nusabali

1.400 Hektare Tanaman Kakao di Jembrana Perlu Diremajakan

  • www.nusabali.com-1400-hektare-tanaman-kakao-di-jembrana-perlu-diremajakan

Pemkab Jembrana mendorong petani agar melakukan peremajaan terhadap tanaman kakao yang kurang produktif, karena sudah berusia antara 25-30 tahun.

NEGARA, NusaBali
Sesuai catatan di Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, saat ini masih ada sebanyak 1.400 hektare tanaman kakao yang perlu diremajakan, dan secara bertahap dibantu bibit kakao unggul.

Kepala Bidang (Kabid) Perkebunan Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana I Komang Ariada, mengatakan dari pendataan awal sejak tahun 2009 lalu, ada sebanyak 3.000 hektare tanaman kakao yang perlu diremajakan. Secara bertahap, seiring meningkatnya kesadaran petani yang paham terhadap pentingnya melakukan peremajaan kakao, termasuk didorong pengadaan bantuan bibit kakao dari pemkab maupun pemerintah pusat, telah dilakukan peremajaan sebanyak 1.600 hektare, sehinga masih tersisa 1.400 hektare per akhir 2019. “Jadi sepuluh tahun terakhir (2009-2019), sudah setengah lebih yang telah diremajakan,” ujarnya, Senin (13/1).

Memasuki tahun 2020 ini, kata Ariada, juga kembali direncanakan pengadaan bantuan bibit kakao untuk peremajaan seluas 150 hektare, yang di antaranya dari pemkab seluas 50 hektare dan pemerintah pusat seluas 100 hektare. Dengan adanya bantuan bibit kakao itu artinya memasuki tahun 2021 nanti, tersisa 1.250 hektare tanaman kakao yang perlu diremajakan. “Kami dan petani-petani kakao melakukan peremajaan secara mandiri terhadap tanama-tanaman kakao yang sudah tua. Kalau tanamannya sudah di atas 25-25 tahun, produksi sangat kecil. Selain produksi menurun, hasilnya juga kurang bagus,” ucapnya.

Menurut Ariada, seribuan hektare tanaman kakao yang perlu diremajakan, itu adalah jenis kakao lindak. Jenis kakao itu sangat beda dengan bantuan bibit kakao unggul yang diberikan pemerintah, dengan kultur jaringan sambung pucuk. Apabila ingin mendapat hasil produksi lebih optimal, tanaman kakao unggulan itu juga bisa diremajakan kembai dengan melakukan penyambungan pucuk baru.

“Kalau yang unggulan, kalau sudah menginjak usia di atas 2 tahun, bisa menghasilkan 1,5 ton sampai 2 ton per haktare. Bahkan bisa sampai 3 ton, tergatung perawatan. Sedangkan kalau yang kakao lindak, paling maksimal hanya 0,7 ton (700 kwintal) per hektare,” ungkapnya.

Upaya peremajaan kakao itu juga merupakan bagian dari usaha  mendorong produksi fermentasi kakao berkualitas premium untuk memenuhi kebutuhan pasar dunia. Sesuai catatan tahun 2019 lalu, untuk produksi fermentasi kakao di Jembrana, baru dapat menembus 150 ton dari target 200 ton. “Tahun kemarin memang tidak memenuhi target, karena faktor cuaca, musim kemarau yang begitu panjang. Meski demikian, tetap berusaha mendorong produksi, dan tahun 2020, ini kami kembali pasang target produksi 200 ton,” kata Ariada.

Menurut dia, saat ini sudah ada kerjasama ekspor fermentasi kakao Jembrana dengan sejumlah perusahaan cokelat di 4 negara, yakni Belgia, Jepang, Prancis, dan Finlandia. *ode

Komentar