nusabali

Kapolda Bali Resmikan Museum Terorisme Pertama

  • www.nusabali.com-kapolda-bali-resmikan-museum-terorisme-pertama

Museum Penanggulangan Terorisme pertama di Indonesia telah dibangun oleh Polda Bali di Jalan WR Suratman kawasan Tohpati, Denpasar Timur.

DENPASAR, NusaBali

Museum yang terbuka untuk umum dan menyatu dengan Gedung Sport Centre Prakasa Rucira Garjita ini sudah diresmikan Kapolda Bali, Irjen Pol Dr Petrus Reinhard Golose, Rabu (27/11) pagi.

Acara pembukaan dan peresmian Museum Penanggulangan Teroris serta Gedung Sport Centre Centre Prakasa Rucira Garjita, Rabu kemarin, dihadiri oleh sejumlah tokoh penanggulangan terorisme di Indonesia. Mereka, antara lain, Ketua Tim Investigasi Bom Bali I 2002 Komjen Pol (Purn) Dr I Made Mangku Pastika, Ketua Penyidik Bom Bali II 2005 Komjen Pol (Purn) Goris Mere, investigator pertama Bom Bali I Irjen Pol (Purn) Beny Mamoto, dan mantan Komandan Detasemen 88 Brigjen Pol Surya Dharma. Selain itu, hadir pula Bupati Gianyar I Made Agus Mahayastra dan Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta.

Di Gedeung Megah Sport Centre Prakasa Rucira Garjita (yang berarti kuat, cemerlang, dan membanggakan), selain berisi Musem Penanggulangan Terorisme di Lantai I, juga ada pusat latihan olahraga menembak, tenis meja, dan kempo di Lantai II.

Pada Lantai I Museum Penanggulangan Terorisme ini, tersimpan beragam peralatan yang digunakan teroris. Termasuk sebuah duplikat mobil L 300 warna putih berisi bom dan TNT seberat 1 ton, yang dulu diledakkan saat serangan teror di Sari Club dan Paddy’s Legian, Kecamatan Kuta, Badung, 12 Oktober 2002 malam. Mobil L 300 ini sempat dikemudikan oleh Ali Imron.

Selain itu, juga dipajang sepeda motor Yamaha Fiz R warna merah yang digunakan teroris Ali Imron untuk melakukan survei lokasi, sebelum meledakan bom di Legian atas perintah trio Imam Samudra, Amrozi, dan Ali Gufron. Ada pula pajangan foto-foto penanganan serangan teroris di berbagai tempat di Indonesia.

Kapolda Irjen Petrus Golose mengungkapkan, ide awal dibangunnya Museum Penanggulangan Terorisme ini untuk mengenang peristiwa kekejaman teroris. Di Indonesia, aksi kekejaman teroris paling dahsyat terjadi saat peristiwa Bom Bali I 12 Oktober 2002 malam dan Bom Bali II 1 Oktober 2005 (di Kuta dan Jimbaran). Selain itu, pembangunan museum ini juga untuk mengenang para tokoh penanggulangan terorisme, anggota kepolisian yang gugur akibat serangan teroris, dan masyarakat sipil yang jadi korban teror.

Menurut Petrus Golose, di Museum Penanggulangan Terorisme ini banyak informasi yang tersimpan. “Generasi muda bisa belajar dari museum ini, untuk mengetahui bahwa aksi teroris pernah memperburuk ekonomi Bali dalam Bom Bali I dan Bom Bali II,” katanya.

Satu hal yang perlu diingat, kata Petrus Golose, pada 2012 Bali juga dijadikan target serangan teroris. Beruntung, ancaman itu bisa dengan cepat diatasi oleh polisi. Di Bali sendiri telah dibangun Monumen Ground Zero di Legian, Kuta. Namun, itu tidak memperlihatkan bagaimana upaya dari penegak hukum untuk melindungi hak asasi manusia, terutama hak untuk hidup.

"Kalau kita lupa dengan aksi terorisme, maka kita akan rentan dengan serangan teror. Ini yang menjadi ide saya mendirikan Museum Penanggulangan Terorisme. Museum ini kecil, tapi mengandung dan menyimpan banyak makna. Bagaimana kita melawan teror, bukan hanya untuk mengingatnya. Saya berpikir, kita juga harus mengingat apa yang pernah dilakukan oleh Pak Goris Mere, Pak Made mangku Pastika, dan lainnya,” jelas Petrus Golose yang juga dedengkot penanggulangan terorisme di Indonesia.

Petrus Golose mengajak masyarakat Indonesia, khususnya Bali, untuk menyadari bahwa teroris itu musuh bersama, bukan hanya musuh polisi. Aksi teror itu bukan sifat bangsa Indonesia, bukan juga ajaran agama. “Tapi, itu adalah ideologi yang berbeda dengan ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tandas Jenderal Bintang Dua asal Manado, Sulawesi Utara yang sudah 3 tahun menjabat Kapolda Bali ini.

Pada bagian lagi, Kapolda Petrus Golose menyebutkan Gedung Sport Centre Prakasa Rucira Garjita yang di dalamnya berisi Museum Penanggulangan Terorisme ini dibangun atas bantuan Pemkap Gianyar dan Pemkap Badung. Untuk menyelesaikan gedung megah dan sejumlah fasilitas perlengkapan olahraga di dalamnya, menggunakan dana sebesar Rp 10 miliar. "Terwujudnya gedung ini berkat bantuan dari Bupati Gianyar dan Bupati Badung. Selain itu, juga terdapat sponsor lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu," katanya.

Sementara itu, Komjen Pol (Purn) Gories Mere mengapresiasi dibangunnya Museum Penanggulangan Teroris pertama di Indonesia ini. Kehadiran museum ini bisa memberikan gambaran penegakan hukum saat serangan teror pertama di Bali.

"Sebenarnya ini memberikan gambaran bagaimana upaya penegakan hukum ketika kita awal reformasi terus terjadi suatu kejadian luar biasa extra ordinary, dengan UU terbatas ada tekad upaya dari rekan-rekan polisi. Saya bersama Pak Made Mangku Pastika berusaha menggerakkan dari polisi yang terbaik untuk ini (menangani teror, Red),” jelas tokoh perintis pembentukan Densus 88 Antiteror ini. *pol

Komentar