nusabali

Gempa Susulan di Buleleng Semakin Melemah

  • www.nusabali.com-gempa-susulan-di-buleleng-semakin-melemah

Dalam empat hari tercatat 121 gempa, dan hanya satu dirasakan.

SINGARAJA, NusaBali

Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar mengaku intensitas gempa susulan yang berpusat pada 21 Km arah barat Buleleng terus menurun dalam kurun 15-17 November 2019. Hal ini diperkuat hasil analisa menunjukkan intensitas gempa susulan sudah mulai melemah. Meski demikian, dalam pencatatan itu sudah terjadi 121 kali gempa dan satu yang dirasakan oleh warga.

Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar, Imam Fatchurochman membeberkan semenjak gempa bumi jenis tektonik yang mengguncang Buleleng dan Bali pada umumnya pada Kamis (14/11/2019) lalu, pihaknya terus melakukan pengamatan terkait aktivitas kegempaan itu. Hasil pengamatan tersebut, telah terjadi aktivitas gempa susulan. Dalam catatan BBMKG, bahwa pada hari pertama, yakni, pada Kamis malam terhitung ada 48 gempa susulan. Kemudian, pada Jumat (15/11/2019) terjadi 36 kali kegempaan. Nah, pada Sabtu (16/11/2019), terjadi 16 kali gempa susulan, dan terakhir pada Minggu (17/11/2019) terjadi 21 kegempaan. "Total semenjak gempa utama pada Kamis lalu itu sampai sekarang ada 121 gempa susulan. Dari total keseluruhan, hanya ada satu gempa susulan yang dirasakan oleh warga," terangnya, Minggu (17/11/2019) sore.

Diakuinya, untuk gempa susulan yang terjadi itu, besaran kekuatannya berkisaran dari 1,7 SR hingga 4,4 SR. Meski demikian, Kabid Data dan Informasi BBMKG Facturahman mengaku kalau sampai Minggu kemarin, aktivitas kegempaan di Buleleng sudah mulai menunjukkan adanya penurunan. Penurunan itu juga sudah ditunjukkan oleh aktivitas yang semakin hari semakin menurun. "Kalau data kita memang sudah mengarah ke sana (penurunan). Dari evaluasi hari per hari juga terlihat jelas perbedaan aktivitas saat hari pertama, kedua dan seterusnya. Toh gempa susulan juga tidak dirasakan oleh masyarakat dan hanya terdeteksi melalui alat kita," akunya.

Untuk diketahui, gempa bumi tektonik mengguncang pulau Bali pada Kamis (14/11/2019) sekitar pukul 18.21 WITA. Gempa dengan kekuatan 5,1 Skala Richter (SR) itu berpusat di kedalaman 10 km di dasar laut dan berjarak 21 Km arah Barat Kota Buleleng. Gempa bumi itu disebabkan oleh aktivitas sesar naik belakang busur atau back arc thrust, meski demikian, tempat itu tidak berpotensi terjadi tsunami.

Dalam pencatatan Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar, gempa bumi yang dirasakan oleh seluruh masyarakat Bali hingga Banyuwangi, Jawa Timur dan Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki parameter dengan magnitudo  M=5,1 SR yang selanjutnya dilakukan pemutakhiran menjadi M=5.0 SR. Sementara, terkait episenter gempa bumi terletak pada koordinat 8.16 LS dan 114.9 BT atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 21 Km arah Barat Kota Buleleng dan pada kedalaman 10 Km. Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas sesar naik belakang busur atau Back Arc Thrust. Dari hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan naik oblik atau Oblique Thrust.*dar

Komentar