nusabali

Lurah Padangsambian Tewas Gantung Diri

  • www.nusabali.com-lurah-padangsambian-tewas-gantung-diri

Diduga Depresi Sejak Dilantik Jadi Lurah, Januari Lalu

DENPASAR, NusaBali

Lurah Padangsambian, Kecamatan Denpasar Barat, I Wayan Adi Sudiawan, 51, nekat mengakhiri hidup dengan gantung diri, Kamis (27/6) pagi. Lurah yang notabene mantan penyiar radio ini ditemukan menggantung pada bangunan belakang rumahnya di Jalan Cokroaminoto Gang Sari Nomor 1 Denpasar kawasan Banjar Sedana Merta, Kelurahan Ubung, Kecamatan Denpasar Utara, sekitar pukul 10.00 Wita. Dugaan sementara, korban Wayan Adi Sudiawan depresi sejak dimutasi menjadi Lurah Padangsambian, Januari 2019 lalu.

Lurah Wayan Adi Sudiawan ditemukan menggantung dengan menjerat leher menggunakan tali tambang plastik warna biru, yang dikaitkan ke lambang beton bangunan dari kayu di belakang rumahnya bagian timur. Kematian tragis Lurah Adi Sudiawan pertama kali diketahui Ni Kadek Asrini, 54, perempuan yang kos di rumahnya, Kamis pagi sekitar pukul 10.00 Wita.

Lurah Adi Sudiawan sendiri kemarin tidak masuk kantor, karena masih masa pemulihan pasca opname di RSUD Wangaya, Denpasar. Birokrat berusia 51 tahun ini sempat selama 3 hari dirawat di RSUD Wangaya sebelum dibolehkan pulang, Sabtu (22 /6) lalu, karena mengalami sakit pangkal tenggorokan.

Awalnya, tak ada pihak keluarga maupun orang yang kos di rumahnya yang menyangka korban Adi Sudiawan nekat gantung diri. Sampai akhirnya kematian tragis Lurah Padangsambian ini terungkap, berawal dari kedatangan seorang warga Padangsambian ke rumahnya di Banjar Sedana Merta, Kelurahan Ubung, kemarin pagi. Warga tersebut datang dengan maksud untuk mengurus surat-surat.

Namun, saat warganya datang, Lurah Adi Sudiawan tidak ada di rumah. Warga tersebut ditemui oleh Kadek Asrini, tukang jahit yang kos di rumah korban. Kadek Asrini pun mengajak warga tersebut menemui keluarga sang lurah untuk menanyakan keberadaan korban. Setelah dipanggil-panggil, Lurah Adi Sudiawan tidak menyahut.

Curiga terjadi sesuatu, pihak keluarga dan saksi Kadek Asrini kemudian mencari korban ke sekeliling rumah. Nah, Kadek Asrini yang mengetahui korban biasanya setiap pagi sering berada di tempat jemuran belakang rumah, akhirnya coba mencari ke sana. Betapa terkejutnya Kadek Asrini melihat tuan rumahnya, Lurah Adi Sudiawan, sudah menggantung di sebuah bangunan dari kayu.

Melihat pemandangan mengejutkan itu, saksi Kadek Arsini langusung berteriak memanggil keluarga korban. Walhasil, seluruh keluarga berhamburan ke belakang rumah. Adik keempat korban, I Ketut Sudirna, 45, saat itu berupaya menurunkan kakaknya dari posisinya menggantung. Saat diturunkan, Lurah Adi Sudiawan masih bernapas.

Selanjutnya, Lurah Adi Sudiawan dilarikan ke IGD RSUD Wangaya untuk mendapatkan penanganan medis. Sayang, nyawanya tidak terselamatkan. Lurah Padangsambian ini keburu meninggal sebelum sampai di rumah sakit. Setelah dinyatakan meninggal, anak sulung dari 5 bersaudara keluarga pasangan I Nyoman Mudra (almarhum) dan Ni Ketut Raga, 80, ini langsung dibawa ke rumah duka di Banjar Merta Sedana, Ubung untuk disemayamkan.

