nusabali

Tanda Bahaya dari Lingkar Perut

  • www.nusabali.com-tanda-bahaya-dari-lingkar-perut

Tidak ada orang yang mau mengalami obesitas. Itu sudah pasti. Sayangnya, menurunkan berat badan hingga ke tahap ideal tidaklah semudah itu bagi banyak orang.

TAHUKAH Anda, ada banyak orang yang diukur menurut indeks massa tubuh  masuk dalam kelompok kelebihan berat badan, sebenarnya sehat. Nah, untuk mengetahui apakah berat badan Anda juga termasuk sehat, ketahui empat cara mengukurnya.

1. Lingkar pinggang

Jika perut adalah sarang berkumpulnya lemak, maka Anda beresiko besar mengalami penyakit jantung dan diabetes melitus. Selain berat badan, ukurlah juga lingkar pinggang. Pada wanita, lingkar pinggang seharusnya tak lebih dari 80 cm, dan pada pria maksimal 90 cm.

2. Denyut jantung istirahat

Taruh dua jari pada nadi, bisa di pergelangan tangan atau leher. Jumlah denyut nadi sama dengan denyut jantung. Denyut jantung istirahat antara 60-100 permenit tergolong normal.

Jarang beraktivitas fisik atau kegemukan juga bisa membuat denyut nadi lebih tinggi karena jantung harus bekerja lebih keras memompa darah.

3. Persentase lemak tubuh

Tidak seperti indeks massa tubuh, angka lemak tubuh mengungkap berapa banyak lemak di tubuh kita, terpisah dari massa otot. Angka normal untuk wanita adalah sekitar 20-32 persen, sementara untuk pria berkisar pada rentan 18-23 persen. Ini karena sel lemak pada wanita memang lebih banyak.

4. Laju metabolik basal

Laju metabolik basal merupakan perkiraan jumlah kalori yang dibakar saat beristirahat. Pengukuran ini dapat dipakai untuk mengukur seberapa banyak kalori yang harus dikurangi dari makanan sehari-hari untuk mencapai berat badan ideal.

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan alat yang biasa dipakai para ahli kesehatan untuk memperkirakan "kadar lemak atau kegemukan" seseorang. Seberapa akurat?

IMT diukur dengan membagi kilogram berat badan dengan tinggi badan kuadrat. Dari nilai IMT tersebut bisa dikategorikan apakah seseorang berbadan kurus, normal, kegemukan, atau obesitas. Misalnya, orang yang memiliki tinggi badan 160 dan beratnya 60 kilogram akan memiliki IMT 23,4. Orang yang IMT-nya 18,5-24,9 dianggap normal.

Pada kelompok obesitas pun terbagi lagi berdasarkan tingkat keparahan. Misalnya orang yang IMT-nya 30 maka dianggap obesitas level 1, lalu di atas 35 obesitas level dua, dan lebih dari 40 obesitas level 3.

Walau demikian sebagian ahli menganggap IMT tidak akurat karena bisa memberi hasil yang keliru pada sebagian orang.

Ada orang yang diklasifikasikan kegemukan atau obesitas padahal faktanya mereka sehat. Sementara itu ada orang yang tidak menyadari risiko kesehatan karena hasil IMT menunjukkan berat badannya normal.

IMT memang tidak mengukur lemak tubuh. Pengukuran ini hanya memperkirakan lemak tubuh yang lebih akurat dibandingkan jika hanya menimbang berat badan saja.

Pengukuran IMT juga bisa menjadi patokan dasar untuk menghitung kemajuan program penurunan berat badan yang sedang dijalani.

IMT juga memberikan informasi penting bagi dokter dan tenaga kesehatan tentang risiko kesehatan potensial. Misalnya, jika Anda kegemukan atau obesitas menurut IMT, maka selanjutnya bisa dilakukan pemeriksaan tambahan terkait kelebihan lemak tubuh, seperti cek kolesterol, tekanan darah, atau gula darah.

Kekurangan dari IMT adalah tidak bisa membedakan antara berat lemak dan berat otot. Sebagian atlet dan juga binaragawan akan memiliki IMT tinggi karena tubuhnya memiliki banyak otot sehingga dianggap obesitas.

Di lain pihak, seseorang yang secara metabolik tidak sehat karena kekuatan ototnya lemak dan jarang beraktivitas fisik bisa dikelompokkan dalam berat badan normal. Padahal, berapa pun nilai IMT mereka jika jarang bergerak dan otot-ototnya lemah sangat beresiko menderita diabetes melitus seperti halnya orang gemuk.

Karena itu, kelebihan dari IMT ini adalah sederhana dan mudah dilakukan pengukuran. Hasilnya bisa dijadikan patokan untuk memiliki gaya hidup sehat.

Selain menghitung IMT, sebaiknya juga mengukur lingkar pinggang. Lemak yang bertumpuk di bagian perut lebih berbahaya dibandingkan lemak yang tersebar di bagian tubuh lainnya.  

Memiliki berat badan normal tidak cukup lagi untuk sehat. Walau tidak termasuk dalam kelompok kegemukan, tapi memiliki lingkar perut besar justru bisa lebih berbahaya.

Banyak orang, termasuk dokter, fokus pada berat badan sebagai indikator kesehatan. Namun, berat badan juga harus dihitung proporsional dengan tinggi badan.

Menurut penelitian-penelitian terbaru, pengukuran lingkar perut lebih akurat untuk mengetahui risiko penyakit.

