nusabali

Festival Jegog Tandai Peresmian ACJN Rambutsiwi

  • www.nusabali.com-festival-jegog-tandai-peresmian-acjn-rambutsiwi

Pemkab Jembrana bekerjasama dengan Pemrov Bali menggelar Festival Jegog di Anjungan Cerdas Jalan Nasional (ACJN) Rambutsiwi, Desa Yehembang Kangin, Kecamatan Mendoyo, Jembrana.

NEGARA, NusaBali

Festival Jegog yang digelar selama tiga hari, Selasa (3/12) hingga Kamis (5/12), ini sekaligus menandai peresmian ACJN Rambutsiwi, setelah pengelolaan sementara ACJN Rambutsiwi diserahterimakan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) kepada Pemkab Jembrana pada 20 November 2019 lalu.

Festival Jegog baru pertamakali digelar atas kerjasama Pemkab Jembrana dengan Pemprov Bali, dibuka Kadis Kebudayaan Provinsi Bali I Wayan Adnyana, bersama Bupati Jembrana I Putu Artha, Wabup Jembrana I Made Kembang Hartawan, jajaran Forkopimda Jembrana, bersama sejumlah pelaku seni jegog. Pada festival hari pertama menampilkan sejumlah pementasan jegog tempo dulu. Salah satunya penampilan jegog dengan iringan Tari Tincak Dayang yang dibawakan sejumlah keturunan trah Kiyang Geliduh, yang merupakan pencipta jegog di Jembrana.

Kemudian ditampilkan jegog versi Suprig, yakni jegog yang dikolaborsikan atraksi pencak silat. Setelah jegog versi Suprig yang diperkirakan berkembang pada 1945-1965, dilanjutkan penampilan jegog kreasi dari Sekaa Jegog Suar Agung (sekaa peninggalan almarhum I Ketut Suwentra alias Pekak Jegog), yang juga diisi pementasan tari Makepung ciptaan almarhum Pekak Jegog. Yang terakhir, ditampilkan  jegog kolaborasi degan alat-alat musik modern yang dibawakan oleh Sanggar Kumara Widya Suara dari SMPN 4 Mendoyo, dengan iringan lagu pop Bali dan Tari Jejangeran.

Bupati Artha mengatakan, Festival Jegog 2019 yang digelar selama tiga hari, melibatkan sekitar 84 sekaa jegog dengan 2.500 orang seniman. Festival Jegog ini merupakan salah satu upaya melestarikan salah satu identitas budaya Jembrana. Di samping itu juga untuk mengembangkan kreativitas seniman melalui berbagai garapan komposisi, mendorong tumbuhnya ekonomi budaya, sekaligus sebagai tontonan dan tuntunan bagi generasi muda untuk mencintai kesenian khas daerahnya. “Kami rencanakan Festival Jegog ini dapat menjadi event tahunan, dan saya sangat berterima kasih atas dukungan pemprov,” ujarnya.

Sebagai daya tarik wisata, kata Bupati Artha, selain melalui event tahunan,  pihaknya merencanakan penampilan jegog yang telah diakui sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) khas Jembrana, ini rutin digelar di ACJN Rambutsiwi. “Kita jadwalkan seminggu dua kali. Jadi wisatawan yang selama ini hanya melintas saja lewat Gilimanuk, bisa singgah dan datang ke Jembrana. Sehingga mereka tahu di samping makepung, Jembrana juga punya kesenian jegog,” ucapnya.

Sementara Kadis Kebudayaan Bali I Wayan Adnyana, mengapresiasi dan menyambut positif Festival Jegog tahun ini. Jegog yang merupakan WBTB kaya akan nilai filosofis, sosilologis, serta makna sejarah. Nilai itu sangat penting bagi Bali. “Jadi event ini sangat bagus. Semoga bisa terselenggara secara berkesinambungan. Yang terpenting bagaimana kita bersama-sama menjaga aset bangsa ini, di antaranya melalui penyelenggaraan event, baik itu Pesta Kesenian Bali (PKB) di provinsi maupun event-event seperti ini,” ujarnya.

Untuk diketahui, pada festival hari kedua, Rabu siang kemarin, juga dilaksanakan forum grup diskusi (FGD) tentang jegog, dengan narasumber, Rektor ISI Denpasar Prof Dr Gede Arya Sugiartha SSkar, dan sejumlah seniman. Sedangkan Rabu malam, digelar pementasan jegog inovatif, kontemporer, dan eksperimental. Sementara dalam acara puncak festival dengan tema ‘The Magic Sound of West Bali’, Kamis (5/12) malam, rencananya ditampilkan pementasan jegog mabarung massal, dengan joged dan ngibing massal. *ode

Komentar