nusabali

Gianyar Stop Total Pengarakan Ogoh-ogoh

Antisipasi Corona, 1.078 Ogoh-ogoh Disimpan untuk Nyepi Tahun Depan

  • www.nusabali.com-gianyar-stop-total-pengarakan-ogoh-ogoh

Bupati Agus Mahayastra sebut stop pengarakan ogoh-ogoh nyambung dengan kebijakan ‘rumahkan’ siswa, mahasiswa, dan staf pemerintahan

GIANYAR, NusaBali

Pemkab Gianyar putuskan tidak ada ritual pengarakan ogoh-ogoh di seluruh kawasan Gumi Seni saat Pangrupukan Nyepi Tahun Baru Saka 1942 tepat Tilem Kasanga, 24 Maret 2020, untuk antisipasi penyebaran virus Covid-19. Sebanyak 1.078 ogoh-ogoh yang sudah telanjur dibuat Sekaa Teruna Teruni (STT) tingkat banjar se-Gianyar, bisa disimpan untuk diarak tahun depan atau pada event tertentu pasca berakhirnya wabah Corona.

Kesepakatan ini diambil dalam rapat koordinasi ‘Situasi Kamtibmas dan Rencana Pengamanan Hari Raya Nyepi’ yang digelar di Ruang Serbaguna Polres Gianyar, Rabu (18/3), yang dihadiri langsung Bupati Gianyar Made Agus Mahayastra, Kapolres AKBP I Dewa Made Adnyana SIK MH, Dandim 1616/Gianyar Letkol Inf Frandi Siboro, dan Danyon Zipur 18/YKR yang diwakili Lettu Czi Aryo.

Bupati Mahayastra menyebutkan, sebagai tindaklanjut Surat Edaran (SE) Bersama Gubernur Bali Nomor 019/PHDI-Bali/III/2020, No.019/MDA-Prov Bali/III/2020 dan No. 510/Kesra/B.Pem.Kesra tentang ‘Pelaksanaan Rangkaian Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1942 di Bali’, pada poin lima meminta agar kegiatan keramaian yang melibatkan massa agar ditiadakan atau dibatasi. Meski dalam SE tersebut ada pengecualian di mnana pengarakan ogoh-ogoh dibolehan sebatas wewidangan banjar masing-masing, menurut Bupati Mahayastra, lebih efektif kalau ditiadakan sekalian.

“Ngapain kita tanggung-tanggung? Lebih baik stop total ritual pengarakan ogoh-ogoh saat Pangrupukan Nyepi nanti,” ujar Bupati asal Desa Melinggih, Kecamatan Payangan, Gianyar yang juga Ketua DPC PDIP Gianyar ini seusai rapat koordinasi di Mapolres Gianyar, Rabu kemarin.

Menurut Mahayastra, jika pengarakan ogoh-ogoh dilakukan di wewidangan banjar, tetap saja akan terjadi kerumunan massa. Dan, pelaksanaan pengarakan ogoh-ogoh bisa melewati batas waktu yang diteloresi SE Gubernur, yakni Selasa (24/3) sejak sore pukul 17.00 Wita hingga malam pukul 19.00 Wita. “Daripada dibolehkan, tidak akan ada putus-putusnya, karena masyarakat itu nyambung menyambung. Itu kan juga tidak efektif. Jadi, lebih baik ditiadakan saja,” tegas Mahayastra.

Mahayastra menyebutkan, pengarakan ogoh-ogoh rentan menimbulkan gesekan keringat dengan jarak antar warga kurang dari 1 meter. “Kita sudah mengarah ke lockdown sebenarnya, tapi ini bertahap. Sekolah sudah libur, staf kerja di rumah, pertemuan lain tidak ada lagi, pawai hari jadi kota juga ditiadakan. Jadi, jangan sampai virus Corona meluas,” papar mantan Ketua DPRD Gianyar dua kali periode (2004-2009, 2009-2012) ini.

Mahayastra pun mengingatkan masyarakat agar tetap waspada, tapi tidak sampai panik berlebihan. “Jangan seperti Italia, mereka awalnya merasa nyaman. Nyatanya, beribu-ribu penduduknya kena Corona. Jadi, mohon ikuti SE Gubernur (peniadaan pengarakan ogoh-ogoh, Red),” pintanya.

Menurut Mahayastra, keputusan untuk ‘stop total pawai ogoh-ogoh saat Pangrupukan Nyepi Tahun Baru Saka 1942’ ini sudah menjadi kesepakatan peserta rapat koordinasi yang dihadiri pula unsur TNI/Polri, OPD terkait, para camat, para perbekel, para bendesa, dan perwakilan Karang Taruna Desa se-Kabupaten Gianyar, Rabu kemarin. Kesepakatan ini selanjutnya akan disosialisasikan ke bawah, agar nanti di seluruh wilayah Gianyar tak ada ritual pengarakan ogoh-ogoh.

