nusabali

Kobaran Api di Gunung Batukaru Padam

  • www.nusabali.com-kobaran-api-di-gunung-batukaru-padam

Pemicu kebakaran di kawasan Gunung Batukaru, diduga ada pendaki yang membakar sampah dan membuat api unggun.

TABANAN, NusaBali

Kobaran api di kawasan Gunung Batukaru Desa Wongaya Gede, Kecamatan Penebel, Tabanan telah padam pada Selasa (13/8). Namun bara api dan sekam masih menyala di sekitaran lokasi kebakaran. Polisi, TNI, BPBD Tabanan, dan warga masih stand by berjaga di lokasi. Penyebab kebakaran yang membuat warga panik hingga sempat ngulkul bulus (memukul kentongan tanda ada bahaya, Red), diduga ada pendaki membuat api unggun dan bakar sampah.

Informasi dari warga yang ikut memadamkan api di puncak, bahwa kebakaran terjadi di lereng gunung areal terjal selatan dan timur Pura Puncak Kedaton. Luas yang terbakar diperkirakan mencapai 1,5 hektare. Untungnya api tidak sampai merembet ke areal Pura Puncak Kedaton.

“Kebakaran ada di posisi selatan dan timur Pura Puncak Kedaton, kira-kira jarak 10 meter dari Pura Puncak Kedaton. Pura Kedaton aman,” ujar I Made Bawa, warga yang ikut memadamkan api ke punak, Selasa (13/6).

Made Bawa menuturkan dia berangkat Senin (12/8) malam dengan rombongan ke lokasi kebakaran. Sesampai di lokasi dengan menempuh perjalanan 4 jam, didapati masyarakat dari Desa Pujungan dan Desa Batungsel yang sudah berusaha memadamkan api. “Kami bersama-sama padamkan api dengan alat seadanya,” imbuh Bawa, warga asal Banjar/Desa Sesandan, Kecamatan Penebel, Tabanan.

Pantauan di lapangan, ratusan masyarakat Desa Wongaya Gede masih berjaga di parkiran Pura Batukaru. Mereka menunggu giliran ke puncak atau membantu menyiapkan alat dan logistik ketika diperlukan. Bahkan krama istri (kaum perempuan) Desa Wongaya Gede dengan Desa Tengkudak Kecamatan Penebel, Tabanan juga sibuk menyiapkan logistik. Hal ini sesuai arahan bendesa adat, tiap krama diimbau menyumbangkan nasi bungkus.

Sementara itu, Kepala BPBD Tabanan I Gusti Ngurah Sucita menjelaskan penanganan kebakaran terus dilanjutkan. Pada Selasa pagi kemarin sudah ada tiga gelombang rombongan yang naik siaga dan memastikan titik lokasi kebakaran. Gelombang pertama sekitar 7 orang yang naik langsung dipimpin oleh Dandim Tabanan Letkol Inf Toni Sri Hartanto.

Kemudian gelombang kedua sekitar 20 orang yang dipimpin oleh Kasat Sabhara Polres Tabanan AKP I Kadek Ardika. Dan disusul gelombang terakhir adalah rombongan TRC BPBD Tabanan dengan jumlah personel 10 orang didampingi 1 pemandu dan 3 masyarakat lokal.

“Info terakhir api sudah padam, tetapi bara dan sekam masih, sehingga ini harus dijaga agar tidak merembet,” kata Sucita.

Diterangkannya, untuk sampai ke puncak lokasi kebakaran, dari Pura Batukaru harus menempuh 4 jam perjalanan. Sehingga penanganan kebakaran agar tak kekurangan logistik dan peralatan, teknisnya setiap anggota yang naik langsung membawa logistik yang sudah disiapkan. “Sedangkan terkait dengan penyebab kebakaran belum diketahui pasti, masih diselidiki, polisi sudah bergerak untuk hal itu,” tuturnya.

Sucita menambahkan untuk penanganan kebakaran masih menggunakan cara manual. Api dipadamkan dengan cara semak dirabas, api diuruk dengan tanah sekitar serta dibuat selokan dengan tujuan memutus pergerakan api agar tidak merembet. “Warga yang naik pada Senin malam juga melakukan hal sama,” tegasnya.

Sementara itu, Bendesa Adat Wongaya Gede I Ketut Sucipto, menuturkan penanganan kebakaran dilakukan secara bergotong royong dengan alat manual. Sejumlah warga Wongaya Gede, masyarakat Desa Pujungan dan Desa Batungsel, Kecamatan Penebel serta dari polisi, BPBD, TNI bergotong royong memadamkan api. “Sekarang di puncak sudah ada tiga rombongan yang stand by. Nanti akan terus rolling,” jelasnya.

Dikatakannya, penyebab kebakaran tersebut diduga ada pendaki yang membuat api unggun. Sebab informasi dari masyarakat di Desa Wanagiri Kauh, Kecamatan Selemadeg, ada pendaki yang naik dari arah Wanagiri Kauh membawa kompor.

“Pintu masuk ke Gunung Batukaru banyak. Jadi harapan kami mari jaga hutan kita karena ini milik bersama. Di samping itu daerah Pura Puncak Kedaton saat ini kering karena musim kemarau. Rerumputan di sana kebanyakan jenis paku payung dan padang kasur yang sangat rentan terbakar api,” bebernya.

Selain bantuan dari warga agar kebakaran cepat tertangani, menurut Sucipto,  sesuai koordinasi Pemkab Tabanan akan meminta bantuan helikopter dari Jawa Timur. “Nah ini apakah jadi atau tidak, masih dikoordinasikan,” tegasnya.

Dan sebagai penanggung jawab dari kawasan Batukaru terkait dengan kebutuhan logistik, krama Desa Wongaya Gede yang terdiri dari 8 desa adat sudah menyiapkan rencana. Setiap kepala keluarga (KK) diminta menyumbang nasi bungkus. “Kami sudah siapkan krama yang ngaturang tidak mematok jumlah,” tegas Sucipto sekaligus Ketua Umum Pura Batukaru.

Sedangkan terkait upacara pasca kebakaran, menurut Sucipto, hal tersebut masih akan dirembukkan dengan Kabayan Pura Batukaru. Seperti pengalaman sebelumnya sepengetahuan Sucipto bahwa kebakaran terjadi sudah empat kali, usai itu dilakukan upacara. “Kami masih rembuk, jadi belum mengetahui upacara apa yang akan dijalankan,” tandasnya.

Di sisi lain, kunjungan wisatawan ke Pura Batukaru masih normal. Tidak ada pengaruh akibat kebakaran yang sempat membuat heboh warga. Di mana pada Senin malam, warga Wongaya panik hingga ngulkul bulus.

Sementara dari Kecamatan Pupuan diinformasikan, saat kebakaran Senin malam sekitar 50 orang melakukan pemadaman api secara manual. Mereka berangkat ke puncak secara bergelombang. Namun Selasa pagi sekitar pukul 05.00 Wita sebagian orang sudah turun. “Kami dari Pupuan naik lewat Desa Pujungan, perjalanan memakan waktu sekitar 2 jam bagi yang sudah sering, dan 4-5 jam bagi yang baru naik,” tegas Camat Pupuan Hendra Manik.

Dituturkannya, yang naik tersebut adalah warga, TNI, dan polisi. Sedangkan yang berada di kawasan Desa Pujungan sudah stand by tim kesehatan dari PMI dan 2 unit mobil pemadam kebakaran. *des

Komentar