nusabali

Tewas Tenggelamkan Diri di Laut

Di Perairan Teluk Terima, Buleleng, Korban Pegawai LPD Baluk, Jembrana

  • www.nusabali.com-tewas-tenggelamkan-diri-di-laut

Ayah korban, I Ketut Narma, 58, mengaku sempat curiga dengan gelagat aneh korban pada, Jumat pagi sampai dua kali sembahyang di merajan.

SINGARAJA, NusaBali

Putu Agus Yudi Ariana, 34, warga Banjar Anyar, Desa Baluk, Kecamatan Negara, Jembrana ditemukan dalam keadaan tewas tenggelam di perairan Teluk Terima, Desa Sumberkelampok, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Sabtu (18/1) pukul 13.00 Wita. Korban sehari sebelumnya memang datang ke perairan Teluk Terima, Desa Sumberkelampok untuk memancing ikan di keramba. Diduga korban tewas tenggelam karena bunuh diri yang diketahui dari ditemukannya tali pemberat terikat pada kakinya.

Menurut informasi di lapangan, korban Agus Yudi datang ke Teluk Terima, Desa Sumberkelampok pada, Jumat (17/1) pukul 10.00 Wita. Saat itu korban menemui Ketut Nik, 35, warga setempat untuk mengantarnya ke keramba apung Pos 2 perairan Teluk Terima.

Namun karena masih ada orang bekerja di keramba tersebut posisi memancing ikan berpindah ke pos 1 yang tak jauh dari keramba pos 2. Ketut Nik sebagai sopir boat lalu meninggalkan korban sendiri di keramba Pos 1 dan akan menjemput kembali pada pukul 17.00 Wita sembari berpindah lokasi memancing ke Pos 2.

Permintaan korban pun diamini oleh Ketut Nik dan menjemput tepat pada waktu yang dijanjikan. Saat dijemput kembali pada pukul 17.00 Wita, korban Agus Yudi tak langsung kembali ke daratan, namun dia meminta kepada Ketut Nik untuk mengantarnya ke Pos 2, karena ingin melanjutkan memancing di sana.

Sesuai permintaan Ketut Nik pun kembali memenuhi permintaan korban dan sepakat menjemput kembali pada pukul 22.00 Wita. Namun saat akan menjemput pada, Jumat malam itu Ketut Nik mewakilkan tugasnya kepada Wayan Suryana, 36, yang juga warga setempat. Hanya saja saat tiba di keramba Pos 2, saksi Ketut Suryana tak menemukan tanda-tanda keberadaan korban.

Dia hanya melihat tas kerja, umpan dan pancing joran milik korban Putu Agus. Mengetahui hal yang janggal, saksi Wayan Suryana pun bergegas balik ke daratan dan melaporkan kejadian itu ke Pos Polairud Polres Buleleng tak jauh dari lokasi.

Kasubag Humas Polres Buleleng, Iptu Gede Sumarjaya, Sabtu (18/1) mengatakan karena laporan masuk pada pukul 22.30 Wita pencarian sempat dilakukan dengan penyisiran di sekitar keramba, namun hasilnya nihil. “Korban awalnya diketahui memancing dan tiba-tiba menghilang saat dijemput sesuai dengan kesepakatan, saat ini masih dalam penyelidikan Polsek Gerokgak,” jelas Iptu Sumarjaya.

Pencarian baru dilanjutkan pada, Sabtu (18/1) dengan melibatkan tim gabungan dari Sat Polairud Polres Buleleng, Pos SAR Buleleng, PMI Kabupaten Buleleng, Potensi SAR dan warga sekitar. Tim gabungan pun tak hanya melakukan penyisiran menggunakan rubber boat, tetapi langsung dilakukan penyelaman melibatkan personel Polairud dibantu juga oleh penyelam setempat.

Hampir setengah hari waktu pencarian, korban ditemukan oleh tim penyelam gabungan tenggelam di kedalaman 30 meter di bawah keramba apung yang berjarak 800 meter dari bibir pantai. Saat ditemukan korban Putu Agus Yudi yang sudah dalam keadaan meninggal dunia dalam kondisi salah satu kakinya terikat pada tali pemberat di keramba apung itu. Kondisi itu disebut Kepala Pos SAR Buleleng, Dewa Putu Hendri Gunawan, cukup mencurigakan.

“Saat dievakuasi memang kami sempat melihat ada tali pemberat yang di bawahnya ada beton terikat di kakinya. Ini baru dugaan sementara yang bersangkutan mungkin bunuh diri, tetapi ini masih dugaan sementara kepolisian yang nanti menindaklanjuti,” jelas dia.

Jenazah korban Agus Yudi kemudian langsung dievakuasi ke darat dan langsung dibawa ke Puskesmas Jembrana oleh mobil ambulan PMI Kabupaten Buleleng. Dari hasil pemeriksaan luar petugas medis di Puskesmas, tidak ada tanda-tanda kekerasan yang ditemukan di tubuh korban.

Sementara suasana haru menyelimuti rumah duka Putu Agus Yudi Ariana, 34, di Banjar Anyar, Desa Baluk, Kecamatan Negara, Jembrana, yang tewas diduga bunuh diri saat memancing di salah keramba jaring apung perairan Teluk Terima, Desa Sumberklampok, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Jumat (17/1). Meski belum tahu apa yang melatarbelakangi korban sampai nekat bunuh diri, sang ayah korban, I Ketut Narma, 58, mengaku sempat curiga dengan gelagat aneh korban yang Jumat paginya, sampai dua kali sembahyang di merajan rumah.

