nusabali

Desa Adat Kerobokan Gelar Pamlaspasan Agung

Rangkaian Karya Agung Ngenteg Linggih di Pura Petitenget

  • www.nusabali.com-desa-adat-kerobokan-gelar-pamlaspasan-agung

Serangkaian karya agung mamungkah, ngenteg linggih, padudusan agung, tawur balik sumpah lan segara kertih di Pura Dang Kahyangan Petitenget yang puncaknya akan dilaksanakan pada Buda Wage Merakih, Rabu (11/9), pangempon pura dan krama Desa Adat Kerobokan menggelar upacara mlaspas bagia pulekerti lan mlaspas agung di kawasan Pura Petitenget pada Soma Kliwon Krulut, Senin (2/9).

MANGUPURA, NusaBali

Prosesi tersebut dipuput oleh tiga sulinggih yakni Ida Pedanda Oka Karang dari Gria Lumintang, Ida Pedanda Putra Bajing dari Griya Tegal Jingga, dan Ida Pedanda Buda Gede Jelantik.

Pamangku Gde Pura Dang Kahyangan Petitenget Jro Mangku I Made Windra, menuturkan karya agung ini dimulai sejak Wraspati Paing Medangsia, Kamis (15/8), diawali dengan matur piuning ke sejumlah pura dan dilanjutkan dengan nyukat genah pada Sukra Pon Medangsia, Jumat (16/8).

“Untuk saat ini ada dua kegiatan yakni pamlaspasan bagia pulekerti dengan sarana pacaruan manca sata. Setelah itu ada juga pamlaspasan agung dengan sarana tawur berupa kambing,” ujarnya didampingi Bendesa Adat Kerobokan AA Putu Sutarja, anggota DPRD Badung Dapil Kuta Utara  AAN Ketut Agus Nadi Putra, Camat Kuta Utara AA Arimbawa, Biro Kesra Provinsi Bali, PHDI Badung, kelian banjar adat se-Desa Adat Kerobokan.

Ditemui di lokasi yang sama, pamucuk karya I Gusti Ngurah Putra mengungkapkan, upacara agung ini dilakukan karena rehab palinggih dan sarana lainnya di Pura Petitenget telah rampung.

“Kegiatan ini dilaksanakan 30 tahun sekali. Perbaikan sarana yang ada di pura ini sebagian besar dibantu pemerintah mulai dari penataan di luar area pura, dilanjutkan di madya mandala hingga utamaning mandala,” ungkapnya.

Dikatakannya, dalam prosesi upacara agung ini tidak hanya matur piuning ke sejumlah pura yang ada di Bali, tapi juga hingga ke Lombok dan Jawa Timur. “Karena pura ini ada kaitannya dengan wilayah Jawa Timur dan Lombok, jadi kami juga nuur tirta ke sana,” tuturnya

Bendesa Adat Kerobokan AA Putu Sutarja mengatakan, pura ini adalah jejak dari keberadaan Dhang Hyang Nirarta ke Bali dan moksa di Uluwatu. “Kami dari Desa Adat Kerobokan telah melakukan sejumlah perbaikan dari 1994 dan pada 1996 dilanjutkan kegiatan upacara,” ujarnya.

Diakui Sutarja, pura ini disungsung oleh 50 banjar adat dan untuk biaya upacara menghabiskan dana sebesar Rp 6 miliar lebih. Untuk terlaksananya upacara ini, pihaknya dibantu oleh pemerintah dan sejumlah donatur. “Terkait jalannya upacara ini, karena kawasan ini cukup krodit, kami memohon permaklumannya kepada masyarakat yang melintasi jalur Petitenget, karena kenyamanan pengendara terganggu,” tandasnya. *dar

Komentar