nusabali

Tjokorda Gde Abinanda Sukawati (Tjok Abi)

Fashion Desainer yang Menguatkan Branding Bali

  • www.nusabali.com-tjokorda-gde-abinanda-sukawati-tjok-abi

Bukan hanya penggunaan kain tradisional, Tjok Abi juga selalu mengiringi doa dan memercikkan tirta suci sebelum pagelaran agar karyanya memiliki 'taksu'.

Kain Poleng dan busana bergaya etnik menjadi ciri khas fashion desainer satu ini. Dialah Tjokorda Gde Abinanda Sukawati, atau yang akrab dengan nama Tjok Abi. Pria kelahiran Denpasar, 13 Januari 1968 ini telah memulai debutnya sebagai desainer sejak 2002 dan kini dikenal sebagai salah satu desainer kenamaan Bali. 

Minat Tjok Abi pada dunia fashion telah tertanam sejak kecil, yang dipantik oleh sang ibunda, mendiang Tjokorda Istri Rai Pemayun. “Beliau senang mengoleksi kain tradisional. Dari Bali, seluruh Nusantra. Baik itu endek, songket, batik terutama. Beliau mau ke mana itu mengarahkan tiyang, misalnya beliau mau kondangan, kalau kainnya ini, kebayanya warna apa, selendangnya warna apa, termasuk aksesorisnya juga,” kenangnya saat ditemui NusaBali di butik DeGaluh miliknya di Jalan Moh Yamin, Denpasar; Jumat (13/3).

Berkembangnya minat Tjok Abi pada fashion membuatnya mempelajari seni desain busana secara otodidak sembari mengenyam bangku kuliah bidang Ekonomi Manajemen di Universitas Trisakti, sebelum kemudian memutuskan untuk mempelajari seni desain di Cavendish College, London, Inggris. 

Selepas mempelajari seni desain di London, Tjok Abi tak langsung memulai karirnya sebagai seorang desainer. Sempat pulang ke Bali selama setahun untuk mengurus bisnis keluarga, Tjok Abi kemudian kembali ke Jakarta dan bekerja di World Character. “World Character itu yang membuat kaos, kemeja, jeans, yang berisi figur-figur World Disney dan Cartoon Network,” terangnya. 

Tak hanya sempat bekerja di World Character, Tjok Abi juga sempat bekerja di Kantor Pusat Matahari Department Store selama tiga tahun sebelum pada tahun 2000 kembali ke Bali dan membuka butik DeGaluh di tahun 2002. Dibukanya butik DeGaluh ini menjadi awal mula karirnya sebagai desainer. 

“Tahun 2002 baru berani membuka DeGaluh, baru berani membranding tiyang desainer, karena sudah punya butik dan workshop. Ikut Bali Fashion Week ke-3 waktu itu di 2002. Inilah yang betul-betul awalnya,” ujar ayah satu anak ini. 

Di tahun tersebut pula, dirinya mulai membranding dirinya sebagai desainer dengan nama Tjok Abi. Hal ini tak lepas dari usulan sang founder Bali Fashion Week, Mardiana Ika. “Beliau bilang, ‘kamu pakai nama Tjok Abi aja, biar kelihatan Balinya’. Itulah beliau. Beliau juga yang berjasa mengangkat nama saya di Bali,” bebernya tentang sosok Mardiana Ika

Dalam menjalani profesinya sebagai desainer, Tjok Abi merupakan sosok yang erat dengan unsur etnik atau tradisional dalam setiap desainnya, seperti dalam penggunaan kain tradisional seperti endek dalam setiap busana rancangannya. Pun demikian dalam menggunakan kain yang memiliki filosofi sakral seperti kain poleng, Tjok Abi tak lupa untuk melakukan ritual khusus. 

“Kain poleng itu kan salah satu wastra Bali, jadi tiyang tidak berani sembarangan.  Jadi waktu itu untuk pertama kali tiyang nunas ica dulu ke Nusa Penida. Lalu ketika menggarap kain poleng itu, model yang perempuan tidak boleh memegang kainnya kalau lagi datang bulan. Kemudian, tiyang menghaturkan pejati selama proses pembuatan satu koleksi,” jelasnya. 

Penggunaan kain poleng yang sakral oleh Tjok Abi pada ajang Bali Fashion Week inilah, yang membuat Tjok Abi identik dengan ciri khasnya yaitu menggunakan kain poleng dalam setiap busana rancangannya. Hal ini kemudian berlanjut sehingga di setiap koleksinya, Tjok Abi selalu menyelipkan unsur-unsur kain poleng.  

Salah satu hal yang juga tak luput dilakukan Tjok Abi, yaitu berdoa dan memercikkan air suci sebelum gelaran fashion show. Hal ini untuk memunculkan taksu atau kesan spiritual oleh busana itu sendiri yang utamanya terpancar pada saat busananya diperagakan di panggung catwalk

“Itu kan biasa kalau di Bali, nunas ica, itu selalu saya lakukan. Nirtain itu ritual yang sudah biasa dilakukan. Supaya yang memakai dan yang melihat sama-sama happy-lah,” jelas Tjok Abi

Sejauh ini, fashion desainer yang juga merupakan dosen di bidang desain mode ISI Denpasar ini telah menggelar dua fashion show khusus untuk menunjukkan koleksi rancangannya. Fashion show tersebut, satunya bertajuk Karma di tanggal cantik 9-9-2009 atau 9 September 2009 silam. 

Sedangkan fashion show kedua bertajuk Poleng yang merupakan koleksinya dalam untuk meraih gelar S2 di Institut Seni Indonesia Denpasar. “Yang ketiga belum, maunya sih tahun ini (2020). Mudah-mudahan tahun ini bisa terlaksana,” harapnya.*cr74

Komentar