nusabali

‘Balang Tamak Reborn’ Tampil Memukau di Buleleng

  • www.nusabali.com-balang-tamak-reborn-tampil-memukau-di-buleleng

Bali Eksperimental Teater (BET) asal Gumi Makepung Jembrana tampil memukau dalam  pementasan teater berjudul Balang Tamak Reborn di panggung terbuka Eks Pelabuhan Buleleng, Jumat (6/12) malam.

SINGARAJA, NusaBali
Puluhan pemain yang membawakan naskah karya Wayan Udiana atau yang lebih beken dikenal dengan Nanoq Da Kansas ini, bermain totalitas hingga mendapat apresiasi dari penonton di Buleleng.

Setiap adegan di rangkai secara sempurna hingga menjadi sebuah alur cerita yang sangat menarik dan membuat penonton terpukau. Dalam pementasan teater eksperimental ini, Nanoq melibatkan kurang lebih 50 orang aktris dan aktor untuk membuat ceritanya semakin sempurna. Balang Tamak Reborn memang diadopsi dari cerita Pan Balang Tamak asli Bali, yang menceritakan keserakahan seorang pemimpin dan tokoh penentangnya bernama Pan Balang Tamak. 

Dengan ide dan siasat Balang Tamak akhirnya dapat menumbangkan pemimpin yang serakah tersebut. Pementasan teater Balang Tamak Reborn pun disebut eksperimental, karena memasukkan dialek dan bahasa Melayu yang tak lain merupakan salah satu lokal genius Kabupaten Jembrana. Alur cerita pun disuguhkan dengan isu seksi yang sedang berkembang dan permasalahan kekinian. 

Seperti pro dan kontra reklamasi, kasus korupsi petinggi negara, hingga pengembangan wisata yang tak ramah lingkungan. Pementasan juga diselingi lelucon-lelucon segar dari para pemain dan pemimpin yang menghambur-hamburkan uangnya kepada masyarakat yang mendukungnya. Wayan Udiana yang memberikan sekapur sirih usai pementasan mengatakan Bali Eksperimental Teater sudah berdiri sejak tahun 1993. Selama belasan tahun  mereka juga sudah sempat menjajal sejumlah daerah di Indonesia untuk mementaskan karyanya. 


Dalam pementasan yang menggunakan jumlah aktris dan aktor masal disebut Nanoq merupakan upaya mendekatkan teater kepada siswa, khususnya di Jembrana yang dinilainya sangat jauh dan miskin pengalaman berteater.

“Kami memang lebih banyak mengajak anak-anak kelas 10 dan 11 SMA di Negara selain dibantu beberapa aktor senior. Ini mengajak mereka bagaimana bergembira menggunakan ruang dan menyampaikan gagasan melalui adegan,” ucap pria yang berperawakan kurus dan rambut gondrong ini. Pementasan teater yang sempat dibawakan di Festival Bali Jani bulan Oktober lalu, disebutnya lebih memberikan ruang kepada pemain untuk memahami karakter peran yang mereka mainkan. Sementara itu pementasan yang berlangsung kurang lebih selama satu jam penuh juga didukung oleh Musik Anak Badai dan tata lampu yang elegan di setiap adegannya. 7 k23

Komentar