nusabali

Tersapu Ombak, Anak Tunggal Tewas Tenggelam

Musibah Maut di Loloan Perbatasan Pantai Lebih dan Pantai Siyut

  • www.nusabali.com-tersapu-ombak-anak-tunggal-tewas-tenggelam

GIANYAR, NusaBali
Ganasnya ombak di Pantai Lebih, Desa Lebih, Kecamatan Gianyar dan sekitarnya menelan korban nyawa.

Korbannya adalah Putu Angga Wisargawan, 20, pemuda asal Banjar Kaja Kauh, Desa Tulikup, Kecamatan Gianyar yang tewas tenggelam disapu ombak besar di loloan (muara) Tukad Sangsang, perbatasan Pantai Lebih dan Pantai Siyut, Rabu (27/5) pagi.

Korban Putu Angga Wisargawan, yang merupakan anak semata wayang pasangan I Nyoman Sakih dengan Ni Wayan Konik, awalnya dilaporkan hilang, Rabu pagi sekitar pukul 07.30 Wita. Pemuda berusia 20 tahun yang kesehariannya bekerja di bimbingan belajar ‘Kumon’ ini kemudian ditemukan tak bernyawa siang sekitar pukul 14.44 Wita. Jasad korban ditemukan tersangkut di antara rumpun bambu pinggir aliran loloan pada kedalaman sekitar 5 meter.

Informasi yang dihimpun NusaBali, peristiwa maut yang merenggut nyawa Putu Angga berawal ketika korban hendak mandi di loloan perbatasan Pantai Lebih (sisi barat) dan Pantai Siyut (sisi timur), Rabu pagi pukul 07.00 Wita. Korban Putu Angga saat itu berangkat ke pantai bersama 7 temannya yang 6 orang di antaranya sesama asal Desa Tulikup.

Enam (6) pemuda Desa Tulikup yang bersama korban, masing-masing Gede Suryadi, 19 (asal Banjar Pande Kelod), I Gusti Ngurah Purna Ariawan, 25 (asal Banjar Pande Kaja), Ketut Pande Juliarta, 25 (asal Banjar Pande Kaja), Pande Komang Ariwarta, 17 (asal Banjar Pande Kaja), Pande Putu Yoga, 22 (asal Banjar Pande Kaja), dan Pande Kadek Oka Pradnyana, 15 (asal Banjar Pande Kaja). Sedangkan satunya lagi seorang perempuan, yakni Gusti Ayu Desi, 20, mahasiswi asal Banjar Selat, Desa/Kecamatan Dawan, Klungkung.

Setibanya di lokasi, korban Putu Angga dan 7 rekannya tidak langsung mandi. Mereka pilih duduk-duduk di bebatuan. Tepat pukul 07.30 Wita, ketika korban Putu Angga hendak mencebur ke kolam loloan, tiba-tiba muncul ombak besar menerjangnya. Bukan hanya korban Putu Angga yang tersapu ombak, namun juga 7 rekannya itu.

“Korban (Putu Angga) langsung hilang tenggelam. Sedangkan 7 rekannya berhasil menyelamatkan diri,” ungkap Kapolsek Gianyar, Kompol I Ketut Swastika, di lokasi TKP, Rabu siang.

Musibah maut ini kemudian dilaporkan ke Polsek Gianyar. Menurut Kompol Swastika, pihaknya menerima laporan musibah tenggelam ini dari Bendesa Adat Tulikup, I Nyoman Sukara, sekitar pukul 08.00 Wita. Begitu mendapat laporan, Polsek Gianyar langsung berkoordinasi dengan Sat Polair Polres Gianyar dan Basarnas, lalu meluncur ke lokasi TKP untuk melakukan pencarian korban.

Petugas Basarnas mengerahkan tim penyelam untuk melakukan pencarian korban di kolam loloan sedalam 4 meter. Sedangkan Tim Balawista melakukan pencarian di sekitar permukaan loloan. Mereka juga memasang jaring di bagian hilir (sisi selatan) loloan yang berbatasan dengan laut.

