nusabali

Mas Sumatri-Sukerana Dapat Dukungan dari Senior Golkar

  • www.nusabali.com-mas-sumatri-sukerana-dapat-dukungan-dari-senior-golkar

Wacana pasangan I Gusti Ayu Mas Sumatri-I Made Sukerana sebagai Calon Bupati (Cabup)-Calon Wakil Bupati (Cawabup) Karangasem ke Pilkada 2020 mendapat dari kalangan senor Golkar.

DENPASAR, NusaBali

Bahkan, mereka siap all out memenangkan pasangan Mas Sumatri-Sukerana, sebagai paket calon yang diusung koalisi Golkar-NasDem di Pilkada Karangasem 2020. Dukungan terhadap paket Mas Sumatri-Sukerana ini, antara lain, disampaikan mantan fungsionaris DPD I Golkar Bali, Putu Yudha Suparsana, saat ditemui NusaBali di Denpasar, Rabu (15/1) pagi. Yudha Suparsana menegaskan Pilkada Karangasem akan menjadi ajang tarung head to head antara Golkar-NasDem dan koalisinya melawan PDIP. Selaku kader Golkar, Yuda Suparsana siap all out memenangkan Mas Sumatri-Sukerana, yang kemungkinan bakal diusung partainya.

Yudha Suparsana tidak peduli Made Sukerana mulai akur dengan Plt Ketua DPD I Golkar Bali Gede Sumarjaya Linggih alias Demer. “Buat saya, yang ada sekarang adalah bersatunya Golkar di Pilkada,” jelas Yuda Suparsana yang sempat jadi kuasa hukum 5 Ketua DPD II Golkar se-Bali yang dilengserkan Demer ketika menggugat ke Mahkamah Partai Golkar.

Yuda Suparsana mngaku kenal betul dengan Made Sukerana, politisi asal Desa/Kecamatan Kubu, Karangasem yang mantan Ketua DPD II Golkar Karangasem dan Wakil Bupati Karangasem 2010-2015. Sukerana punya nilai plus dari sisi ketokohan dan kekuatan tarungnya.

"Ya, Golkar untuk Karangasem, Sukerana punya nilai plus. Apalagi sekarang tandem dengan incumbent Mas Sumatri. Incumbent 40 persen sudah punya modal populer dan elektibilitas bagus. Kalau yang diusung paket Mas Sumatri-Sukerana, peluang menangnya sangat tinggi," tegas politisi Golkar asal Desa Padangbai, Kecamatan Manggis, Karangasem ini.

Selain itu, kata Yuda Suparsana, Sukerana juga pengalaman dalam pertarungan politik, termasuk ketika lolos ke DPRD Bali 2009-2014 melalui Pileg 2009 dan memenangi Pilkada Karangsem 2010 ketika menjadi tandem Wayan Geredeg di posisi Cawabup. Pertarungan yang dilakoni Sukerana sebagai caleg DPRD Bali dari Golkar Dapil Karangasem di Pileg 2019, walaupun tidak lolos, juga punya nilai plus.

"Daya juang dan semangat tarung Sukerana sangat bagus. Dia memang politisi Golkar yang tahan banting dan punya strategi. Jadi, paket Mas Sumatri-Sukerana ini sangat besar peluangnya tarung head to head dengan pasdangan Gede Dana- Wayan Artha Dipa yang akan diusung PDIP di Pilkada Karangasem 2020,” sebut Yuda Suparsana.

Dari sisi pemetaan politik, kata dia, pasangan Mas Sumatri-Sukerana juga sangat tepat. Sukerana berasal dari Kecamatan Kubu, yang memilki julah pemilih terbesar di Karangasem. Sedangkan Sumatri berasal dari Kecamatan Sidemen yang merupakan incumbent dengan sokongan Partai NasDem yang memiliki 9 kursi di DPRD Karangasem.

"Golkar partai pemenang kedua dalam Pileg 2019 di Karangasem, jumlah kursinya beda tipis hanya 1 kursi dengan PDIP (Golkar punya 11 kutrsi, PDIP kuasai 12 kursi, Red). Sementara NasDem partai pemenang ketiga yang punya 9 kursi di DPRD Karangasem. Kalau Golkar dan NasDem bersatu, peluang menang terbuka lebar," tandas mantan Wakil Ketua OKK DPD I Golkar Bali ini.

Sementara itu, Wayan Artha Dipa yang kini menjabat Wakil Bupati Karangasem 2016-2021, kemungkinan besar akan menjadi Cawabup pendampingi Gede Dana yang diusung PDIP di Pilkada Karangasem 2020. Wayan Artha Dipa adalah mantan Dewa Penasihat NasDem Karangasem yang hijrah ke Golkar, November 2019 lalu. Sedangkan Gede Dana adalah politisi asal Desa Datah, Kecamatan Abang, Karangasem yang kini menjabat Ketua DPC PDIP Karangasem dan sekaligus Ketua DPRD Karangasem 2019-2024.

Munculnya Artha Dipa sebagai kandidat Cawabup pendamping Gede Dana praktis menunjukkan Golkar masih pasang dua kaki di Pilkada Karanasem 2020. Semula, sempat muncul politisi Golkar lainnya, I Nengah Sumardi, yang notabene adik kandung mantan Bupati Wayan Geredeg, sebagai kandidat Cawabup pendamping Gede Dana. Namun, paket Dana-Sumardi ini buyar dengan munculnya paket Dana-Artha.

Di sisi lain, jika Made Sukerana menjadi tandem Mas Sumatri, juga sebagai representasi Golkar. Maka, siapa pun yang keluar sebagai pemenang antara paket Mas Sumatri-Sukerana vs Gede Dana-Sartha Dipa, Golkar tetap menang.

Namun, jurus main ‘dua kaki’ ini dibentah oleh fungsionaris DPP Golkar, Dewa Made Widiyasa Nida, saat dihubungi NusaBali terpisah, Rabu kemarin. Menurut Dewa Nida, DPP Golkar tidak mungkin merekomendasikan dua kadernya untuk saling berhadap-hadapan di Pilkada, dengan diusung parpol berbeda.

"Artha Dipa sampai sekarang memang masih sebagai kader Golkar. Dia harusnya menunggu proses di Golkar selesai, bukan menarik diri dari pencalonan di Golkar. Kalau nanti Artha Dipa direkomendasi PDIP dan Golkar mengusung Sumatri-Sukerana, maka otomatis Artha Dipa dipecat dari partai. Jadi, kami tidak main dua kaki, " tegas Dewa Nida.

Dewa Nida menyebutkan, sebenarnya Artha Dipa masih punya peluang di Golkar. Hanya saja, Artha Dipa tidak sabaran hingga keburu mengurkan diri. Padahal, proses belum selesai. Survei masih jalan, pleno juga belum dilaksanakan.

“Kalau terus bermanuver dan loncat-loncat, itu artinya Artha Dipa memang sarat kepentingan. Artinya nggak ada peluang di NasDem, loncat ke Golkar. Nggak ada peluang di Golkar, kemudian lari ke PDIP. Mungkin kalau ada partai baru dan ada peluang lebih besar, dia akan pindah ke sana," cibir mantan Ketua DPD II Golkar Klungkung ini. *nat

Komentar