nusabali

Bakar Rumpun Bambu, Piyasan Terbakar

  • www.nusabali.com-bakar-rumpun-bambu-piyasan-terbakar

Dalam hitungan beberapa menit, api membesar hingga membuat warga panik.

GIANYAR, NusaBali

Ketut Purna Wijaya,55, warga Banjar Tebasaya, Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar, membersihkan rumpun bambu di sebelah tembok rumahnya, dengan cara membakar, Selasa (12/5) siang. Namun apes, percikan api pembakaran itu ikut menghanguskan Piyasan maukir di sanggahnya.

Musibah itu membuat syok keluarganya. Warga banjar sekitar pun terkaget-kaget. Informasi dihimpun, korban bermaksud memusnahkan rumpun bambu di pinggir sungai setempat. Percikan api pembakaran tiba-tiba berterbangan dan menghinggapi atap Piyasan. Dalam hitungan beberapa menit, api membesar hingga membuat warga panik.

Sekitar pukul 14.30 Wita, kepulan asap dari pekarangan Ketut Purna Wijaya, kejutkan warga sebanjar. Warga tetangganya pun panic. Karena posisi Piyasan yang terbakar berdekatan dengan rumah berlantai milik tetangga. Menyusul itu, tiga Unit mobil Pemadam Kebakaran (Damkar) Posko Ubud, meluncur ke lokasi. Hingga di lokasi, petugas pun langsung mengambil protap pengamanan bangunan di sekitar lanjut memborbardir kobaran api yang di bagian atap palinggih tersebut. "Dari posisi bangunan yang berhimpitan dengan banyak palinggih dan bangunan tetangga kami harus bergerak cepat. Syukurnya, dengan cepat kami antisipasi, sehingga tidak terjadi rembesan api," ungkap Danto Damkar Pos Ubud, Nyoman Sudiarsa.

Ketut Purna enggan menceritakan kronologis musibah itu. Namun anaknya, Made Darmana,24, mengetahui kejadian setelah dibangunkan ibunya, Ni Ketut Saki,52. "Saya dibangunkan ibu, dan saat keluar kamar, saya dapati asap tebal di pekarangan. Dan api besar sudah menyelimuti Piyasan," terangnya.

Darmana mengakui, dalam beberapa hari terakhir, bapaknya, Ketut Purna memang sibuk menebang rumpun bambu di pinggir kali karena mulai merusak pondasi senderan. Namun dia tidak tahu bapaknya membakar bambu di siang hari. "Biasanya bapak membakar potongan bangku itu di sore hari. Namun kali ini justru dilakukan di siang hari saat matahari terik dan angin berhembus kencang," sesalnya. Kata dia, Piyasan maukir itu dibangun setahun lalu. Kerugian diperkirakan Rp 150 juta. *nvi

Komentar