Setelah dilakukan pencarian selama 7 jam lebih, korban Putu Angga akhirnya berhasil ditemukan dalam kondisi tak bernyawa, siang pukul 14.44 Wita. Jasad korban ditemukan nyangkut pada kedalanman sekitar 5 meter.

"Jasad korban Putu Angga ditemukan pada kedalaman sekitar 5 meter. Warga setempat yang membantu pencarian tanpa sengaja kakinya menyentuh tubuh korban, hingga langsung menyelam ke dalam untuk mendapat tubuh korban," ungkap Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Denpasar, Gede Darmada, dalam keterangan persnya.

Setelah ditemukan, jasad korban Putu Angga langsung dibawa ke rumah duka di Banjar Kaja Kauh, Desa Tulikup, Kecamatan Gianyar. Hingga tadi malam, jenazah korban masih disemayamkan di rumah duka. Rencananya, jenazah korban akan dikuburkan di Setra Desa Adat Tulikup pada Wraspati Wage Bala, Kamis (28/5) petang ini pukul 18.00 Wita.

Sementara itu, nenek korban yakni Pande Suarti, mengatakan cucu misannya ini, Putu Angga, berangkat dari rumah, Rabu pagi sekitar pukul 06.30 Wita. Kepada keluarga, korban pamitan untuk mandi ke Pantai Siyut, Desa Tulikup bersama teman-temannya. Mereka janjian bertemu melalui pesan Whatsapps.

Karena kondisi cuaca mendung, Pande Suarti mengaku sempat melarang cucunya berangkat mandi. Namun, korban Putu Angga tetap berangkat. “Bilangnya mau mandi ke pantai. Sudah tiyang ingatkan mereka, situasi begini jangan dulu ke pantai, tapi tetap saja berangkat,” cerita Pande Suarti kepada NusaBali.

Menurut Pande Suarti, korban Putu Angga merupakan anak tunggal pasangan I Nyoman Sakih dengan Ni Wayan Konik. “Dia anak tunggal, hobi nyoling (meniup seruling, Red),” katanya.

Di sisi lain, Bendesa Adat Tulikup, Nyoman Sukara, mengakui loloan di perbatasan Pantai Lebih dan Pantai Siyut tersebut dikenal angker. Selama ini, di lokasi tersebut sering terjadi musibah yang merenggut nyawa. “Pada dasarnya, tempat begini memang tenget. Cukup banyak memang kejadian makan korban di sini,” tandas Nyoman Sukara sembari mengatakan pihaknya berencana menggelar upacara ritual khusus di lokasi, pasca musibah maut yang merenggut nyawa Putu Angga.

Dalam catatan NusaBali, musibah terakhir di sekitar loloan angker ini terjadi 19 Desember 2019 lalu. Ketika itu, seorang pengendara motor, Ni Kadek Yuni Landayani, 19, terjun bebas bersama motornya dari atas jembatan setinggi 10 meter. Ajaibnya, gadis asal Desa Undisan, Kecamatan Tembuku, Bangli ini selamat dari maut dalam kondisi terluka.

Saat musibah terjadi, korban Kadek Yuni Landayani melaju dari arah barat di Jalan Bypass Prof Dr IB Mantra dengan naik motor Honda Vario DK 5779 BU. Begitu memasuki lokasi TKP, korban yang diduga ngantuk tidak berhasil menguasai kendaraannya. Motor Vario yang ditunggangi sendirian langsung menabrak patung di ujung barat jembatan, hingga akhirnya terjun bebas ke sungai dari ketinggian 10 meter.

Korban Kadek Yuni berhasil dievakuasi Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Gianyar dalam kondisi selamat. Namun, gadis berusia 19 tahun ini mengalami luka-luka dan patah tulang. Korban langsung dilarikan ke RS Kasih Ibu di Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar yang berjarak sekitar 4 kilometer arah barat dari lokasi TKP. *nvi

Komentar