nusabali

Hadirkan Daa Malom, Remaja Putri yang Dipilih Secara Khusus

  • www.nusabali.com-hadirkan-daa-malom-remaja-putri-yang-dipilih-secara-khusus

Syarat menjadi daa malom, belum akil balik, tidak cacat, tidak pernah terluka. Daa malom ini dicari secara khusus oleh saya, atau atas usulan sendiri.

Ritual Mohon Kesuburan di Desa Adat Ngis, Kecamatan Manggis, Karangasem

Photo credit : EG Motret 

AMLAPURA, NusaBali
Ritual mohon kesuburan di Pura Puseh, Banjar Kajanan, Desa Adat Ngis, Desa Ngis, Kecamatan Manggis, Karangasem yang berlangsung pada Anggara Paing Sungsang, Purnama Kasa, Selasa (26/7), sangat istimewa dengan hadirnya dua orang daa malom (remaja putri yang disucikan). Saat hadir di ritual tersebut, dua daa malom itu dirias dan diupacarai secara khusus. Keduanya bertugas mendak (menggelar ritual selamat datang) kepada Ida Bhatara di Pura Puseh seusai melasti.

Secara harafiah, daa artinya muda; malom artinya subur. Diyakini, Ida Bhatara menganugerahkan kesuburan melalui perantara daa malom tersebut, sehingga krama Desa Adat Ngis secara turun temurun menikmati anugerah Sang Maha Pemurah. Saat ini Desa Adat Ngis berpenduduk 2.604 jiwa. Desa adat ini mewilayahi Banjar Kajanan, Banjar Kelodan, dan Banjar Pekarangan.

Wakil Bendesa Adat Ngis I Komang Darma Suastika, memaparkan yang berhak jadi daa malom adalah remaja putri yang belum akil balik (belum menstruasi) dan masih duduk di bangku sekolah dasar (SD). Secara fisik tidak cacat, tidak pernah terluka, baik digigit anjing, luka karena kecelakaan atau luka gores lainnya.

Syarat lainnya, kedua remaja putri pilihan itu bukan keturunan prajuru Desa Adat Ngis. Pencariannya dilakukan sepekan sebelum puncak Usaba Pura Puseh oleh saya (petugas khusus di desa adat). Saya akan keliling desa adat mencari dua remaja putri yang memenuhi kriteria untuk menjadi daa malom.  

Terkadang, menurut Darma Suastika, dua remaja putri itu secara spontan menyampaikan kepada orangtuanya bahwa dirinya ingin menjadi daa malom. Selanjutnya orangtuanya menyampaikan kepada prajuru desa. Atau ada juga daa malom yang dipilih oleh petugas saya. Pada ritual kali ini, dua daa malom ditetapkan atas pilihan petugas saya.

Dua daa malom yang terpilih hadir di puncak usaba di Pura Puseh, Desa Adat Ngis pada Purnama Kasa kemarin, adalah, Ni Nyoman Widiantari, siswi kelas V SDN 1 Ngis, Kecamatan Manggis dari Banjar Kajanan dan Ni Luh Sri Utami, siswi kelas VI SDN 1 Ngis dari Banjar Kajanan.

Saat puncak usaba Pura Puseh, petugas saya Desa Adat Ngis memandikan dan merias keduanya. Kemudian, keduanya mengenakan pakaian khusus yang telah disediakan. Pakaian tersebut milik desa yang selama ini digunakan turun temurun, yakni berupa kain gringsing, mengenakan gelung berhias bunga jepun Bali dan bunga pucuk, mirip penari Rejang Dewa, dan tidak mengenakan baju.

Dua gelung sakral yang digunakan di kepala, selama ini disimpan di Pura Puseh. Prosesi diawali Ida Bhatara melasti pukul 16.00 Wita ke Pura Sumuh. Usai Ida Bhatara melasti, seluruh pralingga dan pratima Ida Bhatara diusung pangayah. Sebelum kembali distanakan di Pura Puseh, maka di perempatan Desa Adat Ngis, daa malom dihadirkan untuk menggelar upacara banten pamendak Ida Bhatara. Tujuannya, untuk menyambut anugerah kesuburan yang dianugerahkan Ida Bhatara.

Ritual berikutnya, iring-iringan pangayah mundut Ida Bhatara menuju Pura Puseh. Sedangkan daa malom mendahului menuju Pura Puseh. Kembali daa malom mendak Ida Bhatara di jaba Pura Puseh, prosesinya diantarkan Jro Mangku Puseh.

Usai upacara banten pamendak, maka Ida Bhatara distanakan di jeroan Pura Puseh, dan daa malom distanakan di jaba tengah Pura Puseh. Guna menunggu rangkaian kegiatan daa malom berikutnya, diselingi pentas tari sakral, yakni Tari Abuang dan Tari Nyikcik. Disusul Ida Bhatara Selonding tedun (turun) sambil ditabuh.

Upacara untuk daa malom pun dimulai. Ritual ini diawali di depan Bale Agung (jaba tengah Pura Puseh). Di sini dihadirkan tiga penghulu desa yang muput upacara, yakni, I Komang Anom Sudibia unsur Pasek, I Wayan Witaraga unsur Kubayan, dan I Nengah Sukardana unsur Penyarikan, serta dibantu Jro Mangku Puseh. Keempatnya itu bergantian memberikan bunga kepada daa malom. Bunga tersebut kemudian dijadikan gelang.

Setelah prosesi tersebut, kemudian petugas saya menggendong daa malom  menuju Pura Pasimpenan. Sebab, berdasarkan keyakinan, perjalanan dari jaba tengah Pura Puseh menuju Pura Pasimpenan, daa malom tidak boleh menyentuh tanah. Maka, di Pura Pasimpenan itulah seluruh pakaian daa malom dilepas, kemudian diganti dengan pakaian biasa. Maka tuntaslah seluruh prosesi ritual tersebut.  “Ritual ini digelar setiap tahun, saat Purnama Kasa,” kata Darma Suastika.

Disebutkan, daa malom mengenakan pakaian yang khas, dan gelung dengan aneka bunga harum, sebagai lambang kesuburan anugerah Ida Bhatara. Hal itu menandakan lambang sarwa prani (aneka isi semesta), anugerah Sang Maha Pemurah. *k16

Komentar