nusabali

Satu dari Tiga Korban Tertimpa Pohon Roboh Akhirnya Meninggal

  • www.nusabali.com-satu-dari-tiga-korban-tertimpa-pohon-roboh-akhirnya-meninggal

Satu dari tiga korban sekeluarga yang tertimpa pohon roboh di pertigaan Banjar Belubuh, Desa Seraya Tengah, Kecamatan Karangasem, Minggu (9/2) sore, akhirnya meninggal.

AMLAPURA, NusaBali

Dia adalah I Nyoman Sukmayasa, 5, yang menghembuskan napas terakhir dalam perawatan di RSUP Sanglah, Denpasar, Senin (10/2) dinihari pukul 00.30 Wita.

Sedangkan ayah korban, I Nyoman Suartana, 40, yang juga menderita luka parah akibat musibah tertimpa pohon santen roboh, hingga Senin kemarin masih dirawat intensif di RSUP Sanglah. Sementara sang kakak, I Gede Suastika, 8, sudah diizinkan pulang ke rumahnya di Banjar Kangin, Desa Sraya Timur, Kecamatan Karangasem, pasca mendapat perawatan di RSUD Karangasem, Minggu malam.

Jenazah bocah Nyoman Sukmayasa sudah dipulangkan dari RSUP Sanglah ke rumah duka di Banjar Kangin, Desa Seraya Timur, Senin dinihari sekitar pukul 02.30 Wita. Jenazah bocah Nyoman Sukmayasa---siswa Nol Besar TK Putra-putri Bangsa di Banjar Tukad Buah, Desa Seraya Timur---sudah langsung dikuburkan di Setra Desa Adat Seraya pada Soma Umanis Sungsang, Senin kemarin.

Konsentrasi keluarga korban pun terpecah. Sebagian besar keluarga korban harus mengurus penguburan jenazah di bungsu Nyoman Sukmayasa di Setrda Desa Adat Serangan. Sedangkan sebagian keluarga lagi harus menunggui ayah almarhum, Nyoman Suartama, yang masih dirawat di RSUP Sanglah.

Ayah berserta dua anaknya yang masih kecil-kecil ini sebelumnya tertimpa pohon santen roboh di pertigaan Banjar Belubuh, Desa Seraya Tengah, Minggu sore sekitar pukul 16.50 Wita. Saat musibah terjadi, korban Nyoman Suartana naik motor Yamaha Jupiter DK 2431 SY sambil membonceng kedua anaknya.

Motor mereka melaju ke arah timur dalam perjalan pulang dari Banjar Belubuh, Desa Seraya Tengah menuju rumahnya di Banjar Kangin, Desa Seraya Timur. Si bungsu Nyoman Sukmayasa duduk di bagian depan, sementara si sulung Gede Suastika duduk boncengan (belakang). Begitu memasuki lokasi TKP, tiba-tiba pohon perindang jalan jenis kayu santen tumbang menimpa motor yang ditunggangi korban Suartana berboncengan.

Menurut sang kakek I Komang Tegteg (ayah dari Nyoman Suartana), bocah Nyoman Sukmayasa mengalami luka berat hingga pecah tulang tengkorak belakang. Sejak tertimpa pohon hingga akhirnya meninggal dalam perawatan di RSUP Sanglah, bocah berusia 5 tahun ini tidak sadarkan diri.

Sedangkan kakaknya, Gede Suastika (siswa Kelas III SDN 3 Seraya Timur), menderita luka-luka lecet di mulut, hidung, pipi kiri dan bahu kiri. Sebaliknya, ayah mereka yakni Komang Suartana mengalami luka seius di bagian kepala, hingga harus dirawat intensif di RSUP Sanglah.

Disebutkan, sebelum musibah maut, bocah kakak adik Gede Suastika dan Komang Sukmayasa ikut ayahnya, Nyoman Suartana, ke rumah sang kakek, Nyoman Tegteg, di Banjar Belubuh, Desa Seraya Tengah. “Nyoman Suartana (anak dari Nyoman Tegteg) ke rumah untuk melakukan betonisasi jalan setapak menuju rumah,” ungkap Nyoman Tegteg kepada NusaBali di rumah duka, Senin kemarin.

Nah, setelah sore, Nyoman Suartana berama kedua putranya pulang ke Banjar Kangin, Desa Seraya Timur. Namun, musibah menimpa mereka saat melintasi pertigaan Banjar Belubuh, Desa Seraya Tengah. Rating pohon roboh menimpa kepala bocah Nyoman Sukmayasa dan ayahnya, Nyoman Suartama.

Sedangkan si sulung Gede Suastika tidak kena ranting pohon, tetapi jatuh terpental ke aspal, hingga menderita luka lecet. “Saat tertimpa pohon, pegangan saya lepas hingga jatuh terpental,” cerita bocah Gede Suastika di rumah duka kemari.

Sementara itu, ibunda korban kakak adik, Ni Made Budiani, 38 (istri dari Nyoman Suartana), masih shock atas peristiwa maut yang merenggut nyawa putra bungsunya. Bahkan, ibu dua anak ini sempat jatuh pingsan saat mendengar kabar suami dan kedua anaknya masuk rumah sakit karena tertimpa pohon roboh.

Hingga Senin kemarin, Made Budiani masih shock berat atas kematian putra bungsunya. Pantauan NusaBali di rumah duka, Made Budiani tampak duduk lemas di depan jenazah Nyoman Sukmayasa, sembari ditenangkan keluarganya. “Saya tidak punya firasat apa-apa sebelum musibah ini terjadi,” tutur perempuan berusia sekitar 38 tahun ini. *k16

Komentar