nusabali

Peternak Tabanan Siaga Antisipasi ASF

  • www.nusabali.com-peternak-tabanan-siaga-antisipasi-asf

Dinas Pertanian Tabanan sudah melakukan sosialisasi kepada peternak babi yang menggunakan limbah hotel untuk pakan.

TABANAN, NusaBali

Informasi merebaknya virus African Swine Fever (ASF) atau flu babi membuat peternak babi di Tabanan khawatir. Bahkan beberapa peternak di Tabanan sudah siaga mengatasi virus babi ini dengan cara memberikan perawatan lebih intensif.

Salah seorang peternak babi, I Nyoman Wintara, mengatakan peternak sudah mulai khawatir adanya virus babi sejak dua bulan belakangan. Ini dimulai sejak adanya informasi serangan penyakit babi di China. “Sudah khawatir ini, ketar-ketir sejak dua bulan,” ucapnya, Kamis (12/12).

Apalagi, menurut Wintara, ada peternak yang memanfaatkan limbah restoran dan hotel untuk dijadikan pakan. Di samping itu ada informasi bahwa ada babi mati di Jembrana dan Denpasar. Dengan kondisi itu pihaknya selaku peternak sudah siaga. Dan sudah melakukan antisipasi awal seperti pembersihan kandang dan membatasi orang banyak kontak ke kandang babi.

“Kami, peternak siaga satu dengan virus ini. Untuk obat kami belum, karena ini virus yang baru meskipun penyakit babi banyak jenisnya. Tapi kami tetap berharap kejadian di Jembrana dan Denpasar bukanlah virus ASF, karena pergerakan virus ini sangat masif dan cepat,” jelasnya.

Menurut Wintara untuk saat ini belum ada sosialisasi dan langkah antisipasi dari pemerintah Tabanan. Seharusnya semenjak adanya informasi flu babi dari China sudah bergerak cepat.

Terkait hal tersebut, Kabid Peternakan Dinas Pertanian Tabanan I Nyoman Suamba, mengatakan pihaknya sudah melakukan sosialisasi kepada peternak babi yang menggunakan limbah hotel untuk pakan. Di Tabanan ada tiga peternak yang memanfaatkan limbah hotel untuk pakan, dua di Kecamatan Marga, satu di Kecamatan Kediri.

“Kami sudah datangi dan berikan penjelasan, limbah hotel yang digunakan untuk pakan babi agar direbus dengan suhu 70 derajat Celcius supaya virusnya mati,” kata Suamba.

Di samping itu Dinas Pertanian Tabanan juga sudah bersurat ke masing-masing puskeswan, mengimbau para peternak untuk waspada. Dalam artian menjaga kebersihan kandang dan lingkungan sesuai dengan instruksi dari pusat dan Pemprov Bali. Bahkan sebelumnya sudah diundang lima orang peternak babi melalui GUPBI (Gabungan Usaha Peternak Babi Indonesia) Bali ke provinsi untuk mengantisipasi virus flu babi tersebut. “Kami sudah bersurat ke puskeswan dua minggu lalu, mengimbau untuk waspada,” tuturnya.

Suamba menegaskan bahwa virus ASF ini tidak menyebar kepada manusia. Karena bukan zoonosis (penyakit yang ditularkan antara hewan dengan manusia), hanya dari babi ke babi. Namun ASF belum ada vaksinnya. “Belum ada vaksinya ini, yang jelas peternak diminta waspada dan menjaga kebersihan lingkungan,” pesannya.

Dan untuk saat ini di Tabanan virus ASF belum masuk. Nanti pada 18–20 Desember akan ada pertemuan membahas simulasi penanggulangan virus ASF. “Kami sudah dapat suratnya, mudah-mudahan di Indonesia tidak ada,” ucap Suamba.

Sebelumnya diberitakan, Kepala Seksi (Kasi) Kesehatan Hewan (Keswan) Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Keswan-Kesmavet) Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana drh I Gusti Ngurah Bagus Rai Mulyawan, menyatakan saat mendengar kematian 4 ekor kucit (anak babi) di Desa Manistutu, Kecamatan Melaya, jajaran petugas Medik Veteriner dari Kecamatan Melaya, sudah langsung turun melakukan pengecekan. Dari hasil pemeriksaan klinis maupun anamnesis petugas, kematian 4 ekor kucit itu dipastikan bukan karena virus.

Kematian 4 ekor kucit itu sudah dipastikan akibat diare, atau lebih mengarah ke penyakit colibacillosis yang disebabkan bakteri Escherichia coli (E.coli). Selain diare, kematian sejumlah kucit yang dipelihara secara terpisah di masing-masing kandang masyarakat penerima bantuan, juga terungkap dipelihara di kandang yang tidak dilengkapi atap, sehingga babi yang sudah deman karena diare, itu semakin kepanasan.

Sesuai informasi, virus ASF diketahui menyebar lewat peredaran daging, serta pemberian pakan campuran olahan sisa-sisa makanan dari moda kapal laut ataupun pesawat (swill feeding).

“Kalau dari hasil koordinasi di Dinas Peternakan Provinsi beberapa waktu lalu, gejala klinis virus ASF ini hampir sama dengan virus Hog Cholera (kolera babi) yang bisa menyebabkan kematian babi secara massal. Gejala virus ASF, itu ya demam, dan ada tanda merah kebiruan di seluruh tubuhnya, karena pembuluh darah pecah. Beda dengan Hog Cholera, yang tanda-tanda merah kebiruannya terjadi pada ujung-ujung tubuh, seperti telinga, dan bagian-bagian tertentu,” ujarnya.

Sampai saat ini, kata drh Rai Mulyawan, belum ada obat maupun vaksin untuk ASF. Sedangkan Hog Cholera, juga belum ada obatnya, yang ada hanya vaksin. “Selain pembatasan lalu lintas ternak, untuk mencegah penyakit-penyakit itu ya perlu sanitasi dan desinfeksi kandang secara rutin,” ujarnya. *des

Komentar