nusabali

Perajin Ingke Batuaji Kesulitan Bahan Baku

  • www.nusabali.com-perajin-ingke-batuaji-kesulitan-bahan-baku

Di Banjar Batu Aji Kawan, Desa Batuaji, Kecamatan Kerambitan, Tabanan, terdapat kelompok perajin ingke secara tradisional.

TABANAN, NusaBali

Namun usaha yang digeluti warga sejak puluhan tahun ini sering kekurangan bahan baku. Bahan baku ingke tersebut dibeli dari luar Bali.

Ingke merupakan kerajinan tangan dari lidi (sejenis rotan) difungsikan sebagai tempat makan pengganti piring. Ingke sangat populer di kalangan masyarakat Bali. Biasanya masyarakat Bali menggunakan ingke ketika menggelar upacara besar seperti pernikahan, upacara piodalan dan lain-lain.

Bentuknya pun ada banyak varian sesuai permintaan konsumen. Namun yang paling sering dijumpai ukuranya serupa dengan piring pada umumnya. Sementara untuk ingke yang ukuran kecil difungsikan sebagai tempat jajan untuk tamu. Seiring terbitnya Peraturan Gubernur Bali tentang pengurangan timbulan sampah plastik, perajin ingke bisa dibilang sumringah saat ini lantaran banyak pesanan.

Bendesa Adat Batuaji Kawan I Wayan Nurjana mengungkapan di Banjar Batuaji Kawan ada kelompok pembuat ingke bernama Mekar Sari. Mereka telah membuat ingke secara tradisional sejal dulu. "Tahunnya saya lupa, sudah ada 10 tahun itu. Membuatnya masih tradisional pakai tangan," ujarnya, Jumat (14/2).

Dikatakan, hingga saat ini kelompok yang beranggotan 35 orang terdiri dari ibu-ibu dan orang tua tersebut masih eksis. Kadang mereka ini sampai kewalahan untuk membuat orderan. "Penjualannya sudah sampai Denpasar dan ada juga ke Sumatera. Pesanan konsumen ada juga melalui saya," tuturnya.

Hanya saja, kata dia, di tengah banyaknya pesannya itu, para perajin ingke kekurangan bahan baku. Bahkan mirisnya mereka membeli bahan baku dari Banyuwangi, Jawa Timur. Sebelumnya mereka ini memang membeli bahan baku dari Jembrana. Akan tetapi kini banyak warga di Jembrana ikut membuat ingke sehingga bahan baku makin terbatas.

Disamping itu, bahan baku ikngke dari Banyuwangi makin mahal. Dulu satu ikat dengan harga Rp 1.000 bisa mendapat 3 - 5 buah ingke. Namun sekarang harga Rp 1.000 hanya dapat 1 buah ingke lebih sedikit.

Isi lidi tersebut dikurangi. Sebab penjual lidi tahu kebutuhan perajin ingke. Satu ingke memerlukan sekitar 84 lidi. Dengan kondisi itu pihaknya tak bisa berbuat banyak. Sebab di Bali susah untuk memenuhi kebutuhan lidi. "Jadi kita tetap memesan lidi dari Jawa karena permintaan pelanggan," jelasnya.

Nurjana mengklaim ciri khas dari ingke Banjar Batuaji Kawan ini lebih kuat dari ingke yang lain. Bahkan ikatannya pun rapi karena dibuat oleh tangan tradisional. "Jadi kita lebih kuat, kalau isitilah Balinya tidak onyed," jelasnya.

Dia pun berharap perajin tersebut mendapatkan hak cipta. Supaya tidak ada penjiplak produk tersebut. Karena kini, penjual lidi banyak yang

membuat produk yang sama yakni ingke, seperti di Banjar Batuaji Kawan. Harga satu ingke sekitar Rp 3.000.*des

Komentar