nusabali

Pengembangan Cabai Rawit Sasar Buleleng Barat

  • www.nusabali.com-pengembangan-cabai-rawit-sasar-buleleng-barat

Sistem pengembangan cabai rawit dilakukan secara tumpang sari.

SINGARAJA, NusaBali

Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng kembali memperluas lahan cabai rawit merah. Tahun ini dialokasikan pengembangan untuk 50 hektare lahan di wilayah Buleleng Barat. Sistem pengembangannya pun kini lebih banyak menggunakan sistem tumpang sari untuk meminimalisir kegagalan pertumbuhan karena cuaca panas yang ekstrim.

Kepala Bidang Produksi Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, I Gede Subudi seizin Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta, Senin (4/11) kemarin mengatakan, menyasar empat desa di Kecamatan Gerokgak dan satu desa di Kecamatan Seririt. Yakni di Desa Patas seluas 20 hektare, Desa Pengulon 5 hektare, Desa Tukadsumaga 15 hektare dan Desa Kalisada di Kecamatan Seririt 10 hektare.

Dalam program pengembangan yang biaya bibit dan pemeliharaannya dibantu pemerintah, memang menyasar daerah yang memiliki pasokan air subak yang mencukupi. “Ini sebagai stimulan kepada petani untuk mau menanam cabai, setelah mereka mendapatkan hasilnya potensi melanjutkan bertani cabai pun dapat berlanjut secara mandiri,” jelas Subudi.

Perluasan lahan cabai rawit merah di Buleleng pun sudah melewati masa tanam yang dimulai sejak bulan Juli hingga September lalu. Sejauh ini Buleleng dengan potensi lahan yang dapat ditanami cabai sudah banyak yang dilakukan swadaya oleh masyarakat. Bahkan data per tahun ini luasan tanam mencapai 346 hektare dengan produksi 13.479 ton. Luasan lahan itu tersebar di Desa Sumberkima, Sumberkelampok, Pejarakan di Kecamatan Gerokgak, Desa Bebetin di Kecamatan Sawan, Desa Bontihing, Pakisan dan Tambakan di Kecamatan Kubutambahan.

Cabai rawit yang masuk dalam kebutuhan pangan pokok juga disebut Subudi sangat menjanjikan.  Untuk menjaga produksi sepanjang musim, Dinas Pertanian pun menanam di pertengahan tahun untuk mengisi kekosongan produksi dari petani cabai swadaya. “Kami memang tanam belakangan untuk perluasan lahan cabai, sehingga produksi ada setiap musim, kalau yang petani cabai swadaya mereka tanam Desember dan panen hingga pertengahan tahun, ini juga mengantisipasi kelangkaan,” jelas dia.

Sementara dalam pengembangan cabai merah saat ini banyak dilakukan dengan sistem tumpang sari oleh masyarakat. Seperti tanaman cabai yang ditumpang sari dengan jagung, bawang merah bahkan tanaman jeruk. Hal itu cukup menguntungkan petani yang bisa mendapatkan dua hasil produk pertaniannya dalam satu masa tanam.

Sistem tumpang sari juga disebut Subudi sangat diperlukan mengingat cuaca panas ekstrim yang dapat menghambat pertumbuhan cabai terutama saat berumur masih muda. Tanaman tumpang sari pun bermanfaat memberikan naungan tanpa menghalangi sinar matahari yang diperlukan, sehingga tidak membuat tanaman cabai terbakar da gagal tumbuh.*k23

Komentar