nusabali

Rumah Roboh, Sekeluarga Tertimbun

  • www.nusabali.com-rumah-roboh-sekeluarga-tertimbun

Selain bencana di pesisir Kubutambahan, 35 warung kuliner di Pantai Penimbangan Singaraja juga porakporanda diterjang ombak

Korban Selamat dari Maut Setelah Sempat Pingsan di Bawah Reruntuhan


SINGARAJA, NusaBali
Satu keluarga beranggotakan 5 orang yang tinggal di Dusun Kaja Kangin, Desa/Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, tertimbun bangunan rumahnya yang ambruk akibat tertimpa pohon roboh, Selasa (22/1) malam. Ajaibnya, mereka semua berhasil selamat dari maut, meski para tetangga tak berani menolongnya karena takut tersengat aliran listrik.

Satu keluarga yang jadi korban pohon roboh ini terdiri dari Kadek Mertayasa, 35 (kepala keluarga), Ni Luh Resmini, 30 (istri dari Kadek Mertayasa), Gede Aditya, 14 (anak sulung), Kadek Wiraguna, 11 ( anak kedua), dan Komang Meriani, 10 (anak bungsu). Korban Kadek Mertayasa dan anak sulungnya, Gede Aditya, sempat pingsan di bawah timbunan bangunan runtuh. Sedangkan Luh Resmini bersama dua anaknya yang lain, berhasil keluar dari reruntuhan setelah menjebol dinding bide dari dalam kamar.

Saat musibah terjadi, Selasa malam sekitar pukul 20.30 Wita, turun hujan lebat disertai angin kencang. Ketika itu, Kadek Mertayasa bersama istri dan tiga anaknya tengah bersiap tidur di kamar masing-masing. Korban Kadek Mertayasa biasa tidur sekamar dengan si sulung Gede Aditya. Sementara sang istri, Luh Resmini, tidur sekamar dengan dua anak lainnya, Kadek Wiraguna dan Komang Meriani, di kamar sebelah timur.

Rumah mereka berada di pesisir pantai Desa Kubutambahan, tepatnya Tempek Ponjok, Dusun Kaja Kangin. Mereka berlima menempati rumah sederhana berukuran 6 meter x 5 meter, dengan dingding batako setengah badan dan setengahnya lagi bagan atas berdiding bide (anyaman bambu).

Rumah beratapkan seng yang ditempati satu keluarga beranggotakan 5 orang ini hanya memiliki dua kamar tidur dan satu ruang keluarga untuk nonton TV. Sedangkan dapur dan kamar mandinya terpisah. Di sekeliling rumah korban terdapat beberapa pohon perindang, termasuk pohon Bengkel besar berdiameter 1 meter dengan tinggi 9 meter. Pohon Bengkel ini berada dalam jarak 2 meter di sebelah barat rumah korban.

Malam itu sekitar pukul 20.30 Wita, tiba-tiba pohon Bengkel di sisi barat tumbang ke arah timur menimpa rumah keluarga Mertayasa. Seketika itu pula, rumah semi permanen yang ditempati 5 orang ambruk tertimpa batang dan dahan pohon Bengkel.

Begitu musibah terjadi, para tetangga langsung berlarian ke rumah korban yang ambruk seraya berusaha memberikan pertolongan. Namun, warga tidak berani mendekat karena khawatir tersengat aliran listrik. Pasalnya, saat itu warga melihat anjing milik korban mati kesetrum listrik tepat di depan ruang keluarga rumah yang ambruk ini.

Di tengah kepanikan dalam suasana gelap, tiba-tiba istri Mertayasa, yakni Luh Resmini, muncul dari dalam kamarnya yang tertimbur reruntuhan, bersama dua anaknya yang masing-maisng berusia 11 tahun dan 10 tahun. Perempuan berusia 30 tahun ini berhasil keluar dengan melompati tembok dinding setengah badan, setelah menjebol dingding bide.

Sebaliknya, korban Mertayasa dan anak sulungnya, Gede Gita, tidak kunjung keluar dari timbunnan reruntuhan rumahnya. Warga berusaha memanggil-ma-nggil nama mereka, namun tidak ada sahutan. Ayah dan anaknya ini pun sempat dikira sudah meninggal tertimpa reruntuhan. Namun, ternyata Mertayasa dan Gede Gita jatuh pingsan karena kaget dengan kejadian itu. Mereka kemudian keluar dari reruntuhan rumahnya.