Dalam rapat koordinasi di Mapolres Gianyar kemarin, Bupati Mahayastra juga menyingung soal tidak adanya pemberian bantuan dana ogoh-ogoh ke STT. Menuurut Mahayastra, bantuan dana ogoh-ogoh sengaja ditiadakan, karena khawatir dananya disalahgunakan untuk ‘membeli ogoh-ogoh’, lalu sisanya dipakai minum-minuman keras. “Saya sudah cek di satu desa, banyak yang order ogoh-ogoh. Sisa dana dibelikan bir. Saya tidak ingin rakyat seperti itu,” bebernya.

Mahayastra menegaskan tidak ada membatasi kreativitas dalam hal ini. Justru dengan membuat ogoh-ogoh secara mandiri, tanpa membeli, ada akan menjadi pengalaman berharga, mulai dari mesuaka door to door meminta sumbangan hingga mempertanggungjawabkan dana yang berhasil dikumpulkan. “Pengalaman itu yang tidak bisa dibeli.”

Sementara itu, dengan kesepatakan untuk meniadakan rituak poengarajab ogoh-ogoh saat Panrupukan Nyepi Tahun Baru Saka 1942 nanti, setidaknya ada 1.078 ogoh-ogoh yang sudah telanjur dibuat STT tingkat banjar se-Kabupaten Gianyar praktis nganggur. Ini baru ogoh-ohoh yang tercatat dibuat STT. Belum lagi ogoh-ogoh yang dibuat oleh sekelompok remaja maupun anak-anak.

Meski demikian, bukan berarti ogoh-ogoh yang sudah telanjur dibuat itu praktis mubazir. Berdasarkan kesepakatan, ogoh-ogoh tersebut bisa disimpan sementara untuk diarak saat Panrupukan Nyepi Tahun Baru Saka 1943 setahun mendatang. Bisa juga nanti diarak event tertentu pasca berakhirnya wabah Covid-19.

Sementara, perwakilan pemuda atau STT yang hadir dalam rapat koordinasi di Mapolres Gianyar, Rabu kemarin, sempat protes juga atas keputusan stop pawai ogoh-ogoh. “Sudah pasti-lah kami kecewa,” sergah pengurus Karang Taruna Desa Tampaksiring, kecamatan Tampaksiring, Agus Antara Putra.

Namun demikian, melihat wabah virus Covid-19 yang semakin meluas, Agus Antara bisa memaklumi keputusan pemerintah. “Corona sudah jadi wabah luar biasa di dunia. Penting diberikan penekanan kepada STT, karena sudah pasti tidak semua pemuda legowo. Apalagi, mereka sudah berproses bikin ogoh-ogoh selama berbulan-bulan. Mereka juga sudah menyiapkan fragmen tari segala,” katanya sembari mengajak kalangan pemuda berpikir jernih.

Menurut Agus Antara, paling efektif adalah menyimpan ogoh-ogoh untuk diarak tahun depan. “Kita juga berharap pemerintah nanti memfasilitasi kegiatan pawai atau parade ogoh-ogoh setelah situasi aman, agar kreativitas pemuda jalan,” pinta Agus Antara.

Paparan hampir juga diungkapkan Perbekel Sukawati, Kecamatan Sukawati, Giayar, Dewa Gede Dwi Putra. Menurut Dwi Putra, Desa Sukawati awalnya bahkan sudah agendakan dua kali pengarakan ogoh-ogoh. Pertama, berupa Pawai Ogoh-ogoh di Jaba Pura Dalem Gede Sukawati, 23 Maret 2010 malam mulai pukul 19.00 Wita. Kedua, pengarakan ogoh-ogoh saat Pangrupukan Nyepi di banjar masing-ma-sing, 24 Maret 2020 malam. Namun, kedua agenda yang sudah dirancang Desa Sukawati ini terpaksa dibatalkan.

“Karena situasi, maka keputusan stop pawai ogoh-ogoh wajib ditaati bersama, untuk mencegah wabah Corona,” ujar Dwi Putra kepada NusaBali, Rabu kemarin. Dwi Putra berencana turun langsung ke STT untuk menyampaikan perihal pembatalan pawai ogo9h-ogoh ini. Di Desa Sukawati sendiri terdata ada 13 ogoh-ogoh yang dibuat oleh masing-masing banjar. Itu belum termasuk ogoh-ogoh yang dibuat kepompok di luar STT.

Sementara, Kapolres Gianyar AKBP Dewa Made Adnyana mengatakan polisi siap siaga menjaga kondusivitas serangkaian hari suci Nyepi Tahun Baru Saka 1942. “Mulai dari melasti, tawur agung, ngerupuk, hingga Nyepi dan Ngembak Gni kita amankan prosesinya sampai selesai,” jelas AKBP Dewa Adnyana. *nvi

Komentar