nusabali

BKKBN Khawatir Fenomena ‘Baby Boom’ Saat Pandemi

Pasangan Usia Subur Diimbau Tunda Kehamilan

  • www.nusabali.com-bkkbn-khawatir-fenomena-baby-boom-saat-pandemi

DENPASAR, NusaBali
Kebijakan Stay at Home dan Work From Home (WFH) dalam mencegah penyebaran Covid-19 telah berlangsung selama tiga bulan lebih.

Kebijakan membatasi kegiatan di luar rumah ini dikhawatirkan berpotensi terhadap angka kehamilan yang tinggi. Pasca pandemi Covid-19 bisa saja akan menjadi fenomena ‘baby boom’. Demikian diungkapkan Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bali, Drs Agus P Proklamasi MM.

Baby boom adalah istilah ‘ledakan kelahiran bayi’. Istilah ini biasanya digunakan untuk menjelaskan peningkatan kelahiran bayi dalam suatu waktu. Fenomena ini bisa menimbulkan beberapa permasalahan terkait kependudukan, kualitas SDM, hingga ekonomi. Kebijakan Work From Home menjadikan interaksi yang lebih lama bagi keluarga di dalam rumah, sehingga berpotensi terjadinya kehamilan.

“Pelayanan kesehatan, salah satunya pelayanan Keluarga Berencana (KB) di fasilitas kesehatan juga terdampak Covid-19. Pasangan usia subur atau akseptor KB kemungkinan khawatir untuk datang ke fasilitas kesehatan. Di sisi lain, pihak fasilitas kesehatan juga kekurangan Alat Pelindung Diri APD), sehingga timbul risiko putus-pakai pemakaian kontrasepsi yang akan berdampak kehamilan tidak direncanakan (unwanted pregnancy),” ujar Agus Proklamasi dalam siaran pers ‘Tunda Kehamilan Pada Masa Pandemi Covid-19’ yang digelar Selasa (26/5) lalu.

Jika dilihat lebih jauh, fenomena ‘baby boom’ tentunya bisa menimbulkan dampak yang lebih besar lagi, seperti terjadinya stunting pada bayi yang dilahirkan, meningkatnya angka kematian ibu dan juga meningkatnya angka kematian bayi. “Selama masa pandemi ini, Pasangan Usia Subur (PUS) disarankan menunda kehamilan,” ujarnya.

Dikatakan, usia kehamilan muda memiliki resiko tinggi terpapar virus Covid-19, karena daya tahan tubuhnya menurun. Selain itu juga, wanita hamil sangat rentan mengalami keguguran, sehingga apabila saat pandemi ini mengalami keguguran atau gangguan kehamilan, penanganannya juga tidak akan optimal karena adanya pembatasan sosial. “Rata-rata orang hamil muda akan mual-mual, muntah, pusing, bahkan ada yang susah makan. Kondisi ini menyebabkan tubuh kurang asupan gizi. Lebih jauh, itu akan berdampak pada penurunan imun tubuh,” imbuhnya.

BKKBN pun saat ini telah melakukan langkah-langkah antisipasi untuk mengatasai permasalahan selama masa pandemi Covid-19, diantaranya melakukan koordinasi dengan OPD KB Kabupaten/Kota dalam melakukan pembinaan kesertaan ber-KB dan pencegahan putus pakai melalui berbagai media terutama media online atau daring. Penyuluh KB (PKB) atau Petugas Lapangan KB (PLKB) bekerjasama dengan Kader Institusi Masyarakat Pedesaan melakukan analisis untuk mengetahui jumlah dan persebaran PUS yang memerlukan pelayanan suntik KB, Pil KB, IUD dan Implan,

Selain itu, PKB/PLKB melakukan koordinasi dengan faskes terdekat serta PMB dalam rangka persiapan dan pelaksanaan kegiatan pelayanan KB, serta pembinaan kesertaan ber-KB termasuk Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dan konseling menggunakan media daring dan medsos atau kunjungan langsung dengan memperhatikan jarak ideal. BKKBN juga melaksanakan sosialisasi Tunda Kehamilan melalui Mobil Unit Penerangan (Mupen) yang dilakukan baik melalui Mupen Provinsi maupun Kabupaten/kota. Mupen ini bergerak ke desa-desa dengan pemutaran materi KIE dan pemberian KIE langsung terkait Tunda Kehamilan. *ind

Komentar