nusabali

Bupati Agus Suradnyana Sebut Langkah Berani dan Berisiko

Kawasan Laut Dekat PLTU Celukan Bawang jadi Pusat Riset dan Rehabilitasi Terumbu Karang

  • www.nusabali.com-bupati-agus-suradnyana-sebut-langkah-berani-dan-berisiko

Pihak PLTU Celukan Bawang di Desa Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak, Buleleng putuskan bikin Pusat Riset dan Rehabilitasi Terum-bu Karang untuk tepis isu dampak lingkungan akibat penggunaan bahan bakar batubara

SINGARAJA, NusaBali

Kawasan laut dekat Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Celukan Bawang, Desa Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak, Buleleng resmi dijadikan Pusat Riset dan Rehabilitasi Terumbu Karang. Keputusan tersebut diambil pihak PLTU Celukan Bawang guna menepis isu dampak lingkungan akibat penggunaan bahan bakar batubara. Namun, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana justru menilai upaya PLTU Celukan Bawang tersebut sebagai langkah berani sekaligus berisiko.

Peresmian kawasan laut di dekat areal Jetty (Dermaga Bongkar Batubara) PLTU Celukan Bawang sebagai Pusat Riset dan Rehabilitasi Terumbu Karang dilakukan Senin (25/11), ditandai dengan gunting pita. Peresmian yang dilakukan di areal PLTU Celukan Bawang ini dihadiri Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana, Konsul Jenderal Tiongkok Mr Gou Hao Dong, Presiden Direktur PT General Bali Energi (GEB) Chen Sheng, dan Direktur PT GEB Irnawati Sutanto.

Dalam penetapan Pusat Riset dan Rehabilitasi Terumbu Karang ini, pihak PLTU Celukan Bawang mengandeng Yayasan Bumi Hijau Indah. Sebelum menetapkan sebagai Pusat Riset dan Rehabilitasi Terumbu Karang, pihak PLTU dan Yayasan Bumi Hijau Indah telah mengadakan observasi kondisi terumbu karang dekat PLTU, sejak tahun 2015.

Setelah obeservasi berjalan selama 3 tahun, tepatnya pada 2018, diketahui pertumbuhan terumbu karang di kawasan laut dekat PLTU Celukan Bawang cukup baik. Itu sebabnya, pada Maret 2018 dilakukan penanaman terumbu karang. Namun, pihak PLTU Celukan Bawang mengakui tudingan miring terhadap dampak lingkungan bawah laut masih sering terjadi.

Direktur PT GEB (selaku pengelola PLTU Celukan Bawang), Irnawanti Sutanto, mengakui langkah penetapan kawasan laut di PLTU sebagai Pusat Riset dan Rehabilitasi Terumbu Karang adalah strategi menepis isu dampak lingkungan bawah laut akibat aktivitas PLTU Celukan Bawang yang menggunakan bahan bakar batubara. Irnawanti yakin rehabilitasi terumbu karang itu akan berhasil, karena telah melewati tahap observasi. “Kami ingin membuktikan kalau aktivitas PLTU Celuk-an Bawang tidak berdampak terhadap lingkungan bawah laut,” tandas Irnawanti.

Irnawanti menyebutkan, ada 89 jenis terumbu karang yang sudah ditemukan berkembang di bawah laut perairan dekat PLTU Celukan Bawang. Lokasi pengembangan terumbu karang itu berada sekitar 100-200 meter dari Jetty milik PLTU Celukan Bawang. “Semoga ke depannya ini menjadi salah satu daya tarik wisata di Buleleng,” harap Irnawati.

Sementara itu, Bupati Agus Suradnyana mengatakan pembangunan Pusat Riset dan Rehabilitasi Terumbu Karang yang diprakarsai pihak PLTU Celukan Bawang ini sebagai langkah yang sangat berani dan berisiko dalam penyelamatan sumber daya alam bawah laut. “Kalau ini berhasil, berarti ada pengakuan bahwa factory (pembangkit, Red) tidak mengganggu lingkungan. Tapi, kalau tidak berhasil, berarti factory menimbulkan dampak lingkungan yang kurang baik, ini suatu pembuktian yang berisiko,” sergah Agus Suradnyana.

Menurut Agus Suradnyana, apabila rehabilitasi terumbu karang yang dilakukan pihak PLTU Celukan Bawang ini berhasil, dirinya akan membicarakan lebih lanjut bersama PT GEB terkait areal yang dapat dijadikan objek snokling maupun diving, sehingga tidak menggangu dan membahayakan semua pihak terkait keberadaan kawasan Jetty. “Kalau berhasil, tentu ini menjadi kawasan yang menarik untuk wisatawan beraktivitas snokling dan diving. Tetap harus ada jarak yang aman dan tidak membayahakan semua pihak,” tegas Bupati asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng yang juga Ketua DPC PDIP Buleleng ini.

Agus Suradnyana mengingatkan pihak PLTU Celukan Bawang harus memperhatikan masyarakat sekitar dalam pengembangan Pusat Riset dan Rehabilitasi Terumbu Karang ini. Sebab, tidak dipungkiri masih ada masyarakat yang kurang paham dengan keberadaan terumbu karang.

“Jangan sampai di satu sisi ada penyelamatan, tetapi di sisi lain masih ada yang merusak. Saya pernah lihat, ada nelayan mencari ikan dengan jaring yang ditarik. Jadi, tidak hanya ikan yang didapat, tapi pertumbuhan karang juga terganggu, apalagi aktivitas jaring itu dilakukan di sektar terumbu karang. Ketika saya tegur, mereka mengaku karena urusan perut. Nah, ini perlu pendekatan dan sosialisasi,” terang Bupati yang notabene mantan Ketua Komisi III DPRD Bali tiga kali periode ini. *k19

Komentar