nusabali

Ungkap Trend Busana Bali, dari Masa ke Masa

  • www.nusabali.com-ungkap-trend-busana-bali-dari-masa-ke-masa

Di samping mode fashion Bali yang semakin berkembang dari waktu ke waktu, terdapat juga pergeseran nilai-nilai pada beberapa kain tradisional Bali.


Salah satu yang menjadi topik yang tak luput oleh seorang fashion designer, adalah tren busana, utamanya tren busana Bali dari waktu ke waktu. Menurut Tjok Abi, tren busana Bali dari waktu ke waktu tidak terlalu dipengaruhi oleh suatu budaya tertentu. 

“Tren mode di Bali itu mengikuti suatu kelompok sosialita. Jadi kalau kelompok tertentu itu menggunakan kebaya model tertentu, nanti banyak yang akan mengikuti. Jadi kita tidak pernah mengikuti tren yang betul-betul dari luar Bali, karena tidak cocok juga untuk kita. Mungkin warna beberapa (mengikuti). Kalau misalnya colourful, kita colourful tapi menyesuaikan dengan warna kulit kita di sini,” jelasnya. 

Meski tak sepenuhnya dipengaruhi tren luar, namun adanya faktor pariwisata di Bali turut berkontribusi dalam perkembangan mode di Bali. “Ada dari orang luar, yang membawa pesanan garment di sini, nah itu juga mempengaruhi tren mode di Bali, mulai dari segi warna atau bahan. Itu ikut juga memberkan kontribusi untuk perkembangan mode di Bali,” lanjut Tjok Abi. 

Untuk tren mode di Bali setiap tahunnya, jelas Tjok Abi, tidak terlalu kentara setiap tahunnya. Kebanyakan trend mode mengalir mengikuti trend yang populer di musim-musim tertentu. Selain itu, trend juga dipengaruhi oleh harga kain yang menjadi mode di waktu-waktu tersebut sehingga masyarakat cenderung memilih jenis kain yang terjangkau. 

Tren mode ke depannya, menurut Tjok Abi, akan memiliki warna colourful dan model yang  memiliki volume. “Secara umum sih, kalau warna colourful akan muncul lagi. Untuk yang tidak mau warna ngejreng atau kalem, dia punya pilihan warna-warna yang natural. Kemudian bentuk-bentuk baju yang besar, bergelembung, dan bertumpuk-tumpuk atau volume, atau rimpel, itu muncul kembali,”jelasnya.

Di samping mode fashion Bali yang semakin berkembang dari waktu ke waktu, terdapat juga pergeseran nilai-nilai pada beberapa kain tradisional Bali. Beberapa fenomena yang mulai terjadi, yaitu mulai jarangnya produksi kain dan benang Bali yang menjadi salah satu sarana upacara Hindu di Bali. 

“Banyak juga kain tradisional Bali yang sudah mulai tidak digunakan karena mungkin tidak ada yang mau membuat lagi. Misalnya kain poleng. Kain poleng yang asli itu kan pakai benang Bali yang biasa dipakai untuk benang tridatu. Sekarang pengrajin sudah tidak ada yang mau (memproduksi). Bahkan di satu desa di Karangasem, yang satu desa itu membuat benang Bali, sudah tidak mau lagi, katanya sulit dan lama,” lanjut Dosen Desain Mode ISI Denpasar ini. 

Selain itu, adanya produksi kain masal yang menggunakan cetak print juga sempat menggeser nilai kain yang diproduksi dengan tangan. Namun, Tjok Abi berpendapat, lambat laun, masyarakat mulai kembali ke kain yang asli. 

“Di awal kemunculannya, terutama pada bordir, ini sedikit menggeser nilai kain yang asli. Orang-orang pada kaget, dengan harga yang murah dan dari jauh terlihat persis seperti songket. Tapi lama-lama begitu sudah banyak orang yang produksi, orang-orang pada bosan, ya akhirnya kembali lagi mencari yang asli yang nilainya tinggi,” katanya.

Adanya fenomena ini membuat Tjok Abi berharap adanya pelestarian kain tradisional semakin meningkat. “Jadi memang pelestarian tekstil kuno yang menjadi warisan budaya itu harus dilaksanakan dan harus dijalankan. Karena kalau tidak, kain itu punah, padahal kan kain itu yang digunakan untuk upacara di Bali,” tuntasnya.*cr74

Komentar