nusabali

MENGINSPIRASI DALAM PEMBELAJARAN

  • www.nusabali.com-menginspirasi-dalam-pembelajaran

Generasi Ke-lima dikenal dengan sebutan ‘Generasi Alpha’. Mereka lahir pada kisaran tahun 2010-sekarang. Generasi ini merupakan lanjutan dari Generasi Z.

Mereka terlahir dengan teknologi yang semakin canggih. Di usia dini, mereka sudah akrab  dengan berbagai gadget, smartphone dan teknologi. Pola pikir mereka terbuka, transformatif, dan inovatif (Putri,2016; Renzulli,2017).  Fenomena  tersebut berimplikasi pada kebutuhan guru yang responsif terhadap perkembangan jaman. Menurut William Arthur Ward (1921-1994), seorang penulis berkebangsaan Amerika, berpendapat bahwa ‘guru terbaik selalu menginspirasi’, the great teacher inspires.


Ia membedakan kualitas guru menjadi empat. Kualifikasi akademik atau kompetensi bukan kriteria yang handal. Menurutnya, guru berkualitas sedang hanya bisa mentransfer ilmu atau pengalaman kepada peserta didik, the mediocre teacher tells. Guru demikian mengasumsikan  peserta didik sebagai ‘kertas putih’ atau tabularasa. Ia bersikap sebagai ‘penguasa’ dalam menransfer tanpa memperhatikan kapasitas peserta didik. Suatu hal yang dilupakan adalah hukum bejana berhubungan. Ilmu yang dituang akan meluber ke luar sia-sia karena keterbatasan kapasitas peserta didik!

Kualitas lain adalah guru yang berkualitas bagus, a good teacher. Guru bagus adalah sosok yang menjelaskan masalah, konsep atau fakta, a good teacher explains, istilahnya William Arthur Ward. Guru yang bagus tidak hanya mengecek pengetahuan faktual, seperti 2 x 2 = 4. Ia tidak berhenti di sana. Ia menjelaskan cara dan prosedur memeroleh jawaban empat tersebut. Ia mendorong  peserta didik untuk berpikir kritis. Ia kadang merombak pola pikir klise atau mendekonstruksi cara berpikir mapan, meminjam istilahnya Jacques Derrida yang tersohor. Dua aspek pemikiran Jacques Derrida, yaitu intepretasi tekstual dan filosofis. Aspek tekstual menyingkap tabir makna inovatif atau inventif. Sedangkan, aspek filosofis menggali makna ke luar batas fisikal out of the box.

Guru superior adalah sosok yang dapat menunjukkan atau mendemonstrasikan perbuatan mendidik kreatif, a superior teachers demonstrates. Secara harfiah, mendemonstrasikan bermakna ‘mempertunjukkan’, ‘mempertontonkan’, ‘memeragakan’ pembelajaran  modern. Misalnya, mendongeng sering dianggap sepele. Tetapi, guru superior akan dapat menunjukkan cara mendongeng yang memesona dan bermanfaat. Mendongeng membutuhkan kiat dan latihan secara terus menerus. Demikian cara yang harus ditempuh untuk dapat menumbuh-kembangkan berpikir kritis di usia dini.

Tetapi, sekarang adalah jaman now.  Guru yang dibutuhkan pada era milenial adalah sosok yang menginsiprasi, a great teacher inspires. Guru yang menginspirasi memiliki talenta menstransformasi rutinitas menjadi kegiatan yang menyenangkan, transforms common days into joys. Ia juga dapat mengubah peluang biasa menjadi anugrah yang tak pernah diharap atau dinanti, changes ordinary opportunities into blessings. Prinsip mendidik yang ditanamkan agar menginspirasi peserta didik, antara lain, berbuat salah atau khilaf adalah perbuatan manusiawi; tersandung dalam perjalanan adalah lumrah; dan menertawakan diri sendiri mencirikan  kedewasaan dalam berpikir, berperasaan, maupun berkonasi.

Dengan prinsip menginspirasi yang jitu, peserta didik akan terdorong untuk memeroleh sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara kritis, aktif, kreatif, produktif, dan  mengasyikkan. Peserta didik dapat mendekonstruksi cara-cara tradisional menjadi cara milenial. Dengan pendekatan pembelajaran milenial, peserta didik sadar akan ilmu sebagai kekuatan (power). Mereka aktif mengakses informasi sebagai upaya pembebasan. Mereka juga akan menjadikan ilmu sebagai premis kemajuan bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat, menurut Kofi Annan. Sejalan dengan inspirasi tersebut, pemimpin Bali perlu memiliki kemampuan dalam menginsiprasi secara kreatif, produktif, dan kritis di semua lini dan ranah. Semoga.

Prof.Dewa Komang Tantra,MSc.,Ph.D.
Pemerhati Masalah Sosial dan Budaya

Komentar