nusabali

50 Ribu Guru Jadi Target POP

  • www.nusabali.com-50-ribu-guru-jadi-target-pop

JAKARTA, NusaBali
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) merencanakan Program Organisasi Penggerak (POP) yang akan meningkatkan kompetensi 50.000 guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan di 5.000 PAUD, SD, dan SMP, pada tahun 2020-2022.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim, menyebutkan bahwa ketiga jenjang tersebut memiliki target sasaran paling banyak. Sehingga dia yakin penerapan POP di PAUD, SD, dan SMP akan lebih berdampak luas. “Mereka (organisasi penggerak) akan kita bantu dengan pendanaan, melalui seleksi yang transparan dan fair untuk mentransformasi siswa atau sekolah menjadi sekolah penggerak,” ucap Mendikbud, di Kantor Kemendikbud, Minggu (22/3).

Mendikbud menuturkan, organisasi penggerak yang memiliki ide bagus dan sudah dijalankan bahkan sudah memiliki output yang baik, dapat mengikuti POP merujuk tiga kategori yang sudah ditetapkan. Yaitu Kategori Gajah, Kategori Macan, dan Kategori Kijang. “Bagi yang sangat baik akan dilanjutkan, bahkan dikembangkan lagi,” katanya.

Namun Mendikbud mengingatkan bahwa proses seleksi tidak hanya berlangsung ketika pendaftaran. Kemendikbud akan melakukan monitoring dan evaluasi secara periodik untuk melihat sejauh mana hasil yang dicapai oleh organisasi dalam meningkatkan pembelajaran siswa. “Secara berkala akan diseleksi, dan bagi yang tidak memenuhi target tidak akan lagi diikutkan dalam program. Jika dalam kurun waktu tertentu tidak menunjukkan hasil (yang baik) maka pendanaannya akan distop. Ini proses yang organik dan dinamis,” tegasnya.

Berkaitan dengan mekanisme seleksi pertama, Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus, Praptono,  menyebutkan organisasi perlu mempertimbangkan kriteria yang dipilih dan bukti pendukungnya. Dalam juknis dijelaskan, POP yang diberikan selengkap-lengkapnya menginformasikan apa yang sudah dikerjakan tahun sebelumnya. Jadi isinya terdiri dari video, foto, dan hasil kajian yang sudah dilakukan yang menunjukkan dampak programnya terhadap peningkatan hasil belajar siswa. “Supaya Tim Evaluasi bisa mengukur kredibilitas lembaga tersebut, termasuk untuk melihat kredibilitas para guru,” kata Praptono.

Ditambahkan Praptono, mekanisme pengawasan yang akan dilakukan Tim Evaluator akan mengkaji sisi administrasi dan substansi, untuk memastikan program ini akuntabel yang mengutamakan efektivitas dan efisiensi. “Selanjutnya, Tim Evaluator memberi rekomendasi sebagai acuan untuk verifikasi lapangan pada periode 16 Mei -30 Juni mendatang,” jelasnya.

Lebih lanjut Praptono menjelaskan, “Ada tiga termin monev yang dilakukan oleh Tim Evaluator independen yaitu base, middle dan akhir.  Tim Evaluator akan meninjau organisasi pada tahun 2021 berdasarkan hasil laporan mereka di akhir Desember 2020. Begitu seterusnya selama tiga tahun berturut-turut,” urainya.

Di hadapan awak media, Praptono mengimbau dinas setempat turut menjaga agar POP bisa tepat sasaran. “Tahun ini (ditargetkan) 100 kabupaten. Mappingnya mempertimbangkan jumlah alokasi anggaran dan waktu yang tersedia. Sekolah yang terpilih tidak boleh menjadi sasaran_double_, Disdik harus memfilter ini,” katanya.

Dewasa ini guru dituntut untuk kreatif menciptakan program pembelajaran yang dapat menstimulasi peserta didik supaya rasa keingintahuan dan semangat belajarnya meningkat. Oleh karena itu, kata Praptono, pendekatan melalui POP diharapkan mampu mengembangkan kemampuan guru yang juga menjadi salah satu elemen pendukung terciptanya Sekolah Penggerak. “Yang perlu digagas adalah meningkatkan kemampuan guru dalam memotivasi siswa belajar lebih aktif,” tuturnya.*

Komentar