nusabali

Manggur Tjak Awali Parade Cak GSAP

  • www.nusabali.com-manggur-tjak-awali-parade-cak-gsap

Garapan cak kali ini dikombinasikan dengan elemen-elemen musik kecak, local genius dari Karangasem berupa genjek, dan body percussion.

DENPASAR, NusaBali

Komunitas Seni Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menjadi pembuka Gelar Seni Akhir Pekan (GSAP) Bali Mandara Nawanatya untuk bulan September yang menampilkan kesenian cak selama sebulan. Jumat (2/9) malam, sebanyak 80 seniman yang tergabung dalam komunitas tersebut menampilkan garapan Manggur Tjak di Panggung Terbuka Ksirarnawa Taman Budaya Bali.

Meski melalui proses latihan yang cukup singkat, seniman yang merupakan gabungan dari mahasiswa jurusan tari, karawitan dan pedalangan ini dengan apik menuntaskan garapan dalam waktu 30 menit. Irama yang dimainkan cepat berangsur-angsur melambat kemudian sesekali menghentak, seakan menjadi kejutan yang dipersiapkan untuk penonton.

Mulanya, sebagai awal pembuka puluhan seniman muda secara bersamaan menampilkan kesenian cak yang jadi pakemnya. Kemudian di pertengahan, mereka mulai menepuk-nepuk bagian tubuhnya layaknya body cak. Setelah itu, muncul beberapa orang mulai memasukkan seni body percussion, dan penari wanita sambil menyanyikan lagu 'Manyampat' diikuti dengan megenjekkan. Terakhir, garapan ditutup dengan menampilkan pakem cak kembali.

Manggur Tjak sesungguhnya merupakan garapan kecak baru yang mengutamakan pengembangan elemen-elemen musikal yang bersifat tekstual dan substansial. Malam itu pun tidak ada lakon khusus yang ditampilkan seperti cak yang umumnya memakai lakon Ramayana. Hanya mencoba memasukkan beberapa seni lain dalam satu kerangka cak. Koordinator sekaligus pembina garapan, Wayan Sudirana mengatakan, pada garapan cak kali ini dikombinasikan dengan elemen-elemen musik kecak, local genius dari Karangasem berupa genjek, dan body percussion. Beberapa elemen musik tersebut dirangkum, difiltrasi dan diasimilasi agar sesuai dengan karakter musik tradisi kecak yang berkembang di Bali. "Ciri khas kecak itu masih kita pertahankan, cuma kita masukkan beberapa musik lainnya. Intinya cerita tidak ada, kita hanya fokus untuk mengesplorasi kecak sejauh mana kita bisa mengasimilasi pengaruh-pengaruh musik luar supaya diterima oleh karakter kecak itu sendiri," ujarnya. Dikatakan, proses asimiliasi tersebut didasari oleh pola pikir atau pendeka

tan penciptaan yang disesuaikan dengan konsep dasar musik inovasi, the desire to preserve traditional culture while inserting new ones (keinginan untuk melestarikan budaya tradisional sambil memasukkan ide-ide baru). "Jadi tidak semena-mena mengambil dan memasukkannya begitu saja tapi ada proses asimilasi, difilter. Misal dari body percussion itu yang mana bisa bisa dimasukkan dengan karakter cak. Intinya kita mau menempatkan keduanya sejajar berusaha membuat keduanya tidak bersinggungan," imbuhnya. Di ISI Denpasar sendiri, sedari awal pengembangan cak memang dieksplorasi tidak hanya untuk pentas-pentas, namun juga menjadi pementasan ujian akhir. "Beberapa mahasiswa fokus menggarap kecak, tapi tidak pure kecak namun dikembangan. Mereka bukan menamakan garapan mereka kecak namun insprirasinya dari kecak," ungkapnya. * in

Komentar