nusabali

Puting Beliung Terjang Tiga Desa di Kubutambahan

  • www.nusabali.com-puting-beliung-terjang-tiga-desa-di-kubutambahan

Satu KK mengungsi setelah atap dan kap rumah hancur

SINGARAJA, NusaBali

Tiga desa bertetangga, Desa Tamblang, Desa Bontihing, dan Desa Pakisan, di Kecamatan Kubutambahan, Buleleng diamuk puting beliung, pada Kamis (14/11/2019) sore. Peristiwa itu mengakibatkan pohon tumbang dan kerusakan rumah. Satu kepala keluarga (KK) di Desa Pakisan, terpaksa harus mengungsi, karena sebagian atap dan kap bangunan rumahnya hancur.

Informasi dihimpun, Jumat (15/11) di lokasi menyebut, peristiwa puting beliung menimpa tiga desa bertetangga di wilayah Kecamatan Kubutambahan, terjadi pada Kamis sore sekitar pukul 15.30 WITA.

Peristiwa itu diawali dengan fenomena hujan es yang terjadi di Desa Bontihing dan Desa Pakisan. Fenomena hujan es berlangsung kurang dari 15 menit. Setelah hujan es, angin mulai berembus kencang, hingga berbentuk gulungan dari arah barat daya. Desa yang pertama dilanda puting beliung adalah Desa Tamblang, kemudian merambah Desa Bontihing, dan Desa Pakisan.  Amukan puting beliung terparah terjadi di Desa Bontihing dan Desa Pakisan.

Data pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Buleleng yang dikirim dari pihak Kecamatan Kubutambahan menyebut, peristiwa angin puting beliung telah mengakibatkan pohon tumbang dan kerusakan rumah warga. Pohon tumbang terjadi di Desa Bontihing sempat membuat ruas jalan utama antar desa terutup. Ruas jalan tersebut sudah kembali normal setelah petugas BPBD bersama masayarakat membersihkan pohon beringin yang tumbang.  

Tercatat ada 23 KK dari 3 desa bertetangga yang menjadi korban terjangan angin puting beliung. Sebagian besar kerusakan rumah di bagian atap.

Terparah di Desa Pakisan, tercatat ada 17 KK yang menjadi korban, kemudian Desa Bontihing dan Desa Tamblang masing-masing ada 3 KK yang menjadi korban. Kerusakan mulai dari tembok panyengker roboh, hingga atap bangunan rumah rusak akibat diterbangkan oleh angin puting beliung.

Camat Kubutambahan, Made Suyasa mengaku telah menyampaikan seluruh laporan kejadian termasuk jumlah korban yang terdampak bencana kepada BPBD Buleleng. “Saya berharap, warga selalu waspada. Seluruh data-data kerusakan dan korban sudah saya sampaikan kepada BPBD,” terangnya.

Sementara, Kepala Pelaksana BPBD Buleleng, Ida Bagus Suradnyana dikonfirmasi belum menghitung total kerugian akibat bencana tersebut. Dikatakan, pihaknya akan memverifikasi lebih lanjut kerusakan akibat bencana angin puting beliung di tiga di wilayah Kecamatan Kubutambahan. Verifikasi tersebut untuk memastikan korban yang berhak mendapat bantuan. “Kami masih terus mendata, dan nanti kami verifikasi semua laporan yang sudah masuk untuk menentukan layak tidak mendapat bantuan,” katanya.

Dijelaskan, terhadap bencana yang terjadi di Kecamatan Kubutambahan, bantuan awal berupa paket sembako, family kids dan terpal, sudah mulai disalurkan kepada para korban, mulai Jumat kemarin. Disebutkan bantuan datang dari Pusat Pengendalaian Operasi (Pusdalops) Provinsi Bali, kemudian dari PMI dan Pemkab Buleleng. “Besok kami juga akan salurkan lagi beberapa bantuan kepada korban,” ungkapnya.

Sementara, salah satu KK di Desa Pakisan terpaksa mengungsi karena rumahnya tidak bisa lagi ditempati. Terjangan angin puting beliung mengakibatkan sebagian atap dan kap rumahnya ikut diterbangkan. “Tiang madunungan mangkin di umah matua, deriki dirumah ten ngidaang tiang nongosin (Saya sekarang menginap di rumah mertua, karena rumah tidak bisa ditempati lagi),” kata Wayan Suarsa, 54.

Suarsa tinggal bersama istri dan satu cucunya berumur 1,5 tahun di rumah semi permanen berukuran 5 meter x 7 meter di Banjar Dinas Tegeha, Desa Pakisan. Rumah tersebut dia bangun berkat bantuan dari sebuah yayasan hampir setahun lalu.  Sebelum punya rumah, dia bersama istrinya maburuh nyakap di Desa Panji, Kecamatan Sukasada. Setelah bisa membangun rumah dari bantuan yayasan, dia bersama keluarga tinggal di kampung, dengan pekerjaan maburuh nyakap. Saat kejadian, sekitar pukul 15.00 WITA, dia tinggal di rumah, karena sedang turun hujan gerimis. Usai gerimis terjadi fenomena hujan es. “Tiang nepukin ada hujan es, cenik-cenik care krikil, munyine keras gati kena raab seng (Saya melihat langsung ada hujan es, bentuknya kecil seperti kerikil. Suaranya terdengar keras kena atap seng,Red),” akunya.

Setelah hujan es, Suarsa mulai merasakan embusan angin yang cukup keras. Bahkan air hujan sampai masuk ke kamar karena terbawa angin. Saat itu, atap rumah dari seng di sisi timur mulai terbang. Karena khawatir, dia mengajak istri dan anaknya berlindung sambil berteduh ke dapur. Begitu sampai di dapur, sebagian kap dan seng atap rumahnya ikut diterbangkan. Seng atap rumahnya terlempar hingga sejauh 20 meter. “Tiang jejeh bayune. Kecotang gati melaib tiang ajak kurnan, cucu ke umah matuane. Tiang takut, umahe membriuk, keto geden angin megulungan (Saya gemetar, tetapi spontan lari ajak istri dan cucu menuju rumah mertua. Saya khawatir rumah ambruk, karena anginnya begitu kencang bergulung,” ungkapnya.

Saat lari menuju rumah mertua yang berjarak sekitar 50 meter, hujan disertai angin kencang masih terjadi. Diperkirakan angin puting beliung itu terjadi kurang dari 5 menit. Akibat kejadian itu, seluruh isi kamar, seperti kasur, bantal guling, selimut dan pakain basah terkena air hujan. Jumat kemarin, Suarsa terlihat menjemur kasur, bantal dan pakaian yang basah. Seluruh seng atap rumah juga sudah berhasil dikumpulkan. Tapi Suarsa mengaku belum tahu kapan bisa kembali menempati rumahnya. *k19

Komentar