nusabali

17 Peserta UN SMP Tidak Hadir

  • www.nusabali.com-17-peserta-un-smp-tidak-hadir

Meski bukan lagi sebagai penentu kelulusan, namun nilai UN (NUN) tetap menjadi acuan masuk ke jenjang yang lebih tinggi (SMA).

Hari Pertama, Ombudsman Masih Temukan Pelanggaran

DENPASAR, NusaBali
Tercatat sebanyak 17 siswa tidak hadir pada hari pertama pelaksanaan Ujian nasional (UN) SMP, MTs, SMPLB, dan Kejar Paket B tahun pelajaran 2015/2016 di Kota Denpasar Senin (9/5) kemarin. Rinciannya, sebanyak lima orang tidak hadir karena sakit, lima orang tanpa keterangan, dan tujuh orang telah berhenti.

Kabid Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Denpasar, I Made Raka, SE, MSi Ak, saat dikonfirmasi, kemarin sore, meyampaikan, mereka yang tidak hadir karena sakit masing-masing dari SMP Pertiwi Denpasar, SMPN 4 Denpasar, SMPN 6 Denpasar, dan 2 siswa dari SMP PGRI 1 Denpasar. Para siswa yang berhenti yakni di SMP Pelangi Dharma Nusantara, SMP Pertiwi Denpasar, SMP Harapan Nusantara, SMPN 6 Denpasar, SMP Nasional Denpasar, SMP Dharma Wiweka, SMP Widya Sakti, dan SMP PGRI 4 Denpasar.

Sedangkan ketidakhadiran tanpa keterangan, masing-masing di SMP TP 45 Denpasar, SMP Gandhi Memorial (2 siswa), SMP PGRI 4 Denpasar, dan SMP Swa Dharma.  “Nanti yang tanpa keterangan itu akan saya suruh cari. Sehingga bisa dijadwalkan ikut UN susulan minggu depan bersama dengan siswa yang tidak hadir karena sakit,” ujar Made Raka seraya mengatakan total peserta UN SMP/MTs di Kota Denpasar sebanyak 12.901 siswa.

Secara umum, pelaksanaan UN hari pertama di 66 sekolah negeri dan swasta di Denpasar berjalan lancar. Pelaksana tugas Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Denpasar, Ngurah Jimmy Sidarta menekankan supaya peserta UN menjaga kesehatannya sehingga bisa mengikuti UN selama 3 hari kedepan. "Meski bukan lagi sebagai penentu kelulusan, nilai UN telah menjadi kesepakatan untuk diterima pada jenjang yang lebih tinggi. Maka itu peserta ujian harus jaga kondisi supaya tetap fit dalam menempuh ujian. Jangan keluyuran, fokus belajar," ujarnya. 

Sementara itu, Ombudsman Republik Indonesia (ORI) Perwakilan Bali menyayangkan masih adanya siswa dari sejumlah sekolah yang membawa telepon seluler ke dalam ruang ujian pada hari pertama pelaksanaan UN SMP, kemarin. "Kami sangat menyayangkan masih adanya temuan seperti ini, padahal sudah beberapa kali diberikan penekanan," kata Kepala ORI Perwakilan Bali Umar Ibnu Alkhatab di Denpasar, kemarin, seperti dilansir Antara.

Dalam pantauan ke sejumlah sekolah di tujuh kabupaten/kota di Bali ini, pihaknya tidak hanya menemukan siswa yang membawa telepon genggam, tetapi ada pengawas yang juga sibuk menggunakan telepon genggamnya saat UN berlangsung. "Kalau sudah seperti ini, kami tidak tahu apakah ada itikad baik atau tidak dari para pengawas," ucapnya mempertanyakan.

Umar menambahkan, setelah pelaksanaan UN, pihaknya akan segera mengirimkan sejumlah temuan pelanggaran itu kepada Disdikpora Provinsi Bali, kabupaten/kota dan juga kepala sekolah bersangkutan. "Kami inginkan agar pengawas yang sudah lalai seperti itu tidak digunakan lagi saat UN tahun depan. Kami juga sudah mencatat nomor ruangan maupun nama-nama pengawas yang kami temukan melakukan pelanggaran itu," ujarnya.

Selain itu, dalam pantauannya juga ditemukan pelanggaran lain seperti ada siswa yang gaduh di dalam ruang ujian maupun saling bertanya.

Selama pelaksanaan UN, kata Umar, ORI Bali menargetkan masing-masing dari sembilan kabupaten/kota di Bali ini paling tidak dapat disasar enam sekolah. "Kami rasa jumlah tersebut sudah cukup untuk menjadi sampel," ucapnya. Berdasarkan data dari Disdikpora Provinsi Bali, siswa yang mengikuti UN jenjang SMP/MTs di Bali sejumlah 66.442.

Sebelumnya Kadisdikpora Provinsi Bali TIA Kusuma Wardhani menekankan pihak sekolah dan siswa jangan mencoba-coba untuk bekerja sama saat pelaksanaan Ujian Nasional. "Para pengawas juga kami harapkan agar benar-benar melakukan pengawasan sehingga tidak ada lagi barang-barang yang tidak semestinya seperti telepon genggam berada dalam ruang ujian," ucapnya.

Mantan Kepala Badan Diklat Provinsi Bali itu mengatakan semestinya sekolah dapat mengedepankan nilai-nilai kejujuran, apalagi UN sudah tidak menentukan kelulusan siswa lagi. 7 nv

Komentar