Rencananya, jenazah sang lurah akan diabenkan di Setra Kelod Desa Adat Ubung pada Saniscara Kliwon Wariga, Sabtu (29/6) besok siang. Lurah Adi Sudiawan berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri tercinta Ni Ketut Budiani, 45, serta dua orang anak perempuan: Ni Wayan Adiani Wijayani, 22, dan Ni Komang Divarani Pramadewi, 10.

Hingga Kamis petang, belum diketahui pasti apa penyebab Lurah Adi Sudiawan nekat mengakhiri hidup secara ulahpati ini. Selama ini, almarhum tidak pernah memiliki riwayat penyakit apa pun. Hanya saja, belakangan Lurah Padangsambian ini sering terlihat bengong, diduga stres.

Menurut adik kandungnya, Ketut Sudirna, almarhum diduga depresi sejak dimutasi menjadi Lurah Padangsambian, Januari 2019 lalu. “Sejak itu, kakak saya sering bengong-bengong tidak jelas. Maklum, kakak saya ini memang tidak memiliki kemam-puan menjadi lurah,” ungkap Ketut Sudirna kepada NusaBali di rumah duka, Kamis sore.

Sebelum dialihkan menjadi Lurah Padangsambian, Januari 2019 lalu, almarhum Adi Sudiawan sempat selama 6 tahun bertugas di Bagian Informasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kota Denpasar. Awalnya, korban Adi Su-diawan sempat selama belasan tahunberkarier sebagai penyiar Radio Pemerintah Kota Denpasar (RPKD), sampai akhirnya diangkat menjadai pegawai negeri sipil di Disdikcapil.

“Karena orangnya lembut, ramah, dan murah senyum, kakak saya akhirnya ditempatkan di Bagian Penyiaran Disdukcapil Kota Denpasar,” papar Ketut Sudirna. Menurut Sudirna, selama berdinas di Disdukcapil Denpasar, almarhum cukup enjoy Namun, sejak dialihkan menjadi Lurah Padangsambian awal tahun 2019, Adi Sudiawan yang lulusan Fakultas Peternakan Unud (1990) berubah perangai seperti orang depresi.

“Karena depresi, saya dan keluarga jadi khawatir. Kami bahkan sering mengikuti dari belakang setiapkali kakak pergi ke kantor (Kelurahan Padangsambian, Red). Setelah kakak tiba di kantor, barulah kami tenang meninggalkannya,” beber Sudirna.

Paparan hampir senada juga disampaikan adik misan korban, Nyoman Budiana. Menurut Budiana, almarhum sakit-sakitan sejak menjabat Lurah Padangsambian. Bahkan, almarhum sempat rawat inap di RS Surya Husada Ubung. Ketika itu, dok-ter mendiagnosisnya mengalami penyakit darah putih lebih dominan daripada darah merahnya.

Setelah beberapa hari dirawat di RS Surya Husada, almarhum diizinkan pulang. Namun, tak berselang lama, Lurah Padangsambian ini kembali sakit. Keluarga pun membawnaya ke RSUD Wangaya. Sempat dirawat selama 3 hari, almarhum kemudian diblahkan pulang dari RSUD Wangaya, Sabtu lalu. “Sampai saat ini, dokter belum mengizinkan almarhum masuk kerja,” jelas Budiana di rumah duka, Kamis kemarin.

Budiana menyebutkan, selama menderita sakit, Lurah Adi Sudiawan sempat mengaku terbenani oleh kerjanya yang berat. Apalagi, selama diopname di rumah sakit, almarhum beberapa kali melayani warga yang mencarinya. “Selama sakit, almar-hum setiap pagi sering gemetaran seperti orang menggigil,” katanya. *mis,pol

Komentar