nusabali

Dampak Corona, Puluhan Miliar Devisa Melayang

RS Sanglah Siapkan Ruang Isolasi Khusus

  • www.nusabali.com-dampak-corona-puluhan-miliar-devisa-melayang

Bali diperkirakan kehilangan devisa dalam jumlah besar dari sektor pariwisata sebagai imbas ancaman virus corona.

DENPASAR,NusaBali
Perkiraan tersebut menyusul batalnya ribuan wisatawan mancanegara (Wisman) asal China ke Bali. Walau tidak menyebut angka pasti, namun sekitar Rp 55 miliar devisa dari wisman China diprediksi hangus akibat tidak jadinya turis China ke Bali.

Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Badung, I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya, membenarkan dugaan kehilangan devisa bagi Bali karena pembatalan wisman China ke Bali. “Oh itu sudah pasti,” katanya, Selasa (28/1).

Berapa besar kehilangan tersebut Rai Suryawijaya, sapaan I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya, tidak menyebutkan detil. Namun demikian dia memberi gambaran rata-rata length of stay dan spending money wisatawan China selama 4 hari 3 malam sebesar Rp 11 juta.

“Jika 5.000 wisman batal, tinggal mengalikan Rp 11 juta,” ujar tokoh pariwisata asal Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung ini. Rata-rata spending money tersebut untuk airline, akomodasi, tour dan belanja serta yang lainnya. Kata Rai Suryawijaya, besaran itulah yang memang diharap dari pelaku pariwisata di Bali. Spending money Rp 11 juta itu, menurut Rai Suryawijaya lebih rendah dibandingkan wisman dari belahan dunia lainnya, di antaranya Eropa.

Rai Suryawijaya juga memastikan pembatalan wisman China ke Bali berpengaruh langsung terhadap tingkat hunian hotel di Bali. Penurunan okupansi diperkirakan sampai 30 persen. Terpisah Ketua DPD Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Bali, I Nyoman Nuartha, menyatakan 1.300 pramuwisata atau guide berbahasa Mandarin terancam ‘menganggur’  karena kosongnya wisman China.

“Kejadian ini berdampak besar bagi teman guide Mandarin,” kata Nuartha saat dihubungi terpisah. Kadang dalam kondisi normal, tidak semua teman mandarin (pramuwisata) dapat keluar (memandu). Akan lebih parah, setelah ada pembatalan wisman China ke Bali. Bukan hanya terhadap industri pariwisata, namun pasti berdampak pada perekonomian Bali secara keseluruhan.

“Karena ini persoalan alamiah, mau  tidak mau, suka tidak suka kita harus bersabar,” ujarnya. HPI kata Nuartha, tentu prihatin dengan kasus virus corona yang mengintai dan sudah tersebar ke banyak negara, yang bermula dari Wuhan, China. Sebagaimana harapan berbagai pihak, Nuartha berharap kasus virus corona cepat mereda, sehingga pariwisata normal kembali.

Terpisah Gubernur Bali, Wayan Koster, mengatakan kasus virus corona yang terjadi di Wuhan, China berdampak pada kunjungan wisatawan China ke Bali hingga mengalami penurunan sebanyak 3.000 pengunjung. "Ada penurunan sebanyak 3.000 lebih pengunjung dan saya harap ini tidak berlangsung lama dan semoga Pemerintah China bisa menuntaskan masalah ini hingga kunjungan wisatawan kembali normal," kata Koster dalam Rapat Pimpinan BNN di Denpasar, Selasa kemarin.

Dia mengatakan saat ini Bali sudah dalam posisi siaga baik dengan kesiapan alat pendeteksi di Bandara I Gusti Ngurah Rai dan pelabuhan karena sejauh ini tidak ada terdeteksi virus corona yang masuk ke Bali. Menurutnya, pariwisata ini sangat sensitif, baik itu sensitif dari segi keamanan, sensitif juga dari isu-isu yang mengkhawatirkan para wisatawan. Salah satunya, muncul soal virus corona yang membuat pariwisata terganggu.

Sebelumnya Ketua Bali Liang, Komisi Asita yang menangani wisman China, Elsye Deliana menyatakan sekitar 5.000 wisman China batal ke Bali, karena adanya larangan penerbangan dari Pemerintah China, per 27 Januari  termasuk ke Bali.