Lingkar perut yang ideal untuk pria tak lebih dari 90 cm, sementara untuk wanita kurang dari 80 cm.

Menurut riset terhadap lebih dari 650.000 orang, diketahui risiko penyakit meningkat secara konsisten untuk setiap penambahan lingkar perut sebanyak 5 cm.

Bahkan orang dengan berat badan (indeks massa tubuh) normal,  tapi lingkar perutnya besar tetap beresiko tinggi terkena penyakit.

Bagaimana dengan distribusi lemak ? Secara umum ada dua jenis distribusi lemak. Sebagian orang (biasanya wanita) memiliki lemak di sekitar paha dan bokong, namun bagian atas tubuhnya termasuk langsing. Ini adalah tipe tubuh pir.

Sementara itu, orang yang memiliki tipe tubuh apel, membawa lemak mereka di sekitar perut dan biasanya bagian pahanya tidak besar. Bentuk tubuh seperti ini umum dimiliki para pria atau sering disebut juga dengan ‘perut bir’.

Walau setiap kelebihan berat badan dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit, tetapi ‘perut bir’ sangat terkait dengan sindrom metabolik.

Sindrom metabolik merupakan kondisi di mana tingkat tekanan darah, gula darah, serta lemak darah kolesterol tinggi. Akibatnya mereka rentan mengalami penyakit perlemakan hati dan penyakit jantung.

Dalam kondisi tersebut, lemak bukan cuma ditemukan di bawah kulit tapi juga di dalam bagian tubuh, yakni menyelimuti organ vital. Nah, kondisi ini paling berbahaya.

Belum jelas mengapa lemak menumpuk di berbagai area tubuh, tapi seperti disebut dailymail, hormon stres kortisol diketahui meningkatkan risiko deposit lemak di perut.

Mengendalikan stres bersama dengan rutin latihan aerobik terbukti efektif untuk menurunkan risiko obesitas sentral dan lemak liver.

Tidak ada orang yang mau mengalami obesitas. Itu sudah pasti. Sayangnya, menurunkan berat badan hingga ke tahap ideal tidaklah semudah itu bagi banyak orang. Meski, ada juga orang yang tampaknya tidak kesulitan menurunkan bobot tubuh yang berlebih. Apa rahasianya?

Tak perlu menebak-nebak. National Weight Control Registry (NWCR) dan Global Healthy Weight Registry (GHWR) mengevaluasi kebiasaan sehat klien-klien mereka yang sukses menurunkan berat badan. Inilah kebiasaan itu seperti dilaporkan webmd:

1. Mereka selalu sarapan

Sembilan dari 10 orang dewasa di GHWR yang sukses mencapai bobot ideal adalah mereka yang tidak pernah melewatkan sarapan, 78 persen keberhasilan mereka ditentukan olrh kebiasaan baik ini.

Sarapan membantu mengontrol nafsu makan berlebihan. Orang yang sarapan cenderung mengonsumsi lebih sedikit kalori dibanding orang yang tidak sarapan.

Pilih menu sarapan sehat seperti sereal atau oatmeal atau roti gandum utuh dengan potongan buah segar, telur atau dada ayam panggang/rebus tanpa kulit.

Temuan ilmiah yang dipublikasikan oleh Nutrition Research menyebutkan, orang yang sarapan oatmeal, memiliki berat badan dan ukuran lingkar pinggang lebih kecil dari yang tidak sarapan oatmeal.

2. Rutin menimbang berat badan

Berteman dengan timbangan dapat menjadi salah satu kunci keberhasilan penurunan berat badan. Bahkan 75 persen dari pendaftar NWCR menimbang berat badan setidaknya sekali seminggu. Hal ini memungkinkan mereka untuk segera mengambil tindakan jika terlihat angka di timbangan bergerak naik atau stagnan.

Hasil dari percobaan klinis terbaru menunjukkan bahwa orang yang menimbang berat badan setidaknya lima hari perminggu, dapat menurunkan bobot sekitar tiga kali lebih banyak daripada yang tidak rutin menimbang berat badan.

3. Sering berolahraga

Banyak studi menunjukkan diet berperan besar dalam program penurunan berat badan. Ini bukan berarti Anda tidak perlu olahraga.

Hampir 90 persen dari mereka yang berhasil mendapat berat ideal di NWCR, berolahraga sekitar 60 menit setiap hari, sepanjang minggu. Dan 42 persen klien GHWR yang berhasil menurunkan badan, rutin berolahraga lima hari dalam seminggu.

Jika Anda tidak berolahraga sama sekali, hasil penurunan berat badan tidak akan memuaskan. Otot-otot Anda akan kendur dan tidak efektif untuk membakar lemak.

4. Tidak diet

Ini mungkin terdengar sulit dipercaya, tapi ini kebenaran. Mereka yang berhasil menurunkan berat badan, jarang diet. Di GHWR, 74 peserta program mengatakan mereka tidak pernah atau jarang diet. Mereka fokus pada kualitas pilihan makanan mereka (seperti buah-buahan dan sayuran, protein tanpa lemak dan biji-bijian), mendengarkan isyarat lapar dan kenyang yang disampaikan oleh otak dan lambung, membatasi waktu menonton TV (bersantai di depan TV terlalu lama bisa memicu keinginan ngemil), dan jarang jajan di luar. 7/berbagai sumber

    



Komentar