Berdasarkan pemantauan di rumah duka, Sabtu (18/1) sore, jenazah korban Putu Agus tampak disemayamkan untuk menunggu rencana upacara pengabenan. Dari pihak keluarga telah membangun terob (tenda), dan tampak berdatangan sejumlah kerabat maupun tetangga korban. Beberapa kerabat korban yang datang ke rumah duka juga tampak sedih dan tidak kuasa menahan tangis. “Istrinya masih shock. Kalau minta informasi saya aja yang jelaskan,” ujar ayah korban, I Ketut Narma, yang menerima kedatangan NusaBali, Sabtu kemarin.

Narma menuturkan, anaknya yang karyawan Labda Pacingkreman Desa (LPD) Adat Baluk ini merupakan anak lelaki satu-satunya dari dua bersaudara. Dia mengaku, jika anaknya meninggal karena diduga bunuh diri. Namun, sebagai ayah yang tinggal satu pekarangan dengan anaknya, Narma mengaku tidak mengetahui apa permasalahan yang dihadapi anaknya, sehingga nekat bunuh diri.

“Sudah dipastikan murni bunuh diri. Tetapi masalahnya saya belum tahu. Karena dia (korban) orangnya tertutup kalau sama saya ataupun memeknya (ibu). Beberapa hari sebelumnya, anak saya juga kelihatan biasa-biasa saja,” ucapnya.

Menurut Narma, dirinya terakhir sempat berbincang-bincang langsung dengan anaknya pada, Kamis (16/1) malam, dan anaknya sama sekali tidak ada menyampaikan permasalahan apapun. “Malam itu tidak ada keluhan apapun. Terus esoknya (Jumat) paginya, sebelum berangkat kerja sekitar jam 7 (pukul 07.00 Wita), dia biasa sembahyang ke merajan seperti biasa,” ujarnya.

Setelah pamit kerja, sambung Narma, Putu Agus sempat kembali pulang sekitar pukul 09.00 Wita. Anaknya yang kembali pulang ke rumah setelah absen pagi itu pun dianggap sudah biasa. Tetapi yang menjadi aneh, ketika Putu Agus kembali meminta canang sari untuk sembahyang di merajan.

Saat diketahui kembali sembahyang yang kedua kali pagi itu sempat ditegur ibu korban, Ni Nyoman Karmi, 58.

“Istri saya bilang. ‘Kenapa se cai buin ngidih canang sari. Tuni suba mebakti, jani buin mabakti. Kal kija se cai?’ (Kenapa lagi minta canang sari untuk sembahyang. Ditanya mau ke mana, tadi sudah sembahyang. Mau ke mana?). Jawabannya pas itu anak saya bilang ‘Kal luas joh (mau pergi jauh). Ditanya lagi ‘Kal luas joh kija’ (mau pergi jauh ke mana), dia hanya menjawab ‘ada deh’ sambil senyum-senyum,” ucap Narma.

Seusai sembahyang yang kedua kalinya pagi itu Putu Agus kembali pergi. Namun berselang sekitar 2 menit kemudian kembali pulang mengambil alat pancingnya, dibilang ada temannya yang ingin meminjam alat pancing. “Memang sering begitu juga dia. Saya hanya sedikit berpikir aneh saat melihat dia sampai dua kali sembahyang pagi itu. Itu yang paling janggal,” ungkap Narma.

Firasat ada hal yang disembunyikan anaknya itu semakin kuat saat salah satu teman korban yang sama-sama kerja di LPD Adat Baluk, datang ke rumah sekitar pukul 14.00 Wita untuk menanyakan keberadaan korban yang memberikan kabar ke bos LPD jika telah menabrak anjing di jalan dan masuk Puskesmas. Namun ditanyakan lokasi Puskesmasnya, anaknya yang biasa ditugaskan menyetorkan uang LPD ke Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali ini tidak memberikan lokasi pastinya, dan hanya mengaku lecet-lecet saja.

Ketika berusaha dihubungi kembali oleh teman-temannya, Putu Agus tidak mengangkat telepon. “Pas itu, pikiran saya sudah jelek. Saya dan istri korban juga terus berusaha menghubungi, tapi tidak diangkat-angkat. Sekitar jam 5 sore (pukul 17.00 Wita) HP-nya sudah tidak aktif, saya bersama beberapa keluarga sepupu, berusaha mencari ke Puskesmas di Kaliakah (Puskesmas I Negara), Pukesmas di Pengambengan (Puskesmas II Negara), sampai ngecek ke Rumah Sakit Negara, dipastikan tidak ada. Begitu juga saya cek ke BPD juga tidak ada,” ujarnya.

Setelah memastikan korban tidak ada di Puskesmas ataupun Rumah Sakit hingga Jumat malam tersebut, Narma mengaku sudah yakin terjadi suatu hal buruk terhadap anaknya. Hingga akhirnya Sabtu pagi kemarin, pihaknya menerima informasi, jika anaknya dikabarkan telah hilang dari keramba, Jumat malam.

Tim SAR gabungan yang lakukan pencarian kemudian menemukan jasad Putu Agus sudah meninggal dunia, dan jenazahnya berhasil ditemukan, Sabtu siang kemarin. “Kami juga yakin dia memang bunuh diri. Kami keluarga sudah mengikhlaskan. Tidak perlu sampai ada otopsi. Tetapi jujur, saya sendiri tidak tahu apa masalahnya. Apa mungkin bertengkar dengan istrinya atau bagaimana,” ucapnya.

Untuk diketahui, berpulangnya korban ini meninggalkan istri, Ni Wayan Sudianti (ibu rumah tangga), 35, serta dua orang anak, Putu Ardi Arya Pertama, 5, dan Ni Kade Yuna Suci Wimala Dewi, 10 bulan. Dari pihak keluarga, Sabtu sore kemarin belum menentukan jadwal pengabenan, dan masih akan nunas baos ke sulinggih. *k23, ode, dar

Komentar