nusabali

Ekspor Tuna, Mete dan Kakao Perlu Digenjot

  • www.nusabali.com-ekspor-tuna-mete-dan-kakao-perlu-digenjot

Berdasar analisa Bank Indonesia, komoditas tuna, mete dan kakao memiliki daya saing tinggi dan pemintaan dunia yang besar.

DENPASAR, NusaBali

Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Provinsi Bali mendorong peningkatan ekspor beberapa komoditas unggulan Bali, di antaranya ikan tuna, kacang mete dan kakao. Dorongan tersebut menyusul analisa  revealed comparative advantage  (RCA). Dari RCA tersebut komoditas-komoditas-komoditas tersebut  yang memiliki daya saing dan memiliki permintaan dunia yang relatif tinggi. Hal tersebut disampaikan Kepala Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia Provinsi Bali (KPwBI Bali) Trisno Nugroho, Minggu (22/9).

Dijelaskan Trisno Nugroho, tuna  merupakan komoditas yang memiliki pasar sangat luas. “Sehingga berpotensi  terus ditingkatkan perdagangan ekspornya,” ujar Trisno Nugroho. Saat ini, kebutuhan tuna dunia dipasok oleh Meksiko, Tiongkok dan Thailand.  Indonesia, berada di rangking  5 sebagai ekportir tuna terbesar di dunia.Perdagangan atau ekspor tuna sendiri, berupa tuna segar atau pun tuna beku.

Sementara di pihak lain, tren kinerja ekspor tuna Bali sedang mengalami penurunan. Penyebabnya, adalah penurunan hasil tangkapan tuna. Tangkapan tuna Bali tahun 2018 sebanyak 15.512 ton. Jumlah tersebut menurun dibanding tahun 2014, dimana tangkapan tuna mencapai 25.277 ton. “Penurunan ini juga terkonfirmasi dari data Asosiasi Tuna Longline Indonesia (ATLI) Bali,” ujar Trisno Nugroho.  Para pelaku usaha yang tergabung dalam ATLI Bali, melaporkan hal bahwa terjadi penurunan hasil tangkapan tuna, seiring dengan trend penurunan jumlah kapal yang menjadi anggota ATLI.

Produksi tuna Bali saat ini dominan terserap di dua pasar, yakni Jepang  dan Amerika Serikat. Masing-masing 43,04 persen dan 49,37 persen. Untuk pasar Jepang sebagian besar tuna segar dan tuna beku sebagian besar diekspor ke Amerika Serikat. “Bali masih memiliki peluang pasar yang luas untuk pengembangan ekspor tuna,” kata Trisno Nugroho. Dia merujuk nilai potensi perdagangan ekspor tuna dunia tahun 2018 senilai 1,6 miliar dollar AS. Dari  total nilai tersebut, Bali baru mampu meraih 19 juta dollar AS.

Perang dagang antara Amerika Serikat dengan China, dinilai Trisno Nugroho bisa dimanfaatkan sebagai celah untuk menggenjot ekspor tuna Bali ke Amerika Serikat. Hal tersebut,  karena tuna termasuk produk China yang dikenakan tarif tambahan oleh Amerika Serikat.

Mempercepat proses perizinan kapal (kapal tuna), kata Trisno Nugroho menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan ekspor tuna, di antaranya dengan memanfaatkan database sharing system (DBS). Usaha lain, mendorong melakukan sertifikasi Marine Stewardship Council (MSC). Sertifikasi ini menurut Trisno Nugroho, mempermudah  pembukaan pasar di Amerika Serikat dan Eropa.

Selain tuna, kacang mete dan kakao memiliki potensi untuk ditingkatkan ekspornya. Itu juga karena  produk kacang mete, memiliki permintaan pasar yang luas di dunia, khususnya India, Vietnam dan Brasil serta Eropa. Karangasem adalah daerah yang menjadi penghasil kacang mete di Bali.

Demikian juga dengan kakao. Kata Trisno Nugroho, saat ini Bali menjadi prioritas pengembangan kakao nasional. “Meskipun pangsanya kecil, namun kakao Bali memiliki potensi yang tinggi sebagai komoditas ekspor,” tandasnya. Katanya itu tercermin dari harga yang lebih tinggi dari rata- rata ekspor kakao dibanding dengan provinsi atau daerah lainnya di Indonesia. *k17

Komentar