nusabali

Waspada, Kerupuk Boraks Dijual di Kantin Sekolah

  • www.nusabali.com-waspada-kerupuk-boraks-dijual-di-kantin-sekolah

Boraks digunakan untuk membuat renyah kerupuk, padahal penggunaan boraks bukan untuk konsumsi manusia.

SINGARAJA, NusaBali

Loka Pengawasan Obat dan Makanan (POM) Buleleng menemukan kerupuk yang mengandung bahan berbahaya di sebuah kantin sekolah, Jumat (6/3/2020). Temuan produk berbahaya yang mengandung boraks itu ditemukan saat kegiatan BPOM di SMAN 1 Busungbiu dalam kegiatan edukasi siswa bijak memilih produk yang aman.

Kandungan bahan berbahaya dalam kerupuk beras itu diketahui setelah Loka POM Buleleng melakukan uji dengan rapid test kit yang hasilnya menyatakan kerupuk yang dijual di kantin sekolah itu positif  mengandung boraks. Tim Loka POM pun langsung menelusuri temuan itu dengan menanyakan kepada pengelola kantin dimana membeli kerupuk yang dijual di kantin sekolah itu.

Kebetulan pembuat kerupuknya juga berasal dari Desa Busungbiu. Tim Loka POM yang langsung diantar pengelola kantin sekolah ke rumah pembuat kerupuk memang mendapati pengenyal merk Cap Jago yang dipakai pembuat kerupuk. Warga yang membuat kerupuk selama ini sudah biasa mengguankaan boraks agar kerupuknya renyah dan enak.

Kepala Loka POM Buleleng, I Made Ery Bahari Hartana mengatakan penelusuran hingga ke toko penyedia boraks itu langsung dilakukan. Kebetulan juga memang ada di sekitaran desa. “Jadi pengusaha pembuat kerupuk ini  mengaku tidak tahu produk ini tidak boleh digunakan karena di kemasan tertera izin edar palsu. Pemerintah sudah lama melarang peredaran boraks jenis ini,” jelas Ery.

Temuan tersebut pun langsung dimusnahkan dan pengusaha kerupuk dan pedagang yang menyediakan boraks di salah satu barang dagangannya bersifat kooperatif dan langsung memusnahkan sendiri. Mereka disebut Ery memang tidak bermaksud sengaja menjual atau memakai produk terlarang itu. Karena informasi terkait produk pangan aman belum menyentuh sampai ke desa-desa.

“Dari temuan-temuan ini kami terus menggenjot sosialisasi ke sekolah, ke masyarakat, ke pasar untuk menekan peredaran produk berbahaya dan bukan untuk bahan tambahan untuk konsumsi. Kami juga berikan contoh bahan yang fungsinya sama tetapi aman ditambahkan dalam olahan makanan,” imbuh dia.

Sementara itu dalam temuan kasus yang sama di beberapa daerah Loka POM Buleleng maupun BPOM Denpasar mengaku sering menghadapi kendala jaringan terputus. Pedagang yang menyediakan barang dagangan mengandung bahan berbahaya kadang tak mengetahui asal dan siap yang membuat. Mereka yang kebanyakan diberikan barang dagangan oleh sales tidak paham terlalu jauh tentang hal itu. Sehingga perlu langkah sosialisasi lebih intens terutama ke desa-desa. “Yang paham teknologi kami juga ajak instal aplikasi cek BPOM sehingga bisa mengecek sendiri,” jelas Ery.*k23

Komentar