“Begitu siuman, semunya gelap, saya tidak bisa bergerak leluasa. Syukur, tembok setengah badan itu masih kuat menahan batang pohon, sehingga saya keluar dari celah-celah tembok bersama anak saya,” kenang korban Kadek Mertayasa saat ditemui NusaBali di rumahnya yang hancur tertimpa pohon roboh, Rabu (23/1) pagi.

Merteyasa mengisahkan, begitu berhasil keluar, dirinya melihat para tetangga sudah banyak memberi pertolongan. Karena suasana masih gelap dan hujan deras diserta angin kencang, istri Mertayasa bersama ketiga anaknya diusungsikan ke rumah keluarga terdekatnya di Desa Kubutambahan. Sedangkan Mertayasa pilih bertahan di halaman rumahnya, bersama para tetangga, sambil memantau perkembangan gelombang laut.

Air laut konon sempat naik hingga melewati batas rumah kelyarga Mertayasa. Ketinggian ombak malam itu diperkirakan sempat mencapai 6 meter. “Semalam saya tidak bisa tidur. Sedangkan istri dan ketiga anak saya diusikan ke rumah kakak, karena di sini sudah tidak ada tempat lagi,” keluh Mertayasa.

Sementara, Perbekel Kubutambahan, Gede Pariadnyana, mengatakan pihaknya akan segera melaporkan musibah rumah hancur akibat tertimpa pohon yang menimpa keluarga Mertayasa ini ke BPBD Buleleng. Lagipula, kata Perbekel Pariadnyana, berdasarkan hasil pendataan, kerusakan akibat hujan deras disertai angin kencang dan gelombang pasang di wiloayah Kubutabahanh cukup banyak.

“Kami sedang lakukan pendataan. Laporan sementara, jumlah korban dan kerusakan cukup banyak, terutama masyarakat di pesisir pantai Kubutambahan ini. Kami akan laporkan ke BPBD dan Dinas Sosial Buleleng, agar segera mendapat bantuan,” papar Perbekel Pariadnyana yang ditemui saat ikut membersihkan puing reruntuhan rumah kelarga Mertayasa, Rabu kemarin.

Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Buleleng, Ida Bagus Suadnyana, mengaku sudah mengirim paket sembako dan terpal untuk perlindungan sementara bagi korban bencana di pesisir ppantai Desa Kubutambahan. Paket sembako dan terpal baru dikirim setelah mendapat laporan dari pihak kecmatan, Rabu sore pukul 15.00 Wita.

"Sudah ada tim yang ke lokasi membawa bantuan paket sembako dan terpal. Ini kejadiannya kan hampir menyeluruh, jadi kami juga harus membagi personil," jelas Suadnyana saat dikonfirmasi NusaBali, tadi malam. Menurut Suadnyana, pihaknya berencana terjun melihat perkembangan situasi korban bencana di pesisir Desa Kubitanbahan, Kamis (24/1) ini.

Suadnyana menyebutkan, bencana akibat hujan deras, angin kencang, dan gelombang pasang terjadi hampir di seluruh wilayah Buleleng. Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Buleleng pun lembur. “Dari laporan yang sudah masuk, memang banyak nelayan mengalami kerusakan perahu, ada juga yang dilaporkan hilang seperti di Banjar dan Pantai Penimbangan. Total dari kemarin malam (Selasa) hingga Rabu pagi, kami turunkan 4 tim ke lapangan,” ujar Suadnyana.

Sementara, data yang diperoleh NusaBali, 35 lapak dan warung di kawasan Pantai Penimbangan Singaraja, Kecamatan Buleleng mengalami kerusakan akibat diterjang gelombang pasang setinggi 6 meter, Selasa malam hingga Rabu dinihari. Sebagian lapak dan warung kuliner yang berjejer di pinggir pantai wilayah Desa Baktiseraga dan Desa Pemaron hancur lebur. Meja, kursi, peralatan dapur, hingga bahan makanan yang akan dijual pun berserakan di jalan. *k19,k23

Komentar