nusabali

Usai Kepergok Curi Ayam, Tewas Gantung Diri

Korban Ditemukan Ulahpati di Tegalan Desa Bilok Sidan

  • www.nusabali.com-usai-kepergok-curi-ayam-tewas-gantung-diri

Sehari pasca kepergok mencuri ayam, seorang buruh bangunan bernama I Komang Baktayasa, 36, ditemukan tewas gantung diri di gubuk milik keluarga I Wayan Suparta, 44, di tegalan kawasan Banjar Bon, Desa Belok Sidan, Kecamatan Petang, Badung, Selasa (4/2) siang pukul 13.30 Wita.

MANGUPURA, NusaBali

Buruh asal Banjar Kelandis, Desa Pakisan, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng ini ulahpati usai dikejar-kejar warga setelah kepergok mencuri ayam di Desa Belok Sidan, Senin (3/2) malam.

Informasinya, korban Komang Baktayasa sempat melakukan pencurian ayam di Desa Belok Sidan, Senin malam pukul 21.00 Wita. Karena aksinya kepergok, Baktayasa kemudian kabur hingga dikejar oleh warga Banjar Bon. Namun, sehari pasca kejadian, korban ditemukan tewas gantung diri di gubuk milik keluarga Wayan Suparta, Selasa siang. Korban tewas menggantung dalam kondisi dijerat tali plastik yang dikaitkan ke plafon.

Adalah pemilik gubuk sendiri, Wayan Suparta, yang pertama kali mengetahui kematian tragis buruh bangunan berusia 36 tahun ini. Ketika itu, saksi Wayan Suparta ke tegalannya untuk memberi makan sapi. “Setelah memberi makan sapi, saksi kemudian membuka gubuknya. Dia kaget melihat ada mayat menggantung,” ungkap Kapolsek Petang, AKP I Dewa Suryatmaja, Rabu (5/2).

Saksi Wayan Suparta kemudian melaporkan temuan heboh ini ke Kadus Bon, I Wayan Dasta. Selanjutnya, kasus ini dilaporkan ke polisi. Begitu mendapat laporan, polisi tetrjun ke lokasi kejadian untuk melakukan olah TKP dan mebhgevakuasi mayat korban, yang tewas menggantung dengan mengenakan baju kaos merah dan celana jeans biru.

Kemudian, mayat korban yang belakangan diketahui bernama Komang Baktayasa dibawa ke RSD Mangusada di Kelurahan Kapal, Kecamatan Mengwi, Badung untuk pemeriksaan lebih lanjut. Sehari kemudian, Rabu pagi, jenazah korban ulahpati dibawa keluarganuya ke rumah duka di Banjar Kelandis, Desa Pakisan, Kecamatan Kubutambahan untuk dikuburkan.

Menurut AKP Dewa Suryatmaja, korban ulahpati ini sebelumnya memang sempat dikejar-kejar warga karena diduga mencuri dua ekor ayam, Senin malam. “Ya, saat dikejar-kejar warga, dua ekor ayam hasil curiannya langsung dibuang. Sepeda motornya juga ditinggal begitu saja. Dalam motor tersebut ditemukan KTP atas nama Komang Baktayasa,” jelas AKP Dewa Suryatmaya.

Disebutkan, korban Komang Baktayasa sejatinya sudah tidak asing bagi warga Banjar Bon, Desa Belok Sidan. Pasalnya, yang bersangkutan pernah bekerja sebagai buruh proyek jalan di Banjar Bon selama sebulan lebih. “Jadi, korban mengetahui medan di sana (Banjar Bon, desa Belok Sidan),” katanya.

Sementara itu, jenazah korban Komang Baktayasa sudah dikuburkan keluarganya di Setra Desa Adat Kelandis, Desa Pakisan, Kecamatan Kubutambahan pada Buda Umanis Julungwangi, Rabu sore oukul 17.00 Wita. Sebelum dikuburkan, jenazah korban tiba di kampung halamannya dari RSD Mangusada, Rabu pagi pukul 10.00 Wita. Jenazah korban ulahpati ini tidak langsung dibawa ke rumah duka, melainkan disemayamkan di pinggir jalan yang berjarak 1 kilometer dari rumahnya, selama 7 jam sambil menunggu waktu penguburan pukul 17.00 Wita.

Menurut Kelian Dinas Banjar Kelandis, Ketut Rauh, jenazah disemayamkan di pinggir jalan karena mengikuti awig. Sesuai awig, jenazah korban ulahpati (bunuh diri) harus langsung di kubur hari itu, tanpa singgah ke rumah duka. “Jenazah korban ulahpati tidak boleh diajak pulang ke rumah,” jelas Ketut Rauh kepada NusaBali di lokasi penyemayaman jenazah korban kemarin sore.

Korban Komang Baktayasa merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara pasangan Wayan Suci, 63, dengan Luh Tantri, 60. Korban tercatat sudah menikah, namun cerai setelah dikaruniai seorang anak berusia 4 tahun. Selama ini, korban hanya sebagai pekerja serabutan. Selama ini, korban tidak pernah melakukan aksi pencurian. Makanya, pihak keluarga kaget begitu mendengar korban gantung diri gara-gara ketahuan mencuri ayam.

“Tiang di jumah mekesiab, nak di jumah jemet megae, sing taen ade unduk lakar maling (Kami di rumah kaget, orangnya rajin bekerja, tidak pernah ada persoalan mencuri di kampung, Red),” cerita kakak sulung korban, Wayan Sukerta. *asa,dar,k19

Komentar