nusabali

Gempa Buleleng Bikin Rusak di 14 Desa

  • www.nusabali.com-gempa-buleleng-bikin-rusak-di-14-desa

Versi BPBD Buleleng, gempa berkekuatan 5,1 SR yang terjadi Kamis petang dipicu pergeseran Lempeng Seririt

SINGARAJA, NusaBali

Gempa berkekuatan 5,1 SR yang mengguncang wilayah Kabupaten Buleleng, Kamis (14/11) petang, menimbulkan kerusakan di 14 desa yang tersebar di 5 kecamatan. Tercatat ada 25 rumah yang rusak berat, selain 9 fasilitas umum termasuk pura dan wantilan.

Dari data terakhir hasil assessment Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng, Jumat (15/11), terdeteksi 14 desa di 5 kecamatan yang terdampak gempa. Jumlah itu diperkirakan masih akan bertambah lagi, lantaran belum semua laporan kerusakan dari desa-desa masuk ke BPBD Buleleng.

Ada pun 14 desa yang terdapak gempa hingga menimbulkan kerusakan rumah dan fasilitas umum (fasum), meliputi Desa Lokapaksa (Kecamatan Seririt), Desa Kaliasada (Kecamatan Seririt), Kelurahan Seririt (Kecamatan Seririt), Desa Unggahan (Kecamatan Seririt), Desa Ularan (Kecamatan Seririt), Desa Pengulon (Kecamatan Gerokgak), Desa Musi (Kecamatan Gerokgak), Desa Banjar (Kecamatan Banjar), Desa Tampekan (Kecamatan Banjar), Desa Kalianget (Kecamatan Seririt), Desa Kayuputih Melaka (Kecamatan Sukasada), Desa Telaga (Kecamatan Busungbiu), dan Desa Tista (Kecamatan Seririt Busungbiu).

Secara keseluruhan, ada 25 rumah yang rusak parah hingga tak bisa ditinggali lagi terseber di 14 desa ini. Terparah di Desa Pangkung Paruk, Kecamatan Seririt di mana terdapat 7 unit rumah dan 2 fasilitas mengalami kerusakan. Kerusakan terparah kedua terjadi di Desa Pengulon, Kecamatan Gerokak di mana 6 rumah rusak parah. Sementara di Desa Lokapaksa, Kecamatan Seririt ada 4 rumah rusak parah dam 1 pura remuk.

Kepala Pelaksana BPBD Buleleng, Ida Bagus Suadnyana, menjelaskan 25 rumah yang mengalami kerusakan ini, ada yang retak bagian dinding, atap ambruk, ada pula bangunan roboh hingga rata dengan tanah. Selain itu, 9 fasilitas umum mengalami kerusakan, termasuk wantilan dan pura.

“Tim kami sudah turun ke lapangan mengecek yang baru dilaporkan saja. Kami meminta kepada desa maupun kecamatan agar mendata kerusakan di wilayahnya masing-masing. Karena belum semua laporan masuk, data kerusakan akibat gempa dipastikan akan terus bertamnbah,” jelas IB Suadnyana saat dikonfirmasi NusaBali di Singaraja, Jumat kemarin.

IB Suadnyana menyebutkan, hingga Jumat kemarin masih terjadi sejumlah gempa susulan yang berpusat di wilayah Buleleng. Namun, gempa susulan itu berkekuatan kecil. Menurut Suadnyana, gempa berkekuatan 5,1 SR yang bikin panik warga sejumlah desa di Kecamatan Seririt, Kamis petang pukul 18.21 Wita, dipicu oleh pergerakan lempeng bumi yang ada di bawah kawasan Seririt.

Berdasarkan hasil kajian Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2017, kata Suadnyana, Lempeng Seririt memang memiliki potensi picu gempa cukup tinggi. Sebelumnya, sempat terjadi gempa hebat berkekutan 6,2 SR pada 14 Juli 1976, yang meluluhlantakkan kawasan Seririt dan sekitarnya.

“Sesuai hasil kajian, Buleleng memang rawan gempa, karena terdeteksi ada tiga lempeng yang melintang di bawah, yakni Lempeng Gerokgak, Lempeng Seririt, dan Lempeng Tejakula,” papar Suadnyana. Bahkan, kata dia, menurut prediksi dan pemetaan hasil kajian, potensi kekuatan getaran gempa sangat tinggi bisa mencpai 9 SR.

Karena kondisi rawan bencana gempa tersebut, BPBD Buleleng selama ini intens melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Dengan begitu, kesadaran masyarakat akan bahaya bencana dan upaya evakausi diri, dapat terpatri dalam jiwa. Menurut Suadnyana, aksi panik yang sempat diwarnai pengungsian karena isu tsunami di Seririt, Kamis malam, merupakan sisi positif dari sosialisasi yang sudah dilaksanakan.

“Kalau kesigapan masyarakat berupaya menyelamatkan diri tadi malam (Kamis), itu cerminan mereka sudah siaga bencana. Hanya, disayangkan ada okum yang menyebar berita bohong hingga membuat krodit dan situasi tak terkendali,” sesal Suadnyana.

Suadnyana berharap dengan potensi bencana gempa di Buleleng, masyarakat jadi waspada dan berhati-hati. Terlebih, bencana gempa tak bisa diprediksi kapan dan di mana akan terjadi. Warga juga disarankan tidak mudah mempercayai isu yang belum tentu kebenarannya. “Harus dipastikan informasinya dari instansi atau lembaga yang memang kompeten. Jadi, informasi yang belum tentu kebenarannya, jangan membuat resah masya-rakat,” katanya.

Sementara itu, salah satu korban gempa yang rumahnya paling parah menmgalam kerusakan adalah Wayan Winasa, 67, di Banjar Melaka, Desa Kayuputih Melaka, Kecamatan Sukasada. Rumah semi permanen milik Wayan Winasa yang berada di pinggir tebing, ambruk hingga rata dengan tanah. Untungnya, Wayan Winasa selamat dari maut, karena sedang pergi saat rumahnya ambruk.

“Saya pas kejadian tidak ada di rumah, karena ke warung beli rokok. Pas pulang, rumah sudah ambruk,” ujar Wayan Winasa yang keseharian bekerja sebagai buruh serabutan, Jumat kemarin.

Selama ini, Winasa tinggal sendirian di rumah berukuran 8 meter x 6 meter yang ambruk itu, sejak istrinya meninggal beberapa tahun lalu. Sesekali, anaknya yang bekerja merantau di Denpasar, pulang menjenguk Winasa. “Setelah rumah ambruk, saya medunungan (ngungsi) di rumah adik yang lokasinya tidak jauh,” tutur Winasa. *k23

Komentar