nusabali

Tetap Jalankan Program Kalingga Bali Sanggam

Brahmacaria Agus Indra Udayana Lakukan Madiksa

  • www.nusabali.com-tetap-jalankan-program-kalingga-bali-sanggam

Brahmacaria Indra Udayana menjalani prosesi upacara Madiksa (prosesi menjadi sulinggih,Red) di rumahnya, Jeroan Saren Anyar, Jalan Pandu No 4, Banjar Jabon, Desa Sampalan, Kecamatan Dawan, Klungkung, Soma Umanis Bala, Senin (28/10), bertepatan Tilem Kapat.

SEMARAPURA, NusaBali

Prosesi Rsi Yadnya Dwijati ini dilaksanakan pukul 19.00 Wita. Bertindak selaku Guru Nabe Ida Pandita Mpu Daksa Yaksa Acharya Manuaba dari Griya Agung Siwa Gni Manuaba, Denpasar. Selaku Guru Waktra, Pandita Nabe Sri Bhagawan Agni Yogananda dari Griya Santana Payuk, Bangli dan Guru Saksi Ida Pandita Mpu Nabe Daksa Sidhanta Manuaba dari Griya Agung Manik Gni Manuaba, Badung.

Indra Udayana juga melakukan ritual Pada Puja kepada panglingsir Puri Mengwi, I Gusti Agung Mayun Eman. Perjalanan spiritual Agus Indra Udayana sudah dimulai sejak tahun 1990-an. Pria yang memilih hidup brahmacaria (tidak menikah) ini aktif sebagai aktivis yang menyoroti berbagai isu-isu sosial.

Dia mendirikan Ashram Gandhi Puri yang menjadi tempat bagi anak-anak untuk belajar agama. Dia memberikan beasiswa bagi anak dari keluarga kurang mampu untuk meneruskan pendidikan hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Setelah menjadi seorang sulinggih, Indra Udayana nanti aktif di Bali maupun di India.

Sebagai sulinggih, Agus Indra Udayana akan memilih jalan sebagai Wiku Acarya atau pendidik umat. Dia juga sempat membangun dua pelinggih di tepi sungai Gangga dan di tepi sungai Mahanadi Odisha India. Wilayah Odisha diyakini merupakan tempat kelahiran Rsi Markandya yang menanamkan panca datu di Pura Besakih.

Brahmacaria Indra Udayana mengaku, sudah mempersiapkan diri sejak lima tahun untuk masiksa. Dari proses memilih nabe, belajar yang sederhana dari guru nabe dan proses pengendalian diri. Proses memilih guru nabe tentunya dari pengalaman bathin dan kedekatan spiritual, mudah komunikasi dan persembahan ke dalam.

Jelas dia, Ashram Gandhi Puri sejak lima tahun disiapkan kepada  pihak yang punya dedikasi totalitas dan loyalitas. Menurutnya, alumni yang baik akan menuntun adik-adiknya para Shantisena di Ashram. “Karena sejak awal saya siapkan Ashram Gandhi Puri sebagai laboratorium kehidupan. Jadi semua harus bertanggung jawab bersama, dan Shantisena menemukan Swakarma dan Swadharmanya,” ujarnya.

Dia mengaku selama dua tahun pascadwijati akan dipakai untuk memahami diri sendiri. Dia juga belajar tentang sasana kawikon dan tetap ingin melanjutkan program Kalingga Bali Sanggam, tempat Maha Rshi Markandya di Odisha.

Menurutnya, madiksa bukan hal yang menyeramkan, melainkan penyucian diri baik jasmani dan rohani, material dan spiritual. Madiksa juga untuk mengubah kebiasaan diri hingga dipandang sebagai manusia yang dianggap mampu untuk mengantar dan menyampaikan puja puji dalam yadnya. “Penyucian diri sangat penting. Bersih itu pangkal sehat, sehat jasmani dan rohani,” ujarnya.

Sedangkan bersih rohani, jela dia, dapat dilakukan dengan melukat, mawinten dan madiksa.  “Lewat doa dan tindakan, setidaknya saya ikut mengontrol diri dan pembawa damai bagi sesama,” katanya.

Menurutnya, madiksa juga disebut divya jnyana adalah sebuah proses upacara untuk dapat menerima sinar suci ilmu pengetahuan. Fungsinya, untuk melenyapkan kegelapan pikiran, melenyapkan kegelapan pikiran agar mencapai kesempurnaan yang merupakan salah satu bagian dari Saptangga Dharma yaitu dengan cara menjalankan upacara inisiasi agar dapat menunggalkan diri dengan Tuhan. “Di Bali, proses inisiasi ini dilakukan dengan cara seda raga untuk mengetahui jalan ke nirwana/swah loka sehingga bila jadi Sulinggih nanti bisa menuntun atma-atma yang diupacarai dalam prosesi upacara Pitra Yadnya,” ujarnya.*wan

Komentar