Wisman ke Bali Diprediksi Tersisa 17,2 Persen
MANGUPURA, NusaBali
Kunjungan wisman ke Bali pada tahun 2020 diperkirakan akan terkontraksi hingga 82,8 persen atau menyisakan 17,2 persen dibanding tahun 2019 yang meraih 6.275.210 orang.
Penurunan terdalam pada triwulan II. Hal tersebut terungkap dalam webinar ‘Menyongsong Normalitas Kehidupan yang Baru Pasca Pandemi Covid-19 yang digelar Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kabupaten Badung, Rabu (27/5).
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Bali Trisno Nugroho mengatakan memasuki 2020, kunjungan wisman sempat meningkat di berbagai wilayah, terutama Bali dan NTB pasca recovery bencana. Namun pertumbuhan kunjungan wisman berbalik arah pada bulan berikutnya, dan mendorong kontraksi ekspor jasa. “Balinusra merupakan daerah yang paling terdampak dari turunnya kunjungan wisman tersebut,” ujarnya.
Berdasarkan diskusi dengan para pelaku pariwisata, inbound wisman ke Bali 2020 diperkirakan terkontraksi terparah pada pada triwulan II 2020. Penurunan akan terkontraksi 49,2 persen sampai 82,8 persen secara year on year ear (yoy) pada tahun 2020.
Diharapkan seiring dengan kebijakan Pemerintah Pusat dan Bali, pada triwulan III diharapkan kunjungan wisman akan mulai pulih. Papar Trisno pelaku usaha berpendapat Covid-19 akan pulih dalam jangka waktu 3-9 bulan ke depan.
Webinar yang digelar Balitbang Badung menghadirkan tiga narasumber. Selain Trisno Nugroho, adalah Ketua BPD PHRI Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati atau Cok Ace yang juga Wagub Bali, Ahmad Yurianto (Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI), yang juga jubir Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
“Pemikiran dari narasumber dan pemasukan dari bapak/ibu saudara , akan dimanfaatkan sebagai referensi Balitbang dalam menyusun konsep merumuskan kebijakan Pemerintah Kabupaten Badung, berkenaan dengan langkah-langkah apa yang harus dilakukan,” ujar Kepala Balitbang Badung I Wayan Suambara.
Harapannya walau secara selektif dan bertahap, usaha-usaha perekonomian masyarakat, diharapkan mulai bisa bangkit secara perlahan-lahan. “Sehingga dengan demikian kita bisa menyesuaikan dengan diri dengan kehidupan baru atau sering disebut new normal,” ujarnya. *k17
Komentar