nusabali

Jatuh dari Pohon Nangka, Lumpuh

  • www.nusabali.com-jatuh-dari-pohon-nangka-lumpuh

Jatuh saat cari daun nangka untuk pakan ternak, I Nengah Juli, 42, mengalami patah pada tulang punggung dan saraf kejepit.

AMLAPURA, NusaBali

Petani penggarap asal Banjar Alasngandang, Desa Pempatan, Kecamatan Rendang, Karangasem ini kini mengalami kelumpuhan. Bangun dari tempat tidurnya harus dibantu oleh istri maupun anaknya. Tidak punya biaya untuk menjalani operasi saraf kejepit menyebabkan ayah tiga anak ini hanya tergolek lemas di tempat tidur.  

Nengah Juli menuturkan, musibah terjatuh dari pohon nangka dialami pada awal bulan Nopember lalu. Ia pergi ke tegalan bersama istrinya, Ni Wayan Suartini. Sesampai di tegalan, ayah tiga anak ini langsung memanjat pohon nangka setinggi 6 meter, sementara istrinya mencari pakan ternak babi. Nengah Juli begitu cekatan naik pohon. Dia kemudian memetik daun nangka untuk pakan sapi. “Ternyata saya menginjak dahan kering. Saya terjatuh,” ungkap Nengah Juli saat ditemui di rumahnya, Banjar Alasngandang, Jumat (13/12).

Dia merasakan punggungnya membentur tanah. Setelah itu tak ingat apalagi karena tak sadarkan diri. Istrinya yang mendengar suara terjatuh bergegas ke lokasi dan mengevakuasi untuk dibawa berobat ke Puskesmas Rendang di Banjar Menanga Kawan, Desa Menanga. Setelah diperiksa kemudian dirujuk ke RSUP Sanglah untuk menjalani operasi. Sepulang dari RSUP Sanglah kondisinya belum normal, karena ada saraf yang kejepit mesti dioperasi. Operasi saraf itulah yang tidak dilaksanakan karena terbentur biaya. Kini Nengah Juli hanya tergolek lemas di tempat tidur yang jadi satu bangunan dengan dapur.

Kedua tangannya masih kuat dan berfungsi normal. Namun Nengah Juli mengaku kedua tangannya tidak bisa digunakan sebagai tumpuan untuk bangun. “Sulit saya bangun karena punggung masih sakit dan tidak bisa digerakkan. Kecuali ada tali dipasang di depan, tali itu dijadikan pegangan. Dengan cara itu saja saya bisa bangun sendiri,” ucapnya. Kini Nengah Juli dapat sumbangan kursi roda dari relawan. Kursi roda itulah digunakan untuk sekadar berputar-putar keliling halaman rumah. Agar bisa naik ke kursi roda mesti dibangunkan oleh istri dan anaknya kemudian didudukkan di kursi roda.

Istri korban, Nengah Suartini mengaku tidak bisa berbuat banyak untuk menyembuhkan penyakit yang diderita suaminya. “Saya kira hanya patah tulang saja, ternyata didiagnose sarafnya kejepit, saya tidak mengerti soal itu,” ucap Nengah Suartini, ibu tiga putri yang sehari-hari juga sebagai petani ini.*k16

Komentar