurang. Untungnya, sejumlah daerah yang tidak terdampak gelombang tinggi ikut memasok ikan di pasar tersebut. Sehingga bisa memenuhi permintaan masyarakat. “Kalau ikan yang dijual saat ini dari nelayan yang melaut tiga hari lalu atau sebelum banjir rob dan baru kembali ke darat. Makanya ada stok ikan untuk dijual. Selain itu ada yang datang dari luar daerah dan baru tiba hari ini (kemarin). Sehingga ikan selalu ada di sini,” kata Samsul, Kamis (28/5) siang.

Terkait harga ikan, menurut Samsul harga tetap normal seperti hari biasanya. Ikan berukuran kecil rata-rata Rp 15.000 per kilogram, ikan berukuran besar seperti ikan tongkol, bawal, kakap berkisaran Rp 30.000 hingga Rp 40.000 per kg. “Kalau untuk kenaikan harga tidak ada. Kami jual memang segitu. Meski ada kelangkaan, saat ini harganya masih stabil,” ungkap Samsul.

Seorang nelayan, Ahmad Rasidin, 25, menuturkan dalam dua hari terakhir, dia dan rekan-rekannya sudah tidak bisa melaut. Sejumlah nelayan memilih untuk membersihkan kapal serta memperbaiki jaring. Kondisi gelombang yang tingginya mencapai 4 meter membuat pihaknya mengurungkan niat melaut. Apalagi kapal mereka tergolong kecil. “Semua nelayan di sini sudah nggak ada yang turun (melaut). Gelombangnya tinggi,” kata pria yang baru enam bulan berada di Bali ini.

Sementara, Kepala Pasar Desa Adat Kedonganan I Wayan Suerta menerangkan untuk mengantisipasi kelangkaan ikan di Pasar Kedonganan di tengah cuaca ekstrem ini, para pengepul selalu berkoordinasi dengan nelayan di Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur dan Karangasem. Sehingga, setiap harinya tetap ada yang menjual ikan di pasar. “Kalau ikan tidak kurang di sini (Pasar Kedonganan). Cuaca seekstrem apapun tetap ada yang menjual ikan, karena sudah ada semacam jaringan nelayan dan pengepul,” tutur Suerta yang dikonfirmasi per telepon.

Wayan Suerta yang akrab disapa Wajan Tenja, menjelaskan mengenai pasokan ikan dari luar daerah khususnya Banyuwangi di tengah pandemi Covid-19, tetap mematuhi protokol kesehatan. Dimana, kapal nelayan yang hendak bongkar muat tidak diizinkan turun hingga ke pantai/pesisir. Pihak penerima yang mengambil ikan ke kapal mereka. Begitu juga sebaliknya, untuk kebutuhan logistik diantar langsung ke kapal pemasok ikan.

“Kalau kondisi sudah normal dan para nelayan sudah bisa melaut, pengepul tidak akan mendatangkan ikan dari luar. Sehingga, nelayan yang beroperasi di Kedonganan langsung menjual ikan ke pasar,” ucap Suerta.

Meski saat ini pasar masih beroperasi, pedagang ikan jumlahnya menurun. Hal ini karena ada pemberlakuan jam operasional pasar. Selain itu, ada juga pedagang yang sedang libur hari raya. “Saat ini pedagang ikan di pasar memang menurun. Karena ada pemberlakuan jam operasi dari pukul 07.00 Wita hingga pukul 15.00 Wita. Padahal sebelum wabah, pasar bukasampai pukul 21.00 Wita setiap hari,” beber Suerat. Menurut dia, di akses masuk pasar sudah disediakan bilik disinfektan serta hand sanitizer. *dar

Komentar