nusabali

Subak Celuk Medahan Ingin Jadi Kawasan Wisata Ramah Lingkungan

  • www.nusabali.com-subak-celuk-medahan-ingin-jadi-kawasan-wisata-ramah-lingkungan

Subak Celuk Indah, Desa Medahan, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, ingin menerapkan sistem pertanian ramah lingkungan (PRL).

GIANYAR, NusaBali

Di antaranya, memakai pupuk organik, pestisida organik, menghasilkan beras pecah kulit, dan jus kelor. Difasilitasi Yayasan Mandhara Research Institute (MRI) Provinsi Bali.

Ketua Yayasan MRI Ida Bagus Sukarya, saat ditemui Senin (11/11), mengatakan PRL ini mengingatkan kembali tata cara orang bertani pada zaman dahulu. Saat itu belum ada pupuk kimia, pestisida dan penyelipan beras yang terlampau halus hingga hilang kadar vitaminnya. Persiapan PRL diawali sertifikasi para petani dan pekaseh dari 20 subak se Desa Medahan. Para petani diberikan bimtek dan uji kompetensi pertanian ramah lingkungan yang difasilitasi Yayasan MRI. "Prosesnya sudah kami lewati sejak dua  tahun terakhir. Ada dua petani yang PRLnya cumlaude (dapat pujian,Red)," jelasnya. Sertifikasi petani ini, jelas IB Sukarya,

diyakini menambah kepercayaan diri para petani agar lebih kreatif menggarap lahan dan jadi petani professional. Termasuk melangkah untuk menjadikan area pertanian sebagai kawasan wisata. "Ke depan akan digarap menjadi agrowisata, kini sedang dalam tahap penataan," jelasnya.

Sebagai tonggak awal, kata dia, telah didirikan pintu gerbang bertuliskan selamat datang di kawasan wisata Subak Celuk Indah. Selain penataannya yang ramah lingkungan, pemandangan sekitar subak masih sangat asri dengan latar belakang pantai serta gunung. Terlebih, jalan masuk kawasan saat ini telah diaspal. "Tahun depan jalan ini akan tembus Bypass IB Mantra. Jadi semakin terbuka peluang untuk jadi kawasan wisata Subak," jelasnya.

IB Sukarya menyampaikan saat ini tengah menggodok komponen pertanian di subak seluas 240 hektare tersebut. Penggodokan dengan membimbing para petani dengan memulai menggunakan pupuk organik, memberikan bimbingan teknis agar mau membuka wawasan sebagai seorang petani sesungguhnya. Sehingga petani tidak hanya datang ke sawah untuk mencari sawahnya air dan menjual padi saja, melainkan agar bisa mengembangkan berbagai pertanian yang ada. “Sebenarnya budaya pertanian kita sangat berpengaruh sekali terhadap sektor pariwisata. Tetapi sangat sedikit sekali yang mau mempertahankan agar pertanian itu tetap ada, terlebih banyak pemilik lahan mengalihfungsikan lahannya menjadi perumahan. Padahal itu sebenarnya sebagai daya tarik wisatawan datang,” ungkapnya.

Ketua Forum Pekaseh Medahan-Keramas I Ketut Sugata dan Pekaseh Subak Celuk I Ketut Sigra mengatakan, penataan ini dilakukan secara gotong royong. "Sejauh ini belum ada dukungan APBD, murni gotong royong para petani," ujar Ketut Sigra.

Konsep penataan PRL ini, jelas Sugata, mulai dari mengurangi penggunaan pupuk kimia, kembali menggunakan pupuk kompos dan pestisida organik. “Selain itu, kami akan membuat warung beras pecah kulit dan jus kelor. Kulit ari beras itu justru kandungan gizinya yang lebih banyak dari pada beras yang biasa," jelasnya.

Ditambahkan Ketut Sigra, luas lahan pertanian Subak Celuk sekitar 42 hektar. Dari total 178 pemilik lahan, hanya 48 petani yang aktif menggarap sawah. "Saat ini juga sedang proses perabatan jalan sejauh 600 meter. Nanti untuk jalur trekking," ujarnya.

Ketua Forum Pekaseh Medahan-Masceti, I Ketut Sugata mengatakan PRL nantinya akan menjadi kampus alam. Sehingga wisatawan, mahasiswa, pelajar maupun pihak terkait akan bisa belajar langsung dari alam. "Dosennya orang alam, media pembelajarannya hamparan sawah dari 20 subak pangempon Pura Masceti seluas sekitar 600 hektar," jelasnya.*nvi

Komentar