“Ini sangat memukul kami di Bali. Padahal pekan ini sesungguhnya musim puncak kunjungan wisman China (kalau kondisi normal karena berkaitan dengan Imlek),” ujar Elsya.

Dalam dua pekan terakhir, PT Angkasa Pura I mencatat adanya puluhan pembatalan penerbangan dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Tuban, Kecamatan Kuta, Badung ke China dan sebaliknya. Penyebab pembatalan itu terkait penyebaran virus Corona yang merebak di negeri tirai bambu itu.

Comunication and Legal Section Manager Angkasa Pura I, Arie Ahsanurrohim, menerangkan semenjak mencuatnya kasus virus Corona di China, sejumlah maskapai yang melayani penerbangan dari Bandara Internasional Ngurah Rai Tuban ke China atau sebaliknya juga mengalami perubahan hingga adanya pembatalan. Dalam pencatatan pergerakan pesawat udara di Bandara tersibuk ke dua di Indonesia ini, sudah ada 81 pembatalan sejak, Senin (13/1) hingga saat ini. "Untuk total keseluruhan pembatalan itu ada 81 penerbangan. Pembatalan ini untuk ke China saja," kata Arie, Selasa siang.

Untuk jadwal pembatalan penerbangan ke negeri tirai bambu itu, Arie mengaku masih merangkum data pasti terkait bandara tujuan serta total pembatalan setiap harinya dan maskapai. Meski demikian, untuk pembatalan pada, Selasa kemarin, pihaknya menerima laporan berasal dari Maskapai Lion Air sebanyak 4 penerbangan masing-masing rute Bandara Hangzhou dan Bandara Nanchang, China.

"Untuk hari ini saja itu ada 4 penerbangan, yakni pesawat Lion dengan nomor 2645 dari Denpasar ke Hangzhou dan Lion Air dengan nomor 2615 Denpasar Nanchang. Sementara dua penerbangan dari dua bandara di China ke Denpasar juga batal," ungkapnya.

Sementara di tengah merebaknya kasus virus corona di China turut membuat negara lain termasuk Indonesia waspada. Bali sebagai barometer pariwisata, apalagi wisatawan China menyumbang jumlah kunjungan besar di Pulau Dewata, juga harus siap dengan pencegahan dan penanganan cepat. Direktur Utama RSUP Sanglah, dr I Wayan Sudana MKes mengatakan RSUP Sanglah telah siap untuk penanganan pasien virus corona.

“RSUP Sanglah memiliki ruang isolasi khusus. SDM kami juga sudah siap, seperti penanganan flu babi, flu burung yang dulu. Intinya untuk penanganan kasus infeksi saluran pernafasan termasuk SARS dan yang lainnya, kami rasa kesiapan di RSUP Sanglah sudah matang,” ujarnya didampingi Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Sanglah, Dr dr I Ketut Sudartana SpB-KBD
Selasa kemarin.

Dirut Sudana mengatakan, sejauh ini RSUP Sanglah sudah merawat sebanyak 8 pasien dengan observasi awal panas dan pilek. Kedelapan pasien tersebut WNA China 3 orang, WNA USA 1 orang, WNA Meksiko 1 orang, dan WNI 3 orang. Seluruh pasien tersebut diketahui pernah memiliki riwayat perjalanan ke China.

Namun tidak ada indikasi suspect karena saat tahap observasi tersebut tidak mengarah ke pneumonia. Sehingga hasil laboratoriumnya pun semua negatif. “Dari delapan orang, dua orang (1 WNA China, 1 WNI) masih dirawat. Kondisinya pun sudah membaik. Sebentar lagi sudah bisa diperbolehkan pulang. Sampai saat ini semua hasil labnya negatif,” jelasnya.

Sudana juga mengimbau masyarakat agar jangan cemas dan tidak panik karena sampai saat ini belum ada pasien yang positif corona virus. Namun meski demikian, tetap mewaspadai dengan menjaga daya tahan tubuh dan perilaku hidup bersih dan sehat.

“Kewaspadaan tetap penting, karena Bali sebagai destinasi wisata dunia, apalagi ada penerbangan langsung Bali-China. Tetapi sekali lagi masyarakat tidak perlu cemas, apalagi panik, karena sampai saat ini tidak ada yang positif corona virus. Tetap jaga daya tahan tubuh dan terapkan perilaku hidup bersih dan sehat,” tandasnya. *k17, dar, ind

Komentar