nusabali

Pelestari Genggong Khas Sesetan

Kiprah Jero Mangku Ketut Ragia

  • www.nusabali.com-pelestari-genggong-khas-sesetan

Mungkin tidak banyak orang mengenal I Ketut Ragia, 66. Namun kiprahnya sebagai seniman alam patut diacungi jempol. Dia yang akrab disapa Jero Mangku Ragia merupakan seniman alam yang memiliki keahlian dalam memainkan genggong, seni gamelan Bali kuno yang terbuat dari pugpug atau pelepah enau. Genggong adalah kesenian khas Desa Sesetan, Denpasar Selatan.

DENPASAR, NusaBali
Sejak anak-anak hingga saat ini, dia masih memiliki semangat untuk melestarikan kesenian klasik itu. Dirinya sudah biasa memainkan genggong sejak kecil, sekitar umur 8 tahun. Berawal dari sang ayah, almarhum I Ketut Regen, yang merupakan pemain genggong amat ahli di zamannya. Dia bahkan memiliki Sekaa Genggong yang biasa pentas ngayah ketika masyarakat mengelar upacara adat dan agama. Sekaa itu didukung oleh Ketut Regen, Pan Rukit, Dadong Kenjir, Dadong Mudi dan Wa Kalot.

Dari sana, Pekak Ragia belajar teknik dan membuat Genggong. Setelah bisa, Pekak Ragia biasa memainkan Genggong ketika mengembala kerbau. Kegiatan itu menjadi keseharian, sehingga berimbas pada bakat memainkan Genggong. Dia memang hanya tamatan Sekolah Rakyat (SR). Tapi rasa tanggung jawabnya terhadap kelestarian kesenian Genggong khas Desa Sesetan itu sangat besar. “Ayah selalu berpesan agar melestarikan kesenian genggong ini,” ujarnya.

Karenanya, kelaki yang tinggal di Jalan Kresek No 10, Banjar Pegok, Desa Sesetan, Denpasar Selatan ini memilih untuk selalu membuat genggong, serta menurunkan ilmu seni genggong itu kepada generasi muda. “Saya ingin memberikan sesuatu yang berharga pada anak-anak di jaman ini. Di samping memang ditugaskan olehayah kandung saya, almarhum Ketut Regen,” kata ayah tiga anak ini.

Pekak Ragia mengatakan, Genggong Sesetan saat ini sudah bersinar kembali. Pada Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-41 tahun 2019, Pekak Ragia mempercayai keponakannya, Made Agus Wardana alian Made Ciat, yang kini sedang mengajar gamelan Bali di luar negeri, untuk memimpin pentas di Bali. Sebab sebagai Jero Mangku, Ketut Ragia merasa tidak memiliki watu lebih untuk melatih anak-anak memainkan genggong. “Saya menyuruhnya pulang agar bisa menyelamatkan kesenian genggong khas Sesetan ini,” ujarnya.7ind

Komentar