nusabali

Wagub Cok Ace Melayat ke Mangku Dalem Serongga

  • www.nusabali.com-wagub-cok-ace-melayat-ke-mangku-dalem-serongga

Wakil Gubernur (Wagub) Bali Tjokorda Oka Arta Ardhana Sukawati alias Cok Ace melayat ke rumah duka Jero Mangku Dalem Serongga (I Wayan Tjekeg), di Banjar Serongga Kaja, Desa Serongga, Kecamatan Gianyar, Gianyar, Soma Pon Gumbreg, Senin (13/1) pukul 16.30 Wita.

GIANYAR, NusaBali

Jero Mangku meninggal karena sakit menuai dalam usia 103, pada Wraspati Pahing Kulantir, Kamis (2/1).  Sebelum dipersilakan duduk, Cok Ace langsung ke pamereman almarhum di Bale Dangin, untuk mendoakan agar prosesi pangabenan almarhum berjalan lancar dan khidmat. Selanjutnya, Wagub Cok Ace diterima anak laki-laki ke-2 almarhum, I Made Mertha Nadi yang kini menggantikan ayahnya menjadi Pamangku Pura Dalem Serongga. Ikut menerima, Kelian Banjar Serongga Kaja Pande Made Sudarsana,

Bendesa Adat Serongga AA Gde Putra, Perbekel Serongga I Nyoman Gde Triyasa, tokoh masyarakat Desa Serongga yang anggota DPRD Gianyar Ketut Astawa Suyasa, dan lainnya.

Jero Mangku Made Mertha Nadi mengatakan, ayahnya sejak lama sakit karena faktor usia, hingga meninggal pada 2 Januari 2020. Puncak Pangabenan almarhum digelar pada Anggara Wage Gumbreg, Selasa (14/1) ini di Setra Desa Adat Serongga. Pamangku yang juga dosen ISI Denpasar dan seniman serba bisa ini, menyampaikan terima kasih kepada Wagub Cok Ace yang telah menyampaikan duka cita dan mendoakan perjalanan almarhum ke sunya loka.

Untuk diketahui, semasa hidup almarhum adalah salah seorang penari Celuluk terbaik yang dimiliki Bali. Kepiawaiannya menari Celuluk dilakoninya sejak ketenaran Drama Gong Abianbase, Kelurahan Abianbase, Gianyar, kisaran tahun 1970an. Setelah tak lagi menari Celuluk di drama gong karena kesenian ini meredup, almarhum dikenal sebagai penari Rangda mumpuni.

Kedekatan almarhum dengan Cok Ace karena sama-sama suka ngayah menari Calonarang, terutaman di Pura Dalem Serongga dan beberapa pura lain di Gianyar. ‘’Tiyang (saya) mengenal Kak Mangku (almarhum) sebagai pragina yang melakoni konsep ngayah gebug tua (gaya tetua,Red) dan kekunoan (model lalu),’’ jelas Wagub Cok Ace di hadapan Jero Mangku Mertha Nadi.

Menurut Cok Ace, gaya kapraginaan almarhum Pekak Mangku sulit ditemukan di era kini. Selain itu, almarhum adalah salah seorang pamangku dan pragina yang amat suntuk ngayah, terutama bertalian dengan ngiring sasuhunan. ‘’Beliau juga punya ciri tak banyak bicara, polos namun penuh makna,’’ jelas tokoh Puri Agung Ubud ini.

Dalam kesempatan itu, Wagub Cok Ace menghaturkan punia sebagai wujud bhakti Pemprov Bali atas pengabdian almarhum baik sebagai pamangku dan pragina yang ikut menjaga taksu Bali. Saat menjabat Bupati Gianyar Cok Ace sempat memberikan penghargaan Wija Kusuma kepada almarhum sebagai penari pada 17 Agustus 2010.  Penghargaan ini karena pengabdian almarhum sebagai penari spesialis Celuluk dan Rangda.

Almarhum meninggalkan lima anak dan delapan cucu. Pangabenan almarhum menggunakan Bade Putih Kuning dan pembakaran jenazah dengan Singa Bang, sebagaimana kepatutan pemakaian sarana pengabenen dari keturuan almarhum, Arya Pering.

Usai pangabenan akan dilanjutkan upacara Ngasti pada Redite Umanis Warigadean, Minggu (26/1). Pangabenan Jero Mangku bersamaan dengan

Pangabenan jenazah warga Desa Serongga lainnya, Ida Bagus Nyoman Astawa dari Griya Taman Sari Serongga. Almarhum meninggal pada  Soma Wage Kulantir, 30 Desember 2019. *lsa

Komentar