nusabali

Melestarikan Tradisi Bali

  • www.nusabali.com-melestarikan-tradisi-bali

Secara teoretis, pelestarian  mengandung makna melindungi,  mengembangkan,  dan memanfaatkan.

Jadi, melestarikan tradisi Bali dapat dimaknai sebagai upaya melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan tradisi warisan leluhur. Tetapi faktanya, melestarikan tradisi Bali lebih dimaknai sebagai ‘melindungi’ atau mencegah dari kerusakan, kepunahan, atau kerugian.

Tidak semua tradisi Bali harus dilindungi! Ada beberapa kebiasaan turun temurun yang harus dikembangkan atau dimanfaatkan, bukan semuanya harus dicegah kerusakan atau kemusnahannya.  Misalnya, berpakaian adat Bali lengkap dengan kain tradisionalnya harus dimaknai sebagai upaya untuk mempertahankan identitas kebalian yang tiada duanya.

‘Mabasa Bali’ beserta ungkapan dan wacananya  sebaiknya dimaknai sebagai pengembangan ‘Basa Bali’ ke berbagai ranah komunikasi milenial. Makanan dan minuman tradisional terkait dengan promosi dan komodifikasi kultural yang positif. Pengembangan tradisi leluhur bermakna menyempurnakan melalui perubahan, penambahan atau sejenisnya tanpa mengebiri orisinalitas.

Tujuan pengembangan tradisi adalah untuk memberdayakan peran serta krama Bali, memasilitasi  pelaksanaan pengembangan itu sendiri, dan membantu penyelesaian masalah  yang  berhubungan dengan  pengembangan warisan leluhur ke ranah kegiatan budaya kreatif dan produktif.

Memanfaatkan warisan leluhur bermakna menggunakan cipta, karsa dan karya budaya untuk kepentingan i-pol-ek-sos-bud-hankam. Adapun obyeknya dapat meliputi peristiwa sakral, cerita rakyat, permainan  rakyat, ungkapan  tradisional,  pengobatan tradisional,  makanan dan minuman tradisional, arsitektur tradisional,  pakaian tradisional,  kain tradisional,  peralatan hidup,  senjata tradisional, atau  organisasi sosial tradisional.  Oleh karena itu, perlu dipilih dan dipilah obyek pelestarian yang cocok untuk perlindungan, pengembangan atau pemanfaatan yang gayut dengan kesejahteraan dan kedamaian krama Bali!

Tujuan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan tradisi Bali, antara lain, untuk : memberdayakan peran serta,  memasilitasi  pelaksanaan  pelestarian  tradisi, dan membantu penyelesaian masalah  yang  berhubungan dengan  pelestarian. Adapun obyeknya meliputi: peristiwa sakral, cerita rakyat, permainan  rakyat, ungkapan  tradisional,  pengobatan tradisional,  makanan dan minuman tradisional, arsitektur tradisional,  pakaian tradisional,  kain tradisional,  peralatan hidup,  senjata tradisional, atau  organisasi sosial tradisional. Masih banyak lagi tradisi

Bali, seperti susastra dan kesenian dalam berbagai bentuk yang perlu dilestarikan. Tetapi persoalannya adalah pemaknaan terhadap obyek pelestarian itu.

Obyek pelestarian yang belum termasuk pilahan di atas adalah alam dan lingkungan. Alam dan lingkungan Bali tidak diwariskan oleh leluhur.  Keduanya diciptakan oleh Sang Causa Prima. Alam Bali yang asri harus dilindungi dari kerusakan atau kepunahan. Mungkin perlu pertimbangan untuk mengembangkan atau memanfaatkan alam dan lingkungan Bali? Berbeda dengan beberapa jenis buah lokal dan tanaman yang kini menjadi langka dan sulit ditemukan. Sawah dan ladang tempat berkarya para petani di masa lalu, kini keduanya tergadaikan oleh rumah murah, restoran, vila, hotel atau jalan. Terhadap buah lokal dan tanaman obat perlu dipikirkan pelestariannya.

Pemahaman tentang makna yang tepat upaya pelestarian perlu ditumbuhkan sejak usia dini. Pelestarian bukan semata-mata melindungi aset alam, sosial dan budaya dari kepunahan. Tetapi, aset tersebut perlu dikembangkan untuk menyelaraskan dengan rekayasa jaman.

Pengembangan aset alam, sosial dan budaya peruntukannya bukan hanya memenuhi kebutuhan material. Pemanfaatan aset alam, lingkungan sosial dan budaya harus mendatangkan kesejahteraan dan kedamaian bagi krama Bali saat ini dan mendatang.

Paradigma pelestraian harus menjadi pembelajaran bermakna bagi krama Bali. Ciri pembelajaran pada era industri 4.0 adalah kritis, kreatif, kolaboratif dan komunikatif. Artinya, perlu pemikiran kritis rasional dan peruntukan pelestarian aset krama Bali. Disamping kritis, juga pelestarian merupakan upaya kreatif dan produktif krama Bali untuk meraih tujuan hidup material dan spiritual. Pelestarian bukan upaya individual atau kelompok, tetapi kolaborasi berbagai pihak. Oleh karena itu, komunikasi lintas antar berbagai pihak perlu dikedepankan. Semoga. *

Prof Dewa Komang Tantra, MSc.,Ph.D.
Pemerhati Masalah Sosial dan Budaya

Komentar