nusabali

Pamelastian Karya Pangurip Gumi, Tanah Lot Berlakukan Buka Tutup

  • www.nusabali.com-pamelastian-karya-pangurip-gumi-tanah-lot-berlakukan-buka-tutup

Serangkaian Karya Pangurip Gumi Pura Batukaru yang akan dilaksanakan pada Buda Wage Warigadean, Rabu (29/1) besok, manajemen DTW Tanah Lot akan memberlakukan sistem buka tutup untuk kunjungan wisatawan pada Kamis (30/1).

TABANAN, NusaBali

Hal ini sudah diinformasikan jauh hari kepada seluruh biro perjalanan wisata. Manajer DTW Tanah Lot I Ketut Toya Adnyana, mengatakan serangkaian persiapan pamelastian Karya Pangurip Gumi, manajemen sudah melakukan sejumlah persiapan. Khususnya ikut mengamankan jalannya kegiatan melasti. “Terkait ini kami sudah koordinasi dengan staf untuk ikut mengamankan jalannya melasti,” ujar Toya Adnyana, Senin (27/1).

Dikatakannya, pada Kamis (30/1) khusus di jalur utama mendekati kawasan menuju Pura Tanah Lot akan disterilkan sementara. Artinya, pamedek yang akan diutamakan. Sementara untuk pengunjung ditutup sementara. “Penutupan sementara untuk kunjungan wisatawan ini berlaku hingga prosesi upacara selesai, yang diperkirakan berlangsung hingga pukul 17.00 Wita,” kata Toya Adnyana.

Namun apabila wisatawan yang masih berada di Tanah Lot dan ingin keluar atau melanjutkan perjalanan wisata saat berlangsung pamelastian, manajemen akan buka setelah iring-ringan pamedek berada di dalam kawasan Tanah Lot. “Ini akan kami atur, tujuannya agar tak terjadi penumpukan arus lalu lintas baik dari jalan masuk maupun jalan keluar,” tegas Toya Adnyana.

Seperti diketahui pamelastian Karya Pangurip Gumi akan berlangsung mulai 29 Januari 2020. Pada saat itu diperkirakan akan ada ribuan pengiring turut melasti. Pamelastian ditempuh empat hari tiga malam dengan jalan kaki. Total jarak yang ditempuh dari Pura Luhur Batukaru ke Pantai Tanah Lot kemudian kembali ke Pura Luhur Batukaru, sepanjang 90 kilometer.

Pada Selasa (28/1) hari ini, panitia akan memercikkan Tirta Pemarisudha Margi ke sepanjang jalur yang ditempuh dengan tujuan menyucikan kawasan dari segala leteh (kotor). Dan mulai 28 Januari hingga 1 Februari, krama dilarang membawa jenazah melewati jalur yang dilintasi saat melasti.

Adapun jalur yang ditempuh itu akan melewati 12 desa adat di Tabanan sesuai dengan rute pamelasti di tahun 1993 saat Pujawali Ngenteg Linggih di Pura Luhur Batukaru. Serta akan melewati tiga sungai yakni Sungai Yeh O, Sungai Yeh Empas, dan Sungai Yeh Panahan. Makna dari Ida Bhatara Luhur Batukaru melewati sungai atau napak Luah Agung (sungai) untuk memberikan restu kepada amerta (air) agar memberikan kehidupan kepada seluruh makhluk hidup.

Bendesa Adat Wongaya Gede sekaligus Ketua Harian Karya Pangurip Gumi I Ketut Sicipto, mengatakan selaku panitia pihaknya meminta kepada seluruh umat sedarma khususnya di kawasan yang dilalui saat pamelastian, untuk ikut membantu membersihkan sampah. Karena tidak menutup kemungkinan para pengiring dengan jumlah yang begitu banyak dipastikan menimbulkan sampah yang tercecer.

“Untuk itu kami mohon dengan segala hormat, ikut belet bhakti (peduli) terhadap lingkungan. Karena personel dari Batukaru saja dipastikan akan kekurangan, karena pengiring akan mencapai ribuan. Tak hanya dari Tabanan tetapi juga ada dari Negara, Denpasar, Klungkung, dan sameton transmigran siap nyanggra (bersedian ikut),” kata Sucipto. *des